“Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya” (berbagai sumber)
Beberapa waktu lalu, sulung saya, Taruli, bercerita tentang temannya, yang menurutnya sudah berubah. “Dia nggak seperti dulu, apa-apa cerita sama aku. Kayaknya dia punya teman lain, yang lebih seru,” kata Taruli. Meski berusaha menutupi perasaannya, tapi saya tahu dia sedih dengan persahabatannya itu.
Waktu itu, saya bilang sama dia, meski kalian bersahabat, tapi setiap orang punya keinginan sendiri, termasuk keinginan untuk berteman dengan yang lainnya, meski ia sudah mempunyai teman dekat. “Mungkin, sekarang dia merasa lebih enak berteman dengan si A, kamu nggak boleh marah atau iri.”
“Nggak selalu temanmu harus berhubungan denganmu, bercerita-cerita padamu, karena kalian juga punya urusan yang bukan hanya pertemanan. Kalau perlu, sekali-sekali kalian putus pertemanan, biar kamu tau seberapa penting dia untukmu, dan kamu untuk temanmu.”
Saya juga bilang ke Taruli, yang penting bagimu adalah temanmu itu tetap mengingat kamu sebagai temannya. Begitu pun kamu ke temanmu. Di mana pun ia berada, jauh dekat, atau bahkan jarang menghubungi kamu, selama kalian saling mengingat, itulah pertemanan.
Perasaan tak rela berbagi teman ternyata nggak hanya dialami anak seusia Taruli (10 tahun). Seorang teman saya menuliskan status di Facebook : pernahkah merasa tak rela berbagi teman?
Macam-macam yang komen, dan saya menarik kesimpulan, ternyata apa pun yang namanya berbagi teman itu, ada yang menyenangkan, tak sedikit yang kurang menyenangkan.
Menyenangkan kalau teman kita itu, meski pun memiliki teman baru, tetap memperhatikan kita dengan tulus, meluangkan waktu untuk sekedar say hello, membuat kita terhibur di kala duka, dan tetap mengingat kita meski pun terpisahkan oleh jarak dan waktu.
Teman atau sahabat adalah hadiah dalam kehidupan kita. Dan, seperti kata salah seorang teman terbaik saya : Siapapun sahabat kita dia tetaplah kita dan harus saling mengerti perasaan satu sama lain.
Waktu yang akan memperlihatkan mana yang benar2 teman terbaik.. 🙂
Rasa tak rela berbagi teman itu manusiawi sekali ya Kak. Sama seperti temanku, kalau sudah jalan maunya ya hanya berdua saja, si A gak boleh ikutlah, si B ga serulah. Lalu kalau ternyata ada cerita yang aku sharing ke orang lain tp gak ke dia dan dia tahu, dia akan ngambek berat. Samalah, sebaliknya aku juga begitu. Pertemanan itu memang eksklusif tapi seiring berjalannya waktu, dengan banyaknya teman yang kita miliki, sekarang jadi tidak terlalu posesif lagi. Saling mengerti bahwa setiap teman punya porsi dan fungsi masing2 dan yang penting memang kami tidak saling melupakan. 🙂
Saling mengerti bahwa setiap teman punya porsi dan fungsi masing2 dan yang penting memang kami tidak saling melupakan >> Setujuuuuuuu 😀
hehe ini masalah klasik ya… bahkan sampai seringnya nemuin akhirnya dulu saya sempet menganggap sudah saatnya tidak kekanak-kanakan lagi dan “merelakan” saja teman runtang runtung saya selama beberapa tahun. tapi ternyat dengan merelakan bukan berarti kehilangan malah kita jadi lebih deket. jadi menurutku berbagi teman itu nothing to lose^^
iya masalah klasik, tapi tak pernah basi ?
yup, setuju, berteman nothing to lose.
berkunjung pagi ..
salam 😀
terima kasih kunjungannya.
Sekali-sekali perlu putus pertemanan….*manggut-manggut*. Makasih nasihatnya, Mbak Indah:)
Setuju sama Mbak Kiky soal seleksi alam, juga Mas Unggul soal soulmate sungguhan.
hihihi, punya pengalaman menarik soal pertemanan, Rin ?
wah…makin besar anak, makin beragam permasalahannya, mamanya harus kreatif & makin pinter kasih tanggapan ke anak nih…
Betul, Riana, apalagi anak kita perempuan, lebih perasaan yang bermain 😀
mestinya disadari dulu bahwa orang-orang yang dateng ke kehidupan kita itu macem-macem. Ada yang karena alasan tertentu, yang begitu apa yang kita inginkan telah tercapai mereka hilang dari kehidupan kita. Ada juga yang datang hanya semusim. Mereka akan meninggalkan kita karena berbagai alasan. Mungkin meninggal dunia atau alasan-alasan lain. Ada juga yang ada bersama kita selamanya.
Apapun jenisnya, mereka itu lah yang membuat hari-hari penuh warna. Toh kita sendiri juga datang dan pergi dikehidupan orang lain juga.
Kalo udah ngerti itu sih, rasanya mau siapa pun yang datang dan pergi, kita akan menerimanya dengan tangan terbuka
*aish ngemen apa saya ini*
hehehe, ya ngomong bener dong, Chi.
Siiip, nanti tak’ sampaikan ke anakku dan temanku.
Thanks ya.
Gak rela berbagi teman adalah cerminan bukanlah teman yang baik
Bukankah jiwa bersahabat itu mampu berteman dengan siapa pun, termasuk dengan temannya teman 🙂
kalau orang dewasa, harus mampu berbagi dengan teman-temannya, kalau anak-anak, susah juga 😀
Tapi, sebagai orangtua kita harus mengingatkan seperti yang Kang Achoey bilang. Thanks ya
setuju dengan kuot terakhir itu, mbak indah, meski mungkin ada banyak sahabat yang kadang tidak mengerti perasaan sahabatnya. Tapi, satu hal yang fety yakini, jika berbuat untuk kebahagiaan orang lain, tanpa mengharapkan balasan dari dia, InsyaAllah akan ada banyak pintu-pintu kebahagiaan yang Allah bukakan untuk kita.
Amiiin, senang membaca kalimat Fety yang terakhir.
Berbagi teman?
Saya merasa tidak apa-apa…
Berbagi pacar?
Wah itu baru bikin emosi… 😀
huahahahahah, pacar ketinggalan kereta ?
thanks sudah berkunjung ya.
manusia ga selalu sama…terjadi perubahan secara fisik maupun non fisik..hehe
Betul, Mas, dan pertemanan pun berubah ya 🙂
hehe kayak si andrew waktu itu… dia lagi deket ama temen sekolahnya namanya rava. jadi kalo rava mau main ama anak lain, gak boleh ama si andrew. soalnya katanya rava is my best friend, jadi gak boleh main ama anak lain… kaco… 😀
huahahaha.
Iya, anak2 kalau udah merasa best friendnya nggak mau berbagi.
Baguslah Taruli udah bisa curhat ke inanya. Ina adalah teman terbaik kamu kakak Taruli.
hehehe, berusaha menjadi temannya Taruli.
Walau pun kadang dia juga suka kesal sama saya.
Terima kasih ya kak Monda.
makasih udah jadi teman gw ya kak *peluk*
Sama-sama De, gw juga senang ditemani dirimu *pelukpeluk*
sahabat emang rasanya nano2,, kadang senang ada kalanya kita sedih karena di nomr 2kan,, tapi semua akan kembali merindukan, apa lagi setelah berpisah beberapa saat ..
salam 🙂
Jauh di mata dekat di hati 😀
mungkin utk seusia taruli, masih senang bergantung dg teman
kemana2 harus ada teman
ikut apa2 harus ada teman
tapi nanti dia pasti bakal ngerti, gak selamanya harus bersama teman 🙂
setuju sama mbk Kiky: seleksi alam ina 🙂
hehehe, setuju sama Linda dan Kiky.
Denuzz juga pernah punya sahabat kala SMS, tapi setelah masuk dunia kampus, sepertinya kita berdua menjadi jarang berinteraksi… Sedih rasanya … 🙁
Dulu, kita temen curhat, sekarang ketemu pun hanya menyapa sekenany… 🙁
Salam sayang dari BURUNG HANTU… Cuit… Cuit… Cuit…
Ayo dong, disapa lagi, ditemuin, jangan sekedar sms 😀
dalam kehidupan pertemanan, memang akhirnya ada juga seleksi alam, siapa yg akan menjadi teman dikala suka dan duka ya InJul.
aku banyak mengalamai hal seperti ini dlm pertemanan
salam
Pertemanan yang Bunda alami diceritakan di blog dong 😀
memberi semangat kepada anak memang membutuhkans eni tersendiri ya, mbak. Saya jadi ingat si sulung. Dia memiliki sahabat 3 sekawan, tapi kadang salah seorang sahabatnya berusaha memberikan perhatian lebih kepada teman anak saya yang salah satunya, sehingga si sulung merasa dalam persahabatannya ada persaingan. Lucu juga, anak-anak TK sudah bisa bersaing seperti itu.
hehehehe, namanya anak2 mereka lebih menunjukkan perasaannya ketimbang orang dewasa 😀
sahabat n teman ntu bukan dalam arti fisik kedekatannya ya naak.. ( so tua hehe..) benar.. kamu kan bukan iklan clean n clear .. (tambah ga jelas ngejelasinnya).. itu iklan bapak suka banget loh.. mudah2an kamu secantik itu hihi.. (udah ah..)
intinya teman ga harus kemana2 bareng. Dan tak bagus juga seperti soulmate or sisters padahal kan kita punya keluarga beneran yang lebih dari sekedar teman. Spend time with us honeeyy… 🙂
Meluangkan waktu bersama keluarga, memang mengasyikkan.
Terima kasih pujiannya om Unggul 😀
karena manusia itu pasti akan berubah… everybody’s changing.
EM
Betul juga ya, kak.
Apalagi seumur Taruli, masih panjang perubahannya 😀
Thanks kak Imel.
Birds at the same feathers flock together, akhirnya teman seleksi alam juga 🙂
hehehehe, setuju Ky