Jamu Tolak Angin dan Resep Panjang Umur

Saat Bapak masih ada, kalau badannya nggak enak’an atau merasa masuk angin, pasti nyuruh anak-anaknya untuk beli jamu di tukang jamu yang mangkal tidak jauh dari rumah masa kecil kami. Bapak minta dibelikan jamu Tolak Angin!

Nggak tahu kenapa dan nggak tanya juga kenapa Bapak memilih minum jamu Tolak Angin, ketimbang memeriksakan dirinya ke dokter. Dan itu berlangsung terus hingga akhir hayatnya.

Dulu, masih teringat jelas, kalau disuruh beli jamu itu, saya pasti selalu ngedumel. Bukan karena nggak mau disuruh, tapi nggak tahan dengan bau jamunya. Saat beli, pasti saya menutup hidung dan memegang bungkusan jamu itu dengan dua jari.

Dalam hati, belum diminum saja nggak enak baunya, apalagi saat diminum. Perut mules membayangkannya.

Itulah Bapak. Sepertinya minum obat tradisional seperti jamu Tolak Angin itu lebih cocok ketimbang obat-obatan dari dokter. Apalagi terbukti manjur, masuk angin hilang.

Baca juga: Cerita Lain tentang Bapak 

 

Jamu Tolak Angin Masih Jadi Andalan kalau Masuk Angin

 

Pak Irwan dan Jamu Tolak ANgin Sido Muncul

Kesuksesan Hak Setiap Orang.

Kekayaan Pilihan Tuhan. 

~Irwan Hidayat

Bukan almarhum Bapak saja sih, yang senang atau percaya dengan ramuan tradisional seperti jamu Tolak Angin ini. Buktinya, tukang jamu pangkalan masih berjaya dan jamu Tolak Angin masih jadi rekomendasi buat nggak enak badan.

Ayo, siapa Sahabat Blogger yang suka minum Tolak Angin?

Kalau saya, sesekali, minum yang cair, nggak mau yang bentuk jamu gitu.

Kenapa sih Jamu Tolak Angin masih berjaya hingga sekarang, di usianya yang 88 tahun. Hih! Bahkan lebih tua dari usia Bapak kalau masih hidup.

Jawabannya saya dapat saat diajak untuk melihat langsung behind the scene pembuatan iklan sejarah Sido Muncul di Yogyakarta, awal Ramadhan lalu.

 

Behind the Scene Iklan Sejarah Sido Muncul

 

Behind the Scene iklan Jamu Tolak Angin

Behind the Scene iklan Jamu Tolak Angin

Yogyakarta, tepatnya di Kampung Ketandan, sejarah Sido Muncul dimulai dengan pembuatan jamu tolak angin godokan.

Oh ya, Kampung Ketandan ini dikenal sebagai daerah Pecinan di Yogyakarta. Terletak di pusat kota Yogyakarta, tidak jauh dari Jalan Malioboro yang legendaris itu. Hingga sekarang, Kampung Ketandan masih sarat dengan muatan etnis Tionghoa, dan menjadi sentral dari Perayaan Tahun Baru Cina (Imlek) di Yogyakarta.

Dalam proses pembuatan iklan sejarah Jamu Tolak Angin Sido Muncul ini, tidak berlokasi di Kampung Ketandan, karena daerahnya yang sudah terlalu ramai dan bising. Lokasi syuting berlangsung di kawasan cagar budaya, Kota Gede. Di salah satu rumah, yang bangunan lamanya masih dipertahankan. Rumah itu, menurut Pak Irwan Hidayat, Direktur Sido Muncul, mirip dengan rumah neneknya, tempat pertama berjualan jamu.

 

Berawal dari Jamu Godokan

 

Jamu Tolak Angin beraawal dari jamu godokan

Jamu Tolak Angin beraawal dari jamu godokan

Di sela-sela syuting, Pak Irwan Hidayat, bercerita mengapa ia membuat iklan tentang sejarah jamu Tolak Angin.

“Awalnya idenya Ria (Maria, anak sulung Pak Irwan, generasi keempat dari Sido Muncul), yang ingin generasinya juga generasi selanjutnya tahu bagaimana perjalanan satu obat tradisional yang berawal dari usaha rumahan, bisa menjadi besar seperti sekarang,” jelasnya.

Nantinya, iklan yang berdurasi dua menit itu, akan memperlihatkan bagaimana nenek Pak Irwan Hidayat, yaitu Ibu Rahmat Sulistio, membuat jamu godokan atau rebusan, yang kemudian dijual ke tetangga sekitar. Jamu godokan itu pun meraih pangsa pasar yang lumayan, hingga berinovasi menjadi jamu serbuk pada tahun 1951, dan keluarga Sulistio mendirikan pabrik jamu di Semarang. Pabrik yang dinamakan Sido Muncul, yang berarti Impian yang Terwujud.

Dari jamu godokan ke jamu serbuk, dan kini menjadi jamu cair, ternyata tidak ada perubahan resep dalam proses pembuatan jamunya.

“Dari zaman nenek saya sampai sekarang, keluarga tidak melakukan perubahan apa pun untuk bahan-bahan jamunya. Formulanya tetap seperti dulu. Resepnya sudah 88 tahun,” ungkap Pak Irwan.

Pantas ya, aromanya tetap sama. Eh, tapi jamu tolak angin cair yang sekarang lebih enaklah dibandingkan dulu waktu masih serbuk. Rasanya seperti nggak hilang di lidah, meski sudah minum air putih banyak.

 

Pasar Jamu Tolak Angin Telah Mendunia

Jamu Tolak Angin

Jamu Tolak Angin

Iklan sejarah Tolak Angin Sido Muncul ini akan dibuat dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Karena Sido Muncul ingin masyarakat internsional juga mengetahui sejarah perkembangan jamu, sebagai salah satu kearifan lokal Indonesia. Apalagi, pangsa pasar jamu Tolak Angin ini sudah mendunia. Pernah lihat iklan Tolak Angin yang dibintangi Manny Pacquiao, petinju ternama dari Filipina?

Iklan sejarah jamu Tolak Angin ini memang berbeda dengan iklan-iklan Tolak Angin sebelumnya. Bintang-bintang iklannya pun berbeda dari yang sebelumnya menggunakan public figure atau orang ternama, kali ini diperankan oleh model iklan biasa. Namun, slogannya tetap tak berubah. Orang Pintar, Minum Tolak Angin!

Baca juga: Cerita Lain tentang Sido Muncul

Tolak Angin yang kini menjadi Obat Herbal Terstandar, sejarahnya dimulai pada tahun 1940-an. Kini Tolak Angin tersedia dalam dua jenis atau varian, yaitu Tolak Angin dan Tolak Angin Anak.

Inovasi memang diutamakan dalam mempertahankan resepnya agar berumur panjang, hingga sekarang masih tetap diminati masyarakat.

“Tahun 200, kami memutuskan untuk melakukan uji toksit untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat pada produk jamu Tolak Angin. Dan sebagai bukti tanggungjawab kalau resep yang kami gunakan tidak berubah sama sekali,” papar Irwan yang didampingi putrinya Ria, yang menjadi salah satu direktur di PT Sido Muncul.

“Dalam proses uji toksit itu, saya sempat waas-was. Kalau Tolak Angin mengandung toksit, berarti kami harus melakukan perubahan dalam formula resep. Puji Tuhan, toksit nihil di Jamu Tolak Angin dan aman dikonsumsi siapa pun.”

 

Jamu Sido Muncul Aman Dikonsumsi Siapa Saja

Jamu Tolak Angin

Jamu Tolak Angin

Kekhawatiran Irwan Hidayat dan keluarganya terhadap hasil uji toksit memang beralasan. Seperti yang nantinya akan ditemui di iklan sejarah Tolak Angin ini, jamu godokan yang dibuat oleh Ibu Rahmat Sulistio itu awalnya diperuntukkan untuk anak-anaknya jika sakit menghampiri. Benar-benar resep rumahan dengan bahan-bahan rempah yang memang ada di Indonesia.

Dengan hasil uji toksit yang menggembirakan ini, Sido Muncul percaya untuk mempertahankan resep keluarga dan menjadikan Tolak Angin sebagai produk yang bertahan sepanjang masa.

Sahabat Blogger suka minum jamu apa?

Sudah mengantongi Tolak Angin kalau bepergian?

Jangan lupa sediakan satu sachet untuk antipasi mabok laut, darat dan udara, karena Orang Pintar, Minum Tolak Angin.

 

22 Comments

  1. Rezura June 2, 2022
  2. Rahmi June 20, 2017
  3. indah nuria June 16, 2017
  4. Diaztomo Febrieanto June 16, 2017
  5. Sandra Nova June 16, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  6. inayah June 15, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  7. momtraveler June 14, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  8. Fanny f nila June 13, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  9. Anik n June 13, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  10. Evi Fadliah June 13, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  11. Tanti Amelia June 13, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  12. herva yulyanti June 13, 2017
    • indahjuli June 16, 2017
  13. lendyagasshi June 13, 2017
    • indahjuli June 16, 2017

Leave a Reply