Siang hari di bandara Yogyakarta. Kaki-kaki kecil itu berlarian ke sana ke mari. Tidak dipedulikannya, kaki-kaki lain yang hilir mudik. Tak lama, pemilik kaki kecil itu menghentikan aksinya berlarian saat seorang perempuan muda berseru memanggil namanya.
“Rais, jangan lari-larian! Nanti capek.”
Perempuan muda itu lalu menghampiri dan menggendongnya. “Tuh kan, kamu keringatan,” ucap perempuan itu sambil mengusap wajah Rais.
Mereka kemudian duduk di sebelah saya, yang kebetulan kosong, di ruang tunggu Bandara Adisutjipto Yogyakarta.
“Mau ke mana?” tanya saya yang sedari tadi memperhatikan tingkah laku mereka.
“Ke Batam,” ucap perempuan muda itu. “Mbak, mau ke mana?” Ia balik bertanya.
“Ke Bandung, ” jawab saya sambil memperhatikan televisi yang menayangkan jadwal penerbangan, dan penerbangan kami, Bandung dan Batam mempunyai jadwal yang sama, 12.20 WIB dari Yogyakarta, dengan waktu check in terbuka, tidak ada penundaan.
“Ke Batam mau jalan-jalan?” Saya membuka obrolan.
“Pulang,” jawabnya. “Saya tinggal di sana, ikut suami yang kerja di Batam. Tapi kami asli Yogya. Ini habis mudik.”
“Oh, tinggal di Batam,” kata saya sambil mengangguk-angguk.
“Kok belum ada pemberitahuan untuk boarding ya?” ucapnya lirih.
Saya melihat jam tangan di pergelangan tangan. 11.45, ucap saya dalam hati. Tersisa lima menit lagi untuk waktunya boarding.
Bandara Yogyakarta yang Perlu Banyak Dibenahi
Ruang tunggu keberangkatan bandara Yogyakarta itu semakin ramai. Beberapa penumpang terlihat membawa anak-anaknya. Ada yang duduk manis. Ada juga anak-anak yang berdiri di dekat kaca, memperhatikan pesawat yang berada di landasan.
Andai di ruang tunggu ada tempat khusus anak-anak bermain (playground atau play corner), untuk menghabiskan waktu menjelang boarding, pastinya akan lebih nyaman.
Saya jadi teringat di salah satu ruang tunggu di Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta, yang mempunyai play ground.Β Meski kecil, tapi anak-anak senang bermain di sana. Tidak berlarian di ruang tunggu.
Begitu pun di Bandara Hussein Sastranegara, Bandung. Ada play corner, untuk anak-anak bermain bersama orang tuanya selama menunggu di bandara. Kadang ada anak yang saling berkenalan karena bermain di playground. Lucu kan?
Yang paling bagus sih, arena bermain anak di ruang boarding T3 Ultimate Bandara Soekarno Hatta. Benar-benar bisa menghilangkan rasa bosan anak saat menunggu pesawat datang. Orang tua pun merasa nyaman, cukup hanya mengawasi anaknya.
Di ruang tunggu terminal A Bandara Adisutjipto Yogyakarta ini tidak ada fasilitas seperti itu. Kalau di terminal B, ada playground katanya, tapi saya belum pernah masuk ke sana.
Kenyamanan Ternyata Berperan Penting dalam Mendesain Bandara
Sesungguhnya buat saya, ibu yang punya anak dan salah satunya masih berumur di bawah 10 tahun yang masih senang main, bandara atau bandar udara itu wajib punya playground di ruang tunggunya. Apalagi kalau pesawat delay yang bisa sampai berjam-jam, yang suka bikin anak merasa bosan. Kalau ada playground dengan segala fasilitas bermainnya, pastinya bisa jadi tempat main yang mengasyikkan.
Kalau nih, kalau ya, Bandara Yogyakarta akhirnya dipindahkan ke lokasi baru di Kulonprogo sana, saya berharap ada arena bermain untuk anak-anak. Nggak masalah arena bermainnya tidak terlalu luas. Yang penting, ada fasilitas bermainnya.
Yogyakarta Butuh Bandara Baru yang Lebih Luas
Ngomong-ngomong soal bandara Yogyakarta, rasanya memang harus dibangun bandara yang lebih luas lagi.
Seperti saat saya hendak ke Bandung ini. Hanya karena Batik Air terlambat datang, jadwal penerbangan beberapa maskapai pun ikut mundur selama 20 menit.
Memang nggak lama sih, tapi bikin hati tuh serasa mangkel. Saya terpaksa harus menelepon teman yang akan menjemput, untuk memundurkan waktu menjemput. Sedangkan ibundanya Rais, terpaksa harus menyabarkan anaknya yang sudah bosan karena lama menunggu.
Bagaimana pesawat nggak mundur jadwal lepas landasnya? Landasan Adisutjipto itu nggak terlalu luas. Harus saling bergantian, biar nggak bentrok saat datang dan pergi.
Oh ya, saya pernah lo mengalami berputar-putar di atas (udara) karena pesawat belum bisa landing.Β Sebabnya,t ada pesawat yang mau take off, sementara landasan bandara penuh dengan pesawat lainnya. Jadi, kami harus menunggu pesawat yang take off.Β Baru kemudian, pesawat yang saya tumpangi bisa turun, landing. Nggak nyaman kan? Apalagi saya yang sejujurnya penakut ini.
Dua puluh menit di atas udara itu bikin jantung berdegup kencang. Bait-bait doa pun saya kumandangkan meski dalam hati. Pikiran buruk nyaris berkecamuk, apalagi saat teringat anak-anak di rumah.
Hadeh, jangan sampai kejadian lagilah. Kadang, bisa lebih dari 30 menit lo, berputar di atas udaranya. Benar-benar nggak nyaman dan bikin kapok sebenarnya. Tapi mau gimana lagi? Kadang butuh naik pesawat untuk keperluan yang mendesak.
Sudah Saatnya Yogyakarta Punya Bandara yang Jauh dari Pemukiman
Ya gitu deh kalau bandara sudah terkepung dengan bangunan-bangunan dan perumahan penduduk. Menurut saya, ini menurut saya lagi lo ya, bandara itu harusnya punya landasan yang luas dan jauh dari pemukiman penduduk. Cukup dua kali saja mengalami pesawat yang ditumpangi berputar-putar di atas udara.
Bandara Yogyakarta yang baru ini memang sangat diperlukan. Yogyakarta kan destinasi wisata yang nyaris tiap pekan didatangi para wisatawan, baik dari Indonesia maupun dari luar negeri.
Kadang saya suka mikir. Ini bandara atau terminal bus sih? Pikiran itu timbul lantaran melihat banyaknya penumpang di Bandara Adisutjipto, baik yang datang maupun yang pergi. Terminal kedatangan dan keberangkatannya kecil, maka diperlukan ruang yang lebih luas lagi, biar nggak terjadi penumpukan.
Harapan Saya untuk Bandara Yogyakarta yang baru
Saya sih berharap New Yogyakarta International Airport (NYIA) nantinya semakin bagus dengan segala fasilitas yang mendukung. Harapan saya lagi, New Yogyakarta International Airport (NYIA) kental dengan nuansa budaya Jawa sebagai keistimewaan Yogya. Pengumuman boarding dengan bahasa Jawanya jangan dihilangkan. Senang banget mendengarnya.
Lokasi NYIA nantinya memang lebih jauh dari rumah, tapi nggak masalah buat saya dan anak-anak. Bandara Adisutjipto walau tidak jauh dari lokasi rumah (sekitar 20 menit berkendaraan mobil), keadaan lalu lintas sekarang ini susah diprediksi dengan padatnya lalu lintas di ring road utara dan Jalan Raya Adisutjipto. Apalagi kalau hujan, bisa bermacet-macet ria dan bikin deg-degan kalau kita belum sempat check in online.
Seru juga rasanya kalau ada rail link seperti di Bandara Kuala Namu, Medan, dan Sumatera Utara. Anak-anak bisa merasakan naik kereta bandara. Juga bisa menikmati pemandangan yang indah sepanjang perjalanan. Bukankah Yogyakarta terkenal dengan pemandangan indah, wisata alamnya yang mememesona, sehingga banyak wisatawan yang berkunjung?
Lagi pula ya, sudah saatnya Yogyakarta punya bandar udara sendiri, tidak menumpang lagi ke Angkatan Udara Tentara Nasional Indonesia (TNI AU). Yang namanya numpang ada batas waktunya kan? Yang namanya menumpang, tidak bisa seenaknya untuk memperbaiki atau merenovasi kan?
Kalau New Yogyakarta International Airport, karena punya sendiri, pasti akan dibuat senyaman dan seindah mungkin bagi masyarakat Yogyakarta. Sebagai daerah istimewa, New Yogyakarta International Airport yang istimewa, benar kan?
Jogja selalu Istimewa… π
Jogja memang istimewa, selalu kangen ingin kesana π
semoga aku bisa kembali ke jogja lagi… di bandara barunya π
Yaaay, kopdaran lagi kita π
Aku setuju dipindah, selain biar sirkulasi pesawatnya lancar juga biar memecah konsentrasi aktifitas kendaraan yang lalu lalang di jalan Solo. Lagian jogja udh terlalu crowded, biar kue ekonominya bisa dinikmati Kabupaten lain juga
iya mba, aku juga setuju adanya playgroung di bandara
playground itu penting buat anak-anak saat menunggu keberangkatan pesawat ya π
Karena buat kita ibu-ibu biar aman dalam memantau anak saat di bandara ya π
Sepakat mbak indah, kl ada playground di bandara bakal nyenengin anak2 yg kadang rewel nunggu pesawat kelamaan.. Semoga bandara baru di Yogya bisa seperti yg diharapkan mbak indah dan para netijen π
Salam rindu buat emak keren satu ini :*
Iya, semoga bandara baru lebih istimewa seperti halnya Yogyakarta π
Setuju banget mak, sebagai ibuk2 yg punya 3 anak saya tahu banget pentingnya playground dan fasilitas yg ramah anak lainnya di bandara.
hihihihi, toss ya.
Apalagi kalau delay ya, playground itu bermanfaat banget biar anak-anak nggak lari-larian ke sana ke mari.
Aku suka serem kalo ngebayangin bandara yg dekeeet banget ama perumahan penduduk mba. Jd inget pas pesawat adam air ato batavia yaa, dan pesawat hercules, yg 2-2 nya jatuh di perumahan penduduk dari polonia medan. Duuuh, ga kebayang itu seremnya seperti apa π
Memang udh waktunya sih jogja dibenahin bandaranya. Aku pas ke sana trakhir juga miris ngeliat bandara nya yg imut banget dengan jumlah penumpang yg ruameeee. Solo aja bandaranya lbh gede padahal penumpangnya ga secrowded di jogja
Yang paling crowded itu Jumat, Sabtu, Minggu dan Senin, tumpah ruah sampai di luar pun penuh π
Iya, runway bandara Jogja terlalu pendek. Saya selalu deg-degan tiap mau mendarat di Jogja. Semoga bandara baru nanti jauh lebih baik, tapi juga semoga pembangunannya tidak merugikan masyarakat sekitarnya.
Yup, semoga menemukan solusi terbaik buat masyarakat sekitar. Bandara baru semoga memberikan yang terbaik buat masyarakat sekitarnya.
Semoga semakin maju ya YOGYA mak
Insya Allah, karena yogya istimewa
mmmm… jadi takut yach Mbak klu terlalu lama muter2 diudara, khwatir si burung besinya ngk turun2.
saya blm penah naik pesawat mbak, jadi sensasi ” dag dig dugnya ” saya belum mengalaminya. π
Hahahahaha, kalau nggak turun sih nggak mungkin, pasti turunlah. Deg-degannya sebelum turun itu lho π
Aku baru sadar NYIA itu kepanjangan dari New Yogyakarta International Airport π
Jika memang dibangun di Kulon Progo, tentu pengelola harus peka untuk membuat fasilitas transportasi menuju sana agar lebih mudah diakses.
Yup setuju, akses yang mudah pastinya. Kalau aku sih harapannya ada rail link seperti di Bandara Kuala Namu itu π
Ahhh, NYIA juga istimewa, ntr kapan2 mo nyobain ahh terbang ke sana..
Apalagi kalo ada Rail Link makin istimewaaaaa
Naik rail link itu ternyata asyik ya π