Punya dua anak remaja khususnya anak remaja perempuan itu sesuatu banget. Rasanya nih, tiada hari tanpa drama. Kadang drama satu babak, lain hari drama tiga kali tayang. Tapi sebenarnya, setiap tahapan hidup anak itu ada tantangannya masing-masing. Misalnya, saat anak-anak usia dua tahun–si terrific two–yang riwil aja apa-apa, lalu ke threenager dengan kesotoyannya. Menginjak ketika mereka mulai SD, saat sudah kenal sama teman-teman baru. Bakalan beda lagi tingkahnya. Lalu, preteen. Dan, selamat, sekarang sudah saatnya mendidik anak remaja.
Sahabat Blogger dan pembaca setia blog Cerita Cita Cinta Coretan Indah Juli, mungkin sudah tau ya, paham kalau daku punya dua anak remaja perempuan yaitu si sulung Taruli dan Kayla, anak nomor dua. Jarak antara Taruli dan Kayla itu sekitar 5 tahunan. Saat mereka kecil (usia TK – SD) terasa sih perbedaan usianya. Tapi begitu keduanya di usia sekolah menengah, nggak ada bedanya. Kelakuan, sikap, suasana hati, tindak tanduk, kesukaan, dan gaya ngobrolnya, nyaris sama. Apalagi mereka memiliki kesukaan yang sama, apalagi kalau bukan urusan per-Kpop-an. Eh tapi Kayla masih lumayan lah, walau menyukai Kpop, Michael Jackson tetap penyanyi idolanya sejak dari SD.
Di beberapa postingan daku, ada cerita-cerita tentang bagaimana riuhnya mendidik anak remaja khususnya anak perempuan seusai Taruli dan Kayla. Perbedaan zaman dan komunikasi jadi salah dua pemicu dalam beberapa interaksi daku dan Mas Iwan terhadap dua anak gadis baru gede itu.
Nih beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mendidik anak remaja, tapi nggak terkesan memaksa mereka untuk menuruti kita. PS: ini berdasarkan pengalaman daku ya.
1. Lewatkan waktu bersama
Yang namanya anak remaja sudah mulai banyak main dengan teman-teman sebayanya kan? Udah mulai ngerti hangout. Ya nggak masalah sih. Beri saja dia waktu untuk bersosialisasi.
Tapi nggak berarti lantas nggak ada jadwal bersenang-senang bareng keluarga kan? Sekali waktu, atur jadwal supaya bisa melewatkan waktu bersama. Ini wajib banget deh, supaya rasa kita tuh tetap nyambung, meski mungkin anak remaja kita sudah nggak selalu di rumah. Seminggu sekali aja sudah cukup kok, pas weekend misalnya. Yang penting kan kualitasnya.
2. Komunikasi adalah koentji
Ngomong sama remaja kadang memang bikin emosi sih. Cuma ya justru di situlah tantangannya. Saat si remaja merasa bahwa kita bisa memahami mereka, bisa mengerti apa mau mereka, maka saat itulah mereka akan lebih terbuka.
Nah, untuk bisa memahami mereka ya komunikasilah kuncinya.
Sebenarnya kita bisa mulai dari satu hal: cari tahu apa minatnya, dan masuk dari situ. Dia sukanya apa? Hobinya apa? Tokoh idolanya siapa? Musik kesukaannya apa? Suka nonton film apa? Dan sebagainya. Kalau kita mengerti apa saja kesukaannya, maka kita sudah masuk ke dalam dunianya.
Lalu buka obrolan dengan hal-hal yang disukainya itu. Biasanya sih dengan begini, komunikasi akan lebih mudah mengalir.
3. Pahami masalah mereka
Apa sih masalah mereka? Semoga saja sih masalah mereka adalah masalah yang umum dialami remaja lainnya juga ya. Bukan masalah-masalah yang terlalu pelik deh. Misalnya malas belajar, pengin barang ini itu yang kayak punya temen atau idolanya. Eh, coba deh baca artikel beberapa masalah yang biasa dihadapi oleh remaja zaman now. Ada kok di blog daku ini. #selaluadacelahuntukpromo
Nah, asal kita paham masalah mereka, dan juga tahu penyebabnya, kita bisa kok deketin dan ajak bicara lagi. Balik lagi deh ke poin kedua di atas memang: komunikasi yang intens.
4. Jangan menghakimi pilihan-pilihannya
Namanya anak remaja, selalu ada aja yang bikin nggak cocok. Mereka penginnya anu, kita maunya inu. Kita–sebagai orang tua–pastilah punya maksud baik. Cuma kadang kita terlalu maksa dan kemudian menghakimi pilihan mereka. Kita anggap, pilihan kita selalu lebih baik, tanpa kita mau dengar opini mereka.
Makanya ada anggapan, anak remaja itu suka bantah. Tapi sebenarnya orang tua juga yang jadi penyebab masalah.
Jadi, ayo, kita coba berpikiran terbuka terhadap pilihan mereka. Tanyakan saja, mengapa mereka pilih A, B, C, D. Sejauh hal-hal yang mereka pilih itu akan memberikan manfaat buat mereka, ya sudah, biarkan saja itu jadi pilihan mereka. Namun, kalau ada beberapa hal yang seharusnya mereka pertimbangkan saat memilih tetapi belum, nah, di situ tuh tugas kita. Melengkapi pertimbangan mereka untuk memilih.
Duh, ngomong emang gampang.
5. Do random things for them
Paling mudah supaya bisa lebih dekat dengan anak-anak yang masuk usia remaja itu adalah membantu mereka secara langsung.
Misal begini. Mereka terbiasa beresin kamar begitu bangun. Tapi, karena bangunnya terlambat, jadi nggak sempat deh beresin kamar. Ya sudah, ketimbang cuma ngomelin, kenapa bangun telat, atau nyalahin mereka nggak nyalain alarm, dan sebagainya–mending langsung aja bantu mereka. Beresin deh kamar mereka, sementara mereka bersiap sekolah misalnya.
Gitu kan lebih baik? Kita enggak bad mood karena omelan-omelan sendiri, mereka pun juga nggak sebel, pagi-pagi udah dimarahin.
Hal-hal kecil seperti ini perlu untuk kita lakukan setiap hari.
6. Kenalan sama teman-temannya
Nah, ini penting. Supaya bisa menyelami dunianya, penting buat kita untuk tahu teman-teman si remaja. Ya, teman-temannya di sekolah, teman-temannya di les, atau di kegiatan lainnya.
Kalau perlu, ajak mereka main ke rumah, terus kasih deh camilan seadanya. Biasanya anak-anak paling demen main ke rumah teman yang makanannya banyak. Hehehe. Kan, siapa tahu dengan begini, mereka akan lebih suka main ke rumah aja ketimbang berkeliaran di luar sana?
Tapi ini pastinya ya jangan dipaksa. Kalaupun mereka memang suka hangout di luar, ya beri saja kebebasan. Tapi beri mereka pengertian, bahwa bebas itu tak berarti tak bertanggung jawab.
Nah, kalau mereka main keluar, pastinya kita juga lebih anteng kalau kenal sama teman-temannya kan?
7. Ingat ulang tahunnya, dan hal-hal lain yang menurutnya penting
Anak-anak itu–meskipun mereka udah pada gede dan remaja–akan seneng banget kalau kita ingat akan segala sesuatu tentang mereka, sekecil apa pun itu. Kayak tanggal ulang tahunnya, jangan sampai lupa deh. Bisa ngambek seharian.
Dengan memberikan perhatian-perhatian terhadap hal-hal yang mungkin kita anggap sepele tapi penting buat mereka, mereka akan benar-benar merasa diperhatikan dan dicintai.
Seperti itu sih kira-kira mendidik anak remaja perempuan tanpa drama. Lumayanlah, dengan praktekkan tip-tip itu, suasana di rumah sudah lebih tenang, jarang ada keributan. Eh masih ada sih keributan, antara dua anak remaja itu vs adik kecil, si bungsu Tiominar, yang pengen dianggap remaja juga. Apalagi nih, usia Tio kan sudah 10 tahun, udah tanya-tanya tentang pubertas. Kapan-kapan deh, daku ceritakan di blog ini ya.
Btw, Sahabat Blogger dan pembaca setia blog Coretan Indah Juli, gimana pengalaman masa remajanya, ada drama juga dengan orang tua?
Bekel buatku ketika kaka masuk usia pubertas nanti, makpuh…
Nuhun sharingnya.
Aku suka, makpuh…sama ceritanya- fotonya.
Btw,
Makpuh…kalo di rumahku yang suka K-pop emaknya.
Hiiks~
Anak-anak yang suka geleng-geleng kalo mama mulai nyetir dan pasang lagu.
Waduh aku masih belum bisa kebayang nih mendidik anak, secara masih belum punya hehe. Tapi, dengan baca ini, aku jadi teringat masa remaja aku sendiri. Mamaku ternyata ibu yang hebat juga. Dia nerapin beberapa cara yang sama dg di atas.
Aku jadi merasa beruntung punya orangtua seperti mamaku, beliau ngga pernah yang namanya menghakimi, malahan selalu melakukan poin-poin yang ditulis diatas hehe dan apapun yang aku lakuin sampe sekarang, pasti mamaku dukung teruuus :’)
Makasih mba Indah tipsnya, dalam mendidik anak remaja
meski belum ada anak, aku tetep butuh edukasi semacam ini hehehe
biar nantinya nggak kagok pas punya anak.
wah artikelnya kece banget kaak, makasih yaa.. aku perlu mulai belajar hal-hal kayak gini, biar lebih merasa siap lahir-batin untuk menikah (yang entah kapan wkwk), yang penting belajar dulu aja :”) soalnya jadi ibu kan selamanya yah kaak 😀
ibuku sering seperti ini sama aku , duluaku bener2 egois males banget pokoknya kalau harus ngalah dan kerjaanya ngurung . tp skrg saat ada masalah aku selalu crita sm ibu aapun itujadi pikiran lebih kebuka aja gt dan skrg udah gak lagi2 ngurung dri berlebihan kaya dl wkwk
Huhuhuuu…untuk menghabiskan waktu bersama nih aku yang ga bisa maksimal selama 3 tahun belakangan dan 3 tahun ke depan. Kudu muter akal untuk mensiasati lack of time sepanjang masa pendidikan sulungku karena dia kan tidak tinggal seatap lagi sejak mondok. Tapi kalau pas ketemu gitu ya bisa seharian loh mba ngeriuh berdua hehehe.. sama-sama cerewetnya dengan ibunya nih. Yah kadang-kadang ngobro lama, kadang-kadang ya dia sibuk sendiri dengan dunianya.
Bermanfaat banget untuk aku persiapan nanti punya anak, hal hal kaya gini klo ga baca atau ngobrol sama yang sudah berpengalaman kayanya bakal skip banget nih.
Terima kasih untuk tipsnya ya Mbak ini pastinya berguna banget untuk para orang tua yang punya anak perempuan ya jadi no drama
massa remajaku banyakan dikekang mak hahaha.
Artikelnya bagus banget ini, nantinya bisa buat panduanku kalau menghadapi dua anak yang beda jenis kelamin kalau sudah remaja. lihat polaah ponakan suami aja udah gemes
Mendidik anak gadis yaaa tidak ada yg mudah ya makpuh. Tp bener deh kalo merasa d hakimi sm pilihan2 kita, rasanya nyesek gimanaaa gitu
Bermanfaat banget ini sharingnya mba, terutama komunikasi dan pahami juga sianak dalam arti bisa menempatkan diri sebagai anak. Yang akhirnya bikin anak nyaman dan bahagia bersama orang tuanya
Bener banget ya mom emang pr kita sebagai orang tua mendidik anak perempuan apalagi harus bisa dengan baik bgt
mbaak anaknya manis sekali kayak gula jawa hhihihi ini tulisannya relatable sama aku sih mba meskipun aku belum punya anak remaja, tetapi di rumah ada adek sepupu dan adek ipar yang juga sebagian besar urusannya aku yang bantuin hihihi thanks for sharing ya mba 😀
Wah jadi penasaran aku gimana ya nanti kalau anak anak udah mulai remaja,anakku tiga lakik semua pasti banyak banget tentangannya ya
Mau juga dong mba tips anak remaja cowo. Karena anak-anak aku cowo semua mba. Anak remaja memang masa masih idealis ya mba. Perlu komunikasi dua arah juga memang
Alhamdulillah dapat artikel bergizi di blognya Makpuh Injul. Saya juga punya anak anak gadis yang mulai remaja. Sungguh gak mudah ya mak untuk menjadi teman buat mereka. Kadang kalau sudah demikian, satu satunya yang bisa saya lakukan adalah dengan memanjatkan doa semoga mereka selalu dilindungi Allah. Karena nasehat pun mungkin mereka akan bosan. benar mak, kuncinya adalah komunikasi.
Haha…jadi inget adikku Maak. Punya dua anak, dia udah angkat tangan deh. Apalagi kalo lagi berantem, kek dah pengen ngacak-ngacakin sepiteng deh ups hahaha. Makasih sharingnya ya, Maak 😀
Noted mba. Bisa jadi acuan pas ntar punya anak. Btw dulu pas aku remaja pun, orang tuaku nerapin hal yang hampir sama sih hehe
Tipsnya saya simpen baik2 makpuh, buat Aqla dan adek2nya nanti. Seneng banget pagi2 gini baca tips2 menarik^^
Noted Mak… meski anakku belum remaja tapi aku punya adek yang udah remaja. Ngeladennya gampang-gampang susah, kita enggak bisa nuntut mereka manut. Ya.. kudu bisa jadi sahabatlah ya. dan poin kenalan sama teman-temannya itu penting banget, jadi ingat pas aku SMA, ortuku kenal sama sahabat2aku dan akrba, tapi kurang akrab sama temen2nya adek aku. ngaruh banget sih…
Bakalan kulalui 10 tahun lagi
Dan semoga saya masih ada umur lihat Salfa remaja dan menerapkan tips di atas
Mengingat hal-hal penting dalam kehidupan mereka seperti mengingat tanggal ulang tahun, memang salah satu kunci agar kita dapat memahami mereka dan tahu apa yang mereka inginkan. Anak saya kadang tidak mau dikasih apa-apa selain ucapan selamat ultah dari ayah bundanya. Itu saja sudah cukup baginya. Alhamdulillah.
Kalo ngomong akur baru pas dewasa aja, pas usia umur 20 tahun aja masih ribut masalah baju atau iri ga dibeliin dengan yang sama. Pokoknya aq sama kakakku ga pernah akur karena tingkat iri kakaku gede banget
tipnya bisa ditiru nih. walaupun nggak punya anak perempuan, bisa dipraktekin ke adik yang sebenarnya udah nggak remaja tapi masih aplicable kayanya 🙂
Waktu aku kuliah ngerasain punya adik cewek teenager yg buatku annoying banget. Sok rebel hahhahaha. Herannya Ibuku sabar banget, Makpuh. Aku dan adik2ku juga dekat semua ke Ibuku. Teman2 kami juga semuanya dekat karena Ibuku sering ngundang ke rumah. Koentji Ibuku dekat dengan anak2nya seperti tips yg Makpuh tulis di atas.
Wah, aku jadi punya gambaran gimana nanti kalau ankku udah remaja Mbak.. Ada deg-degannya juga, menghadapi segala dramanya
Kira-kira kalau anak cowok bakal begitu juga nggak ya mak? atau mungkin penanganannya agak beda? Ah gpp lah aq masih ada waktu sampai nunggu anakku gede sih. Makasi banget artikelnya Mak..
Punya anak remaja itu sebagai orang tua kadang was2… Sharing tanpa drama ini sangat menarik banget ya buat qt nanti..
Samaa Mbak, di rumah juga suka ada dramanya. Anak saya juga beda 5 tahun. Meskipun yang satu cewek, satunya cowok tapi tetep aja ada dramanya.
Saya juga sebisa mungkin meluangkan waktu yang berkualitas dengan mereka. Paling sering jadi pendengar cerita saat mereka pulang sekolah. Dua-duanya rame kalau udah cerita hehehe
Tantangan mengasuh anak akan selalu ada ya mba, tinggal gimana kita harus lebih dulu menyiapkan diri supaya engga salah ambil pola asuh dan ngga kagok ngadepin mereka. Apalagi tantangan jaman sekarang itu banyak banget. Saya pengen nantinya anak anak bisa terbuka sama saya, tapi kadang mereka nanggepinnya orangtua kok mau tau aja urusan anak kaya detektif gitu. Nah, cara supaya mereka rela terbuka tanpa merasa diintrogasi itu gimana ya mba ?
Sepakat semua. Terutama bagian jangan menghakimi pilihannya. Pengalaman masa remaja saya nih, punya ide apa-apa selalu ditentang orang tua. Akhirnya malas ngomong walaupun punya pendapat, karena dipikiran udah tertanam “ah, paling juga nggak disetujui”.
Dan aku nggak mau kejadian kayak gini juga pada anak-anakku, jadi mulai berusaha membangun komunikasi yang baik sama anak-anak
ini penting banget buat saya yang punya tiga anak perempuan. kami memang hampir melakukan semua yang Mba tulis, meski kadang ngak bisa juga bohong badan udah capek seharian kerja, tapi kalo urusan anak, tepasa dibuat sehat
Makasih sharingnya mak. Kebetulan saya juga punya 2 anak perempuan selisihnya 2.5 tahun. Sering mikirin nanti gimana ya ndidik pas usia remaja, karena masih kecil2 gini aja tiap hari selalu drama. Baca artikel ini jadi Ada bayangan, hehe.
Bahagianya daku nemu postingan ini mbak. Nadia juga beranjak abege ni mbak terlihat jelas bgt perubahannya setelah baligh. Drama mah makanan kami tiap hari. Kami berdua lagi penyesuaian nih, aku coba ga terlalu keras dan coba tarik ulur, perbanyak komunikasi (yg mana cukup susah haha). Makasih bgt tipsnya mbak
Mantuuulll, makasiiiyy Makpuh.
Akupun lagi sering drama kumbara ama.Sidqi nihhh. Maklum.ABG yg baruu aja ganti seragam SMP ??
InsyaAllah daku praktekkan tipsnya
Haturnuhuunnn
Tips yang bagus mbak. Jadi teringat saya juga cuma dua bersaudara dan perempuan juga. Dulu tuh sering banget berantem, padahal karena hal-hal kecil. Ortu yang nyuruh salah satu mengalah itu malah tambah bikin kesal ke saudara. Jadi pelajaran saya untuk nggak melakukan hal yang sama kelak kepada anak-anak. Tapi setelah masing-masing menikah dan punya anak kami jadi lebih akur dan dekat karena sering curhat tentang anak dan keluarga 😀
Wah kok sama dengan aku dan adik-adikku sekarang ini, setelah berkeluarga lebih akur 🙂