Jadi ya, dalam postingan tentang dampak pandemi covid-19 terhadap relasi hubungan pasangan yang terpisah jarak dan ada juga yang terpisah perbedaan waktu/time, daku kan ceritain kalau hampir 70 persen, bulan Ramadan 2020 dan kemungkinan Idul Fitri 1441 Hijriah ini, daku dan anak-anak di Yogyakarta, sedangkan Mas Iwan bertahan di Jakarta, dari pada jadi Orang Dalam Pengawasan (ODP) Viruscorona, masuk karantina 14 hari, seperti yang akan dilakukan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta kepada para pemudik Lebaran 2020 nanti. Ya ngapain juga pulang, kalau enggak bisa bertemu ya kan? Lebih baik tunda mudik Lebaran demi terbebas dari serangan virus Covid-19 yang menyerang saluran pernapasan dan sudah banyak korban meninggal.
Enggak hanya Mas Iwan yang kemungkinan tidak mudik saat Ramadan dan Idul Fitri nanti, adik laki-laki daku, Wahyu (yang tinggal di Bekasi) dan istrinya, Vera, sudah memutuskan untuk tidak mudik ke Yogyakarta, seperti yang biasa tiap Lebaran mereka lakukan (orang tua Vera asli dari Gunungkidul).
“Maaf ya kak In, Lebaran kali ini enggak bisa menemani kakak dan keponakan-keponakan. Dari pada bawa penyakit dan tanpa sengaja nyebarin ke sanak saudara,” jelas Wahyu dalam percakapan keluarga di Group WhatsApp.
Sedih pastinya. Karena Wahyu dan Vera, satu-satunya adik yang bisa tiap Idul Fitri bertemu, sejak kepindahan kami ke Yogyakarta. Sementara dua adik lainnya, tinggal di Tanjung Pinang dan Malaysia, yang setahun sekali belum tentu bisa bertemu.
Ya gimana, sekarang ini akibat pandemi Covid-19 ini, terpaksa harus menahan keinginan untuk bertemu dan merencanakan ulang perjalanan yang akan kita laksanakan.
Mudik Lebaran, Tradisi yang Tak Lekang oleh Waktu
Mau enggak mau, kita harus ikhlas dan sabar menghadapi (yang orang bijak bilang; ujian dari Yang Maha Kuasa) keadaan di tengah Pandemi Covid-19 ini.
Mudik Lebaran memang sudah menjadi tradisi kita, orang Indonesia. Dari daku kecil, 40 tahun yang lampau, sudah tahu apa itu mudik, walau hanya sekali merasakan mudik, pulang kampung ke Medan, Sumatera Utara, sekeluarga (Mama, Bapak, dan 4 orang adik) dengan menggunakan bus antar kota antar provinsi (AKAP) ALS (Antar Lintas Sumatera).
Zaman kecil dulu, saat mudik Lebaran mau naik pesawat satu keluarga itu, mesti mikir berjuta kali. Enggak seperti sekarang yang kalau mau mudik ke mana pun ada banyak tiket pesawat murah dan enggak menguras isi dompet, sehingga bisa bersenang-senang di kampung halaman.
Setelah menikah dengan Mas Iwan yang asli Yogyakarta, daku baru merasakan arti mudik yang sesungguhnya. Setiap Idul Fitri (kadang juga di saat liburan sekolah anak-anak), kami sekeluarga mudik ke Yogya. Sebelum punya anak, berdua mudik ke Yogyakarta dengan naik bus antar kota, lalu ketika punya anak, kami mudik dengan transportasi kereta api.
Mudik dengan kereta api itu jadi pilihan utama karena daku dan anak-anak enggak tahan naik bus yang bisa belasan jam perjalanan Jakarta – Yogyakarata, terhalang macet arus mudik. Naik kereta api pun, banyak yang ngincer, banyak yang ingin pulang kampung dengan naik kereta juga. Makanya, dari jauh hari Mas Iwan sudah pesan tiket mudik dengan kereta api (dulu, 30 hari sebelum Idul Fitri). Selain leluasa untuk pilih kursi dan antrian pemesanan di stasiun kereta pun enggak padat.
Alhamdulillah, ketika punya kendaraan sendiri (roda empat), kami sudah jarang naik kereta api kalau mudik ke Yogyakarta. Terakhir mudik dengan naik kereta api itu, ya Idul Fitri tahun lalu. Kalau dulu mudik dari Jakarta ke Yogya, tahun lalu mudik dari Yogyakarta ke Jakarta.
Yang masih rutin naik kereta api itu, Mas Iwan. Tiap dua minggu sekali kan Mas Iwan pulang ke Yogyakarta karena masih bekerja di Jakarta. Transportasinya ya dengan kereta api. Karena Mas Iwan itu tipe orang yang teratur dan terencana, urusan pulang balik Jakarta – Yogyakarta sudah dipersiapkan dengan pesan tiket kereta sebulan sebelum hari keberangkatan.
Begitu pun dengan tiket mudik Lebaran tahun ini yang sudah bisa dipesan 90 hari sebelum Idul Fitri, Mas Iwan sudah ‘mantengin’ gadget sejak pukul 00.00 dini hari, biar dapat tiket kereta sesuai tanggal kepulangan yang diinginkan. Kadang, khawatir ketiduran, Mas Iwan minta tolong kami untuk diingatkan/dibangunkan biar enggak kehabisan tiket.
Tunda Mudik Lebaran Demi Bebas Coronavirus
Namun, di tahun 2020 ini, tiket-tiket mudik Lebaran, Idul Fitri 1441 Hijriah tersebut terpaksa dijadwal ulang, karena harus Tunda Mudik Lebaran akibat Pandemi Covid-19 yang diperkirakan akan mencapai puncak penyebarannya pada bulan April – Mei 2020, di saat kaum Muslim di seluruh dunia melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan dan merayakan Idul Fitri.
Ugh sedih. Enggak hanya daku sih yang sedih dengan keadaan ini, hampir semua orang di muka bumi ini, yang negaranya terdampak virus Corona.
Kenapa harus menunda perjalanan mudik Lebaran tahun ini? Kan mudik itu enggak hanya dua atau tiga orang yang melakukannya, di libur Idul Fitri itu, puluhan bahkan ratusan orang pulang ke kampung halaman untuk bertemu orang tua, keluarga, sanak saudara dan teman-teman sekampung. Moment Lebaran tak lengkap tanpa mudik bagi para perantau.
Kebayang kan, ratusan orang melakukan perjalanan via darat, laut dan udara. Dalam perjalanan itu, pasti ada saat bertemu atau kontak dengan orang lain. Bisa di tempat keberangkatan, tempat peristirahatan, tempat makan minum dan sebagainya. Dan, di tengah Pandemi Covid-19 ini, kita enggak pernah tau, orang yang kita temui atau bahkan kita sendiri, menjadi pembawa virus (carrier).
Jadi ingat obrolan daku dan teman-teman via messenger karena harus physical distancing (menjaga jarak fisik), Pandemi Covid-19 ini membolak balik kehidupan kita. Hal-hal yang sebenarnya penting tapi terlupakan, mau tidak mau harus dilakukan sekarang ini.
Seperti mencuci tangan hingga bersih sesuai aturan cuci tangan, tidak boleh sembarangan batuk (harus menutup hidung dan mulut dengan siku), menggunakan masker agar terhindar dari penyebaran virus atau udara yang tidak sehat, hidup sehat dengan mengatur pola makan dan istirahat yang cukup.
Hal penting lainnya, punya uang digital, e-money!
Gimana e-money enggak penting, buat para emak, perempuan seperti daku, yang suka malas bawa dompet besar, uang digital ini sangat menolong saat berbelanja kebutuhan sehari-hari di minimarket-minimarket, bayar tol atau beli bensin di SPBU.
Uang digital juga mengurangi resiko terpapar virus dari uang-uang tunai, yang kita enggak tahu siapa saja yang sudah memegang uang tersebut.
Benaran ya, Pandemi Covid-19 ini banyak mengubah kehidupan kita. Kita jadi lebih menghargai waktu-waktu yang kita jalani, kegiatan yang kita lakukan. Hampir semua aspek kehidupan berubahlah. Yang pasti, kalau penyebaran virus Covid-19 ini sudah berhasil ditangani Pemerintah Indonesia, sudah tidak ada lagi pandemi, ingin secepatnya bisa berkumpul bersama lagi.
Meski sedih harus patuh larena efek yang pada pulang kampung kemarin tuh temenku yang di Klaten sama Sidoarjo cerita sudah ada yang positif Covid 19 hiks. Kita harus lawan bersama memang biar putus kasus wabah ini
Aku tau gimana rasanya kalau mau mudik tapi harus ditunda dulu, tp yg ini mngkin agak berbeda krna ad kesempatan buat balik tp syg harus nahan dulu krna virus Covid
bener banget, sekarang ada dana, malah susah buat mudik.
Aamiin, makpuh.
Senangnya berkumpul bersama keluarga itu takkan tergantikan walau sudah ketemu lewat zoom meeting.
Huuhuu..
Dan uniknya makpuh, sepupsku besok nikah. Karena masa begini yaa…kami semua diundang via zoom.
Hihii…makin kreatif.
Saya juga kemungkinan besar gak mudik tahun ini Mba, ortu saya ada di Purworejo. Tunda mudik lebaran dulu demi memutus rantai Covid 19 ini, kita saling menjaga ya
Aku baca ini kok mbrebes Mak mataku. Kayak apa sedihnya ya bagi yang biasa mudik lebaran terus tetiba gak mudik.
Kami gak mudik juga tahun ini. Tetapi bagi saya sih udah biasa. Sering gak mudik saat lebaran.
Semoga secepatnya berlalu ya pandemi ini supaya bisa berkumpul dengan family dan berlebaran bersama, aamiin yaaa rabb
Betul banget mba, si Covid-19 ini amat mengubah setiap sisi kehidupan manusia saat ini.
Mau ngeluh ya ga guna ya mba, kudu hadapin dengan segala permasalahan yang timbul, terutama masalah ekonomi nih.
Semoga saja nanti setelah wabah ini berlalu, kita makin menghargai pertemuan fisik dengan orang-orang terkasih. Nggak lagi sibuk sama gadget meskipun duduk sebelahan. Betapa merindunya pada kedekatan fisik bersama keluarga dan sahabat ya kalau kayak gini.
Demi terputusnya penyebaran rantai corona, kita meski ikut anjuran pemerintah untuk menunda mudik, ya.
Semoga pandemi ini segera berakhir dan semua bisa berjalan normal kembali
Membayangkan lebaran tahun ini jadi sedih ngak bisa pulang kampung dan ketemu orangtua, yang terpenting orangtua sehat dan mudah-mudahan masih ada lebaran berikutnya. Kita juga harus menjaga kesehatan orangtua yang sudah lanjut usia dan semoga pandemi virus corona covid-19 ini cepat berlalu, sehingga kita bisa beraktivitas lagi seperti biasa.
Kami akhirnya juga membatalkan rencanamu di Mbak karena lebih baik di rumah saja semoga nanti ada waktu dan kesempatan yang lebih baik untuk bisa mudik bersama keluarga
*nangisssssss.
Aku padahal rencana pulang akhir maret maren ternyata begini hiks. Karena taun ini pas banget bawa anak2
Semoga semakin berakhir pandemi dan normal kembali
Saya juga nih mbak, ga bisa mengunjungi mertua. Meskipun cuma di Boyali sih. Demi keamanan semua. Bapak mertua juga lanjut usia, takutnya ga sengaja kita bawa penyakit ke sana. Memang sebaiknya menahan diri ya, dan berdoa semoga badai corona segera berlalu..
Kalau saya pribadi sejak jauh dr ortu emang tdk membiasakan lebaran mudik mak, krn kurang nyaman mudik barengan banyak org, biasanya kali milih saat idul adha atau hari lain jd soal tdk mudik tidak terlalu berdampak. Namun, ya agak sedih jg krn berasa auranya akan berbeda sekali yaa. Semoga semua diberi kesehatan ya mak, jd bisa mudik2 lg aamiin
Nyesek banget ya mba, kita jadi mengubah kebiasaan bertahun-tahun yang selalu mudik. Tapi gak apa deh demi menyetop penyebaran virus covid19 ini agar kondisi makin membaik.
Semoga mba Indjoel sekeluarga diberikan kesehatan yaa
Sedih baca ini. Ku juga sama sudah pasti enggak mudik lebaran ini. Demi kebaikan dan keselamatan semua, ikhlas deh pokoknya. Ikuti himbauan dan tunda mudik lebaran.
kami juga sekeluarga gak mudik mak. Alhamdulillah sejauh ini sih ortu di sana ngerti aja.
Tapi ini sepertinya ini tidak bisa dilakukan semua orang. Karena masih ada saja yang mudik. Kapal masih menurunkan penumpang, dengan pesawat masih cukup banyak juga yg bepergian, apa karena sarananya juga masih disediakan? kurang paham juga saya.
Bgmn pun juga semoga saja sehat2 dan aman selalu.
kalo aku memang sudah ga mudik lagi sejak berhenti merantau, mak indah. maklum udah menetap di bogor dan keluarga besar masih di jabodetabek.
lebaran kali ini memang berbeda ya. semoga saja wabah corona lekas berlalu
Meskipun ini bukan untuk pertama kali nggak mudik lebaran, rasanya beda banget. Dulu masih tinggal di Batam, sekali nggak mudik karena lagi hamil. Sekarang situasinya berbeda, tinggal satu provinsi sama keluarga, nggak mudik itu rasanya nggak karu karuan ya Makpuh.. Tapi gimana lagi, cuma bisa berharap semoga wabah ini segera berakhir, aamiin
huhuhuhu… sudah terbayang lebaran kali ini, hampaaa, anyep….
yang tadinya bakalan jadi momen seru setahun sekali, berjumpa semua sanak saudara, kali ini kita mengalah semua ya Inna 3 T
sabar ya, semoga saling mendoakan saja
Selama di rumah saja beberapa minggu ini, e-money saya banyak terpakai. Biasanya jarang belanja online. Sekarang segala kebutuhan yang bisa beli online akan dionline kan saja. Jadinya saldonya cepat terkuras. Mudah banget pemakainanya.
Semoga lebaran ini kita semua menahan diri. Gak mudik dan gak jalan-jalan. Toh Corona Virus akan ada akhirnya juga 🙂
ikhtiar saat ini buat pandemi covid19 banyak berdoa, mendekatkan diri pada Allah swt, mengikuti anjuran pemerintah buat dirumahaja dan gak mudik serta tentunya jaga kesehatan dan kebersihan
Aamiin…
semoga cepet berlalu ya Makpuh. Sedih rasanya kalo ga mudik padahal hal yang jarang banget dilakukan., bisa setaun sekali bahkan tahunan.
Tapi demi kebaikan bersama, lebih baik tunda dulu deh, biar nanti kangennya berlipat ganda.
Moment berkumpul sekali setahunnya itu, yang tak terlupakan ya.
Pasti bakal sedih banget deh kalau gak bisa mudik. Saya sudah pernah merasakannya. Tetapi, kali ini demi kebaikan bersama. Tahan dulu keinginan mudiknya. Biar penularannya putus dulu
Biar cepat juga selesai ya wabah ini, jangan sampai kelamaan.
Biasanya kalo Lebaran, aku mudik juga ke rumah ortu bersama anak-anak. Tahun ini jadinya nggak bisa mudik karena pandemi corona. Semoga pandemi ini cepat teratasi ya biar bisa beraktifitas normal lagi.
Sudah kangen kehidupan normal seperti yang lalu ya.
Tahun ini untuk kali pertamanya saya tidak mudik lebaran, dan mungkin kali pertama lebaran idulfitri di Jogja. Semoga lekas berlalu, dan mudik di lain waktu
Lho kukira Sitam sudah mudik duluan, ternyata masih di Yogya.
Main ke rumah saja ya nanti Lebaran 🙂
Hiks, hiksss…. samaaaaa kayak diriku Makpuh.
Suamiku kan kerja di Madiun, ini juga kagak boleh pulang ke Surabaya 🙁
Lebaran terancam kagak mudik juga deh.
Semoga corona ini segera berlaluuuuu ya
Aamiiin, aamiin, segera berlalu biar kita bisa berkumpul kembali ya.