“Dulu aku berpikir, sebagai perempuan dewasa kita harus menyelesaikan masalah sendiri. Jangan libatkan orang lain karena akan merepotkan, mengganggu pikiran orang itu.” ~ Perjalanan, Reda Gaudiamo
Beranikah kita bersikap jujur?
Jumat kemarin, 11 September 2015, dalam perjalanan pulang dari Jakarta ke Yogyakarta menggunakan kereta api Bima, saya membaca Kumpulan Cerpen “Tentang Kita” Reda Gaudiamo, yang diterbitkan oleh Penerbit Stiletto, April 2015.
Dalam setiap perjalanan, saya memang selalu membawa buku untuk teman perjalanan. Lebih nikmat membaca buku dari pada utak atik gadget, yang kadang suka bikin pusing 🙂
Buku Reda Gaudiamo ini sudah lama saya beli dari sahabat blogger saya yang juga penulis buku, Carolina Ratri atau saya biasa memanggilnya Carra. Tapi baru berhasil menuntaskan membacanya ya kemarin di kereta api Bima itu 🙂
Salah satu cerpen dari buku Kumpulan Cerpen “Tentang Kita” yang saya sukai berjudul Perjalanan. Ceritanya menyentuh dan pas banget dengan keadaaan saya waktu itu, perjalanan dari Jakarta menuju Yogya, seperti tokoh utama cerita.
Cerpen Perjalanan ini tulisannya banyak yang menginspirasi, seperti saya kutip di bawah ini:
“Biar saja orang tahu kita tidak sempurna. Tapi dalam ketidaksempurnaan itu kita sudah bersikap jujur. Kita sedang dalam upaya memperbaiki diri.”
Bersikap Jujur. Walau itu mempengaruhi reputasi kita. Nama baik kita. Pekerjaan kita. Mampukah kita bersikap jujur?
Kalau saya sih, dalam beberapa situasi, jujur belum berani bersikap jujur sepenuhnya, ke hadapan orang-orang apalagi. Tapi setidaknya, untuk diri sendiri dan keluarga, selalu bersikap jujur, apalagi kepada hati nurani 🙂
Menyakitkan sih memang bersikap jujur. Tapi seperti tulisan Reda Gaudiamo ini, dari pada kita terus menerus menutupinya, terus menerus berbohong, malah kita sendiri yang menjadi sengsara. Karena kita dituntut untuk menutupinya, berbohong berkali-kali bahkan jutaan kali.
Belajar bersikap jujur.
Dari yang saya baca dari Imam Al-Ghazali menyebut ada Lima (5) Bentuk Kejujuran :
- Jujur dalam ucapan
- Jujur dalam berniat
- Jujur dalam kemauan
- Jujur dalam menepati janji
- Jujur dalam perbuatan
Apa maksudnya? Cari saja sendiri 🙂
Duh iseng banget ya daku nulis seperti ini. Ini bukan dalam rangka pencitraan diri ya, tapi benaran lho, rasanya sekarang ini banyak bertaburan hal-hal yang negatif. Padahal kita butuh energi positif. Dunia memang panggung sandiwara, tapi janganlah sandiwara itu berkepanjangan.
Cukup sinetron Tersanjung saja yang panjangnya ratusan episode 🙂
Oh ya, buku Kumpulan Cerpen Tentang Kita Reda Gaudiamo ini bagus lho. Beli dan baca deh, pasti bakalan nyandu sama tulisan-tulisannya Reda.
Daku saja nggak pernah bosan baca, padahal beberapa cerita dari Kumpulan Cerpen ini merupakan tulisan lama yang sudah pernah diterbitkan di beberapa media cetak besar seperti Majalah Femina, Majalah Hai, Koran Kompas dan sebagainya.
Beberapa cerita sudah pernah saya baca di media cetak itu. Tapi, dengan keadaan sekarang, cerita tersebut masih tetap relevan. Two thumbs up buat Reda.
bersikap jujur untuk perdamaian http://androoz.com/
Jujur itu sangat penting, karena sekali berbohong pasti akan keterusan
memang bersikap harus dibiasakan sejak dini ya mbak biar terbiasa jujur nantinya… jangan masalah yang mempengaruhi reputasi, hal hal saja kadang masih bisa gak jujur 🙁
Mbaaaaak… aku baru ngeh kalo baca2 dari tadi brasa kayak lagi nonton Criminal Minds. Banyak quote-nya. Hahaha. Kerennnnn! 🙂
Halo mak Indah.. Salam kenal.. Tulisan mak ini buat sy mikir ke dalam diri mengenai kejujuran. Selama ini, sy mungkin sudah menjadi anak baik-baik, tapi mengenai berani jujur sepertinya sy harus banyak berlatih. Karena rupanya tidak semua hal itu bagus atau ingin didengar oleh orang lain.
Makasih sharing nya mbak, jadi pengen nulis sesuatu mengenai kejujuran 🙂
Jujur ajur kata orang mbak Indah, tapi saya berusaha menanamkan kejujuran pada anak2. Tapi kadang krn sok jujur malah dicap sok suci ama tmn lain. Mau jujur aja susah,
terutama hati yg harus punya sifat jujur ya mbak..makasih sharingnya 🙂
jadi inget peptah ini, kul haqqu walau kaanna murron..ucapkan walaupun pahit.
DUlu suka banget baca cerpen di majalah femina,sekarang udah nggak pernah hehe
jadi penasaran ni sama kumcernya..
Ini tulisan yang jujur, Mak Indah …. terasa …
Benar sih, jujur ternyata tidak mudah ya
yup, kadang jujur itu menyakitkan tapi ya itulah harus diungkapkan ya daripada jadi bisul
Benarkah sebagai orang dewasa kita tidak boleh membiarkan orang lain tahu masalah kita? *gigit kuku
sepertinya, bukunya menarik mbak
ntar coba saya searching dulu
oh ya, jujur itu sebenarnya ga sulit
tapi juga tidak mudah…
he he he
Ei suka ga bisa nyembunyiin kalo lagi seneng, sedih, kesel, bete pasti ketauan. Kayaknya kalo ini sih ekspresif ya, sama ngga dengan jujur? Kayaknya sih ngga ya. Hehehe
Kadang2 ngga menguntungkan sih kalo situasinya ga pas, but that’s me *lha malah curcol*
Waahh saya tampaknya perlu baca buku2 begini, dah lama ga pernah baca2 hahaha payah
Aku gak suka nyinyir atau nyindir, sukanya ngomong terus terang pd yg bersangkutan & tak akan melibatkan orang lain. Tapi tak semua orang bisa menerima kejujuran tsb, malah sempat dibilang jahat. Jadi lebih baik ngomong yang umum2 saja sama orang lain. Hal2 yg penting2 diomongin didalam keluarga saja, karena dalam keluarga kejujuran sepahit apapun akan dimaklumi, dimaafkan dan dicarikan jalan keluarnya bareng2.
jujur ucapan nih yang kadang suka masih belum jujur sepenuhnya, apalagi kalo lagi ngajuin cuti ke boss hehe
selalu suka baca tulisan mba indah..walaupun saya lbh sering jadi silent reader mbak, sekarang saya juga lagi butuh aliran energi positif sambil memperbaiki diri seperti dalam postingan ini.
Ah, tulisan Mbak Reda memang selalu bikin jatuh cinta ya. Kangen baca tulisan beliau lagi.
Iya, cerita-ceritanya membumi banget, serasa tulisan itu menceritakan kita sendiri ya 🙂
akju jujur ke Mbak Indah nih, lagi moody buat postingan kebanyakan jualan hahaha oops makanya bikin blog lain deh. Mbaktersanjung emang akhirnya gimana sih? heheh
Hahaha, semakin banyak blog, semakin banyak ide menuliskah, Lidya?
Dulu aku suka baca tulisan beliau di majalah Femina..
buku kumpulan cerpen yg beliau terbitkan itu bisa menjadi pilihan ya Mba bagi penggemar yg merindukan karya2nya…
Benar sekali mbak Rita, kumpulan cerpennya ini best seller di Penerbit Stiletto 🙂