Halah judul’e enggak indahjulianticom banget, hihihi. Tapi benaran deh, masa-masa sekarang ini terasa berat untuk semua orang. Enggak hanya di Indonesia, tapi seluruh dunia. Semua orang ketar ketir dengan pergerakan Coronavirus. Hampir setiap hari ada penderita positif Covid-16 yang meninggal dunia. Pemerintah Indonesia semakin memperketat kebijakan untuk #dirumahaja, Stay at Home, dan Physical Distancing – menjaga jarak fisik. Sudah hampir tiga minggu kehidupan tanpa beraktivitas di luar rumah dilaksanakan. Di rumah saja membuat perasaan cemas, gelisah dan tidak bahagia. Tidak hanya perekonomian yang sulit, tetapi juga interaksi sosial antar manusia. Dampak pandemi Covid-19 terasa juga bagi kami yang menjalani long distance marriage (LDM).
Physical Distancing, Dampak Pandemi Covid-19
Saat pertama kali ramai berita tentang coronavirus yang menyerang Wuhan, salah satu provinsi di Republik Rakyat Cina, di akhir tahun 2019, daku tuh udah ngerasa was-was dengan virus baru tapi lama ini. Gimana enggak khawatir, karena dalam hitungan hari virus itu jadi wabah dan memakan banyak korban meninggal. Dan, kebetulan ada teman yang tinggal di Beijing, cerita tentang virus yang menyerang saluran pernapasan ini.
Enggak lama, Malaysia pun mengumumkan tentang virus itu. Dari cerita adik perempuan daku yang tinggal di Kuala Lumpur, pemerintah negara jiran itu benar-benar kewalahan menangani orang-orang yang menjadi korban serangan coronavirus. Kala itu, Pemerintah Malaysia akan melakukan lockdown, melarang yang pergi dan datang (dari ke) Malaysia.
Sementara Indonesia, di awal tahun 2020 (Januari) masih tenang-tenang saja. Bahkan dengan bangga menyatakan kalau Indonesia bebas Coronavirus. Sampai-sampai media luar negeri ada yang menyatakan keheranannya karena Indonesia negatif, sementara satu per satu negara di dunia ini diserang virus tersebut. Setelah Wuhan, Cina, ada Singapura, Malaysia, Italia, Amerika Serikat, Inggris, dan Spanyol.
Tapi semuanya berubah ketika negara api menyerang pertengahan bulan Maret (2 Maret 2020, revisi) Pak Jokowi mengumumkan Indonesia positif terinfeksi virus Corona dengan adanya dua orang penderita virus tersebut. Dan ibarat bom waktu, sejak diumumkan itu, satu per satu kasus terinfeksi coronavirus bermunculan. Hingga kini, sudah ratusan pasien positif Corona yang meninggal dunia, dan ribuan yang menjadi pasien positif dalam perawatan. Miris ya.
Lalu, keluarkah kebijakan untuk di rumah saja, baik bekerja, sekolah atau pun berkuliah, kebijakan untuk Physical Distancing (menjaga jarak fisik) untuk menekan dampak pandemi Covid-19 dan membantu nyawa orang banyak. Seluruh rakyat Indonesia harus mematuhi kebijakan tersebut agar cepat penanganannya. Sekarang ini kebijakan tersebut sudah berlangsung selama 18 hari, sudah hampir tiga minggu.
Tapi, ya gitu deh, usaha keras pemerintah nggak dibarengi sama usaha keras rakyatnya. Masih ada saja yang bandel untuk keluar rumah, melakukan kegiatan berkumpul, bahkan ada yang meremehkan. Masih ada yang tidak melakukan physical Distancing, dengan bepergian ke tempat-tempat keramaian (padahal sebagian besar mall sudah tutup), ke pusat kebugaran, dan yang paling banyak ya ke pasar.
Mbok ya kasihani kami-kami ini para pelaku Long Distance Marriage (LDM) dan Long Distance Relationship (LDR – dengan orang tua, sanak saudara, pacar atau kekasih), yang karena Coronavirus ini, harusnya bisa bertemu dua minggu sekali atau sebulan sekali, hingga postingan ini dibuat, belum ada kepastian untuk bertemu.
Bahkan, dua perayaan keagamaan yang menjadi hari libur nasional (Hari Raya Nyepi – sudah lewat) dan Paskah (10 April 2020), sudah pasti tidak pulang (terutama yang pasangan/anak/saudara bekerja di Jakarta, Depok, Bogor, Bekasi, Bandung dan sekitarnya).
LDM – LDR di tengah Pandemi Coronavirus
“MbakIn, gimana Mas Iwan?” tanya Carolina Ratri (Carra) dalam percakapan kami di WhatsApp.
“Sepertinya enggak pulang walau Work From Home. Di Jakarta saja, khawatir jadi carrier.” Jelas daku.
“Suamiku juga nih, nggak bisa pulang, tetap di Bandung. Saat begini baru kerasa LDM-an ya.”
Duh, benar juga Carra. Di saat pandemi covid-19 ini, kami yang menjalani pernikahan jarak jauh ini terasa berat. Kalau sesuai jadwal, pada tanggal 27 Maret 2020, Mas Iwan pulang ke Yogyakarta. Lumayan hari Sabtu dan Minggu ada di rumah. Bisa gantian nemenin anak-anak.
Senangnya Lusi Tris, yang suaminya sudah balik ke Yogyakarta, begitu Presiden Indonesia, Bapak Jokowi menetapkan untuk Work From Home dan Social Distancing.
Rencana tinggal rencana, bahkan untuk pulang tanggal 9 April 2020 nanti (libur Paskah), Mas Iwan sudah membatalkan tiket (yang sudah dipesan dari jauh hari), dan sesuai dengan kebijakan PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang membatalkan perjalanan kereta dari tanggal 23 Maret sampai 19 April 2020.
Kemungkinan juga bulan Ramadan yang sebentar lagi akan datang, yang biasanya Mas Iwan usahakan untuk hari pertama Ramadan, sahur dan berbuka di rumah Yogya, kami (daku, Mas Iwan dan anak-anak) selama bulan puasa, akan tetap di Jakarta, hingga waktu benar-benar sudah bisa berkompromi dengan penyebaran virus Corona.
Doakan kami bisa merayakan Idul Fitri bersama ya. Semoga keadaan yang penuh kecemasan ini tidak berlangsung lama. Semoga Ramadan 2020 bisa kita laksanakan dengan keadaan normal.
Pada kangen, rindu suasana sebelum wabah Corona kan? Apalagi kami yang berjauhan jarak ini. Physical Distancing yang sangat jauh.
LDM kali ini terasa berat. Dan bukan keputusan yang mudah buat kami untuk tidak bertemu dulu hingga keadaan benar-benar aman. Apalagi Kayla belum sepenuhnya sembuh total pasca operasi kelenjar ludahnya, Mas Iwan tidak mau jadi pembawa (carrier) virus jika nekat pulang ke Yogyakarta.
“Kalian kan sehat dan aman. Yogya juga bukan daerah merah (red zone) virus seperti Jakarta. Amma di sini, enggak ke mana-mana dan jaga kesehatan, kalian di sana, baik-baik saja,” ucap Mas Iwan saat anak-anak (Terutama Taruli dan Tiominar) yang bertanya apakah ammanya akan pulang ketika Ramadan, jika masa WFH diperpanjang.
Kami memang sudah terbiasa berjauhan. Sudah enam tahun ini terpisah jarak Yogyakarta – Jakarta. Tapi, dua minggu sekali mesti bertemu.
Mas Iwan yang tinggal di Setiabudi bersama teman-temannya, selama masa di rumah saja, selain bekerja, ya kegiatannya bolak balik telepon – video call anak-anaknya, ngaji online, baca-baca, dan rebahan (pastinya). Bosan sih pastinya, apalagi di tempat Mas Iwan, hampir semua temannya lebih banyak beraktivitas di kamar masing-masing untuk physical distancing juga.
Beruntung di masa wabah coronavirus ini, teknologi sudah canggih. Meski berjauhan tetap masih bisa ngobrol via WhatsApp. Bisa tatap muka via Video Call, Google Hang out, dan Zoom. Selama kuota/paket internet dan koneksi internet nggak dibatasi ya. Jangan sampai sih.
Aaaah, jadi kapan keadaan masa Pandemi Covid-19 ini berakhir? Taati dong kebijakan untuk tetap di rumah saja, agar korban meninggal maupun yang dirawat tidak semakin banyak. Agar para tenaga kesehatan yang menangani para penderita bisa kembali ke kehidupan normal mereka.
Dan kita-kita pun bisa kembali beraktivitas di luar rumah. Bisa antar jemput anak-anak sekolah lagi. Bisa kembali ngobrol-ngobrol di kopisyop bareng teman-teman sepergaulan dan pastinya bisa bepergian ke mana pun tanpa rasa was-was terpapar coronavirus.
Berat banget memang dampaknya semua aspek kehidupan lambat laun lumpuh, sedih aplg yg ldr.. semoga saja wabah ini berlalu ya
Peluuk Mbak Indah..semoga segera berlalu pandemi ini dan semua kembali normal lagi. Aku sedih juga nih mikirin ga bisa mudik ke orang tua dan mertua. Mereka sudah lansia, lebih baik demi keselamatan semua aku dan suami memutuskan ga bakal mudik nanti.
Duh kebayang yang LDM begini pasti berat sekali…
Semoga Mbak dan keluarga sehat semua ya
Dirimu sekeluarga juga sehat-sehat ya.
Huhuhu must be very hard for LDM LDR couple. Virtual hugs mbak. Tapi alhamdulillah teknologi sudah memudahkan ya. Kebayang kalau harus kirim surat dulu kaya jaman dulu hehehe. Lamaaa.
Dampak dari pandemi ini memang banyak, baik pada keluarga di rumah, dalam pekerjaan termasuk juga event olahraga yang daku nanti-nantikan yaitu Piala Eropa, MotoGP, Thomas-Uber cup. Semoga lekas pulih ya bumi ini, aamiin
Maaf Mbak Indah, boleh ya saya bantu ralat waktu pak Jokowi umumkan 2 orang WNI Positif Corona itu kejadiannya awal Maret tepatnya tanggal 2 kalau nggak salah, Mbak bisa cek sendiri. Maaf cuma bantu meluruskan saja. Yang pastinya wabah corona ini berdampak ke segala hal ya, apalagi yang lagi LDM gitu. Duh semoga saja wabah ini segera berlalu. Saya juga nggak kuat lama2 LDM dengan pasangan. Mau ketemu juga susah ya
Semoga pandemi ini segera berlalu ya mbak dan kita semua bisa melewatinya dengan baik. Ga kebayang Ramadhan tanpa tarawehan di masjid, ga mudik sungkem sama orang tua. Sedih banget pastinya huhuhu
hiks sedih banget bacanya
Ngga berani pulang karena takut malah jadi carrier untuk keluarga tersayang
Jadi inget waktu mbak Alaika juga dengan berat ngga mengunjungi anaknya, Intan
daripada keluarga terkena wabah, malah mentyesal nantinya
Sedih juga ya Mba, selama masih ada virus ini, mau pulang jadi was-was, takutnya malah kena di jalanan, dan jadi carrier.
Terlebih sebentar lagi mau Ramadan, dan lebaran.
Terpaksa say babay deh sama mudik.
Cuman bisa berdoa, semoga wabah virus corona ini segera berakhir, dan pasangan yang LDM bisa segera bertemu lagi 🙂
Aamiin, aamiin, yang terbaik buat kita semua ya 🙂
Insya Allah Mba Indah dan Mas Iwan saling menguatkan. Adik saya besok (5 April 2020) menikah mba di Bekasi. Saya malah tak bisa datang karena stay di Surabaya dan punya 3 anak yang masih kecil-kecil. Sedih banget gak bisa hadir di hari bahagia adik, tapi demi kebaikan bersama ini harus dilakukan.
Aamiin, sama-sama saling menguatkan di tengah kondisi seperti sekarang ini ya.
Semoga adiknya Mutia berbahagia, sakinah mawwadah dan waromah.
Sabar ya kak, semoga wabah ini segera berakhir.
Kalo saya sekeluarga bisa ngumpul terus jadi ya di ambil hikmahnya aja.. hehe
Alhamdulillah senang yang berkumpul ya.
Saya menuliskan tentang Corona pertama kali 22 Januari,memang betul negara kita masih adem-adem saja. Masih 1-2 media online yang bahas. Itu pun yang ditulis tentang kejadian di luar negeri.
Sekarang, bagaikan banyak lampu yang menyala, kelihatan deh yang sudah terpapar makin banyak. Parahnya, banyak yang ngeyel dan kepala batu dengan anjuran pemerintah bahkan MUI. Di sini saya waswas, Makpuh karena masih banyak yang seperti tidak terjadi apa-apa.
Adik saya pun sedang LDM dengan istrinya. Adik saya di Jakarta, istri dan kedua anaknya yang masih SD di Bandung tanpa sanak saudara di sana karena istrinya juga dari SUlsel. Ibu saya nangis kalo teleponan sama mereka. Qadarullah ya Mak. Semoga ujian besar ini bisa terlalui dengan baik. Hanya bisa pergencar doa.
Aamiin, ujian bukan hanya untuk satu orang ya, tapi seluruh rakyat Indonesia.
Kayaknya Indonesia case pertama Corona 2 Maret 2020, bukan 22 maret/pertengahan maret.
Semoga bisa cepat berlalu ya, grafiknya nail terus soalnya.
22 Maret pertama kali dibuka oleh presiden kita bahwa ADA di di Indonesia.
Iya pak Jokowi konfrence case pertama di Indonesia tgl 2 Maret 2020. Kl tgl 22 Maret case di Indinesia udah 500 an loh mbak
Iya e, bikin ngeri ya grafiknya, duh semoga cepat berlalu.
Cedih…
Baek baek kelen yeee