Dongeng Sebelum Tidur

 

Dongeng sebelum tidur,

ceritakan yang indah biar ‘ku terlelap

Dongeng sebelum tidur,

mimpikan diriku, mimpikan yang indah

Aneka banyak cerita, ceritakanlah semua hingga ku terlelap

Reffrain lagu Wayang berjudul Dongeng ๐Ÿ™‚

Masihkah teman-teman membacakan dongeng Si Kancil Mencuri Timun ? Atau dongeng Sleeping Beauty? Timun Mas? Bawang Merah Bawang Putih? Siput dan Kancil ? Naga Raksasa? dan kisah-kisah dongeng HC Andersen yang terkenal, kepada anak-anak sebagai penghantar tidur mereka?

Kalau saya, jujur sudah tidak pernah lagi membacakan dongeng-dongeng seperti itu. Pertama, karena yang dua anak yang lebih besar sudah bisa membaca buku sendiri (walaupun sesekali Kayla masih minta dibacain, kalau melihat saya membacakan cerita untuk adiknya), yang kedua : saat ini banyak alternatif bacaan, nggak hanya buku bacaan anak tetapi juga majalah dan televisi, tentu saja ๐Ÿ˜€

Lagi pula, di sekolah (saat TK), anak-anak sudah didongengkan oleh guru-gurunya, tinggal orangtua yang menjadi penampung pertanyaaan, kalau ada yang dirasa janggal oleh anak-anak.

Lalu ada pertanyaan, apakah dongeng jaman dulu masih layak dibacakan kepada anak-anak? Mengingat dongeng jaman dulu ada yang bercerita tentang sihir-sihir, tokoh antagonis yang terlalu berlebihan keburukannya dibuat, atau memaksakan pesan moral lewat cerita-cerita.

Diskusi mengenai rekonstruksi dongeng di milis yang saya ikuti, cukup menarik, karena banyak yang mengatakan dongeng perlu direkonstruksi, sementara penulis terkenal Mas Donatus A. Nugroho mengatakan :Dongeng itu ibarat layang-layang. Biarpun kita sudah punya pesawat terbang, naik gantole atau bermain aeromodeling, masih saja kita akan merindukan memainkan layang-layang.

Sementara teman yang lain, Sokat Rachman : Dongeng adalah dongeng. Silakan menulis ulang sesuai dengan aslinya atau disesuaikan dengan angle kreatif masing-masing penulis. Tetap yang baik, memang. Semua tokoh baik adalah cantik dan tampan. Sebab untuk pembuat cerita, cantik dan tampan bukan sekedar gambaran fisik, tapi juga gambaran sikap “tokoh2 baik itu.” Seperti pada wayang yang dibedakan dengan warna hitam dan merah pada wajahnya untuk menggambarkan perilaku tiap wayang. Asal tujuannya sama : Menghibur anak! Bukan memenuhinya dengan muatan yang malah memberatkan pembaca cerita.

Menarik kan? kalau saya mengutip pendapat penulis novel Narnia, CS Lewis : โ€œDongeng tidak mengajarkan kepada anak bahwa naga itu ada. Anak-anak sudah tahu bahwa naga itu ada. Dongeng mengajarkan kepada anak, bahwa naga bisa ditaklukkanโ€.

Bagaimana teman-teman?

25 Comments

  1. dini+hadian> November 11, 2012
  2. edratna March 20, 2011
  3. Apikecil March 18, 2011
  4. Mbah Jiwo March 17, 2011
  5. bundadontworry March 17, 2011
  6. Jumialely March 16, 2011
    • IndahJuli March 16, 2011
  7. pakde Cholik March 16, 2011
    • IndahJuli March 16, 2011
  8. Dwi Pacitan March 16, 2011
  9. uDed March 15, 2011
    • Indahjuli March 16, 2011
  10. arman March 15, 2011
    • Indahjuli March 16, 2011
  11. monda March 15, 2011
    • Indahjuli March 16, 2011
  12. nh18 March 14, 2011
    • Indahjuli March 16, 2011
  13. indobrad March 14, 2011
    • Indahjuli March 16, 2011
  14. Ikkyu_san March 14, 2011
    • Indahjuli March 16, 2011
  15. Pingback: Dongeng Sebelum Tidur | Cerita Cita Cinta - Website Kumpulan Dongeng March 14, 2011
  16. dinot March 14, 2011
    • Indahjuli March 16, 2011
      • eM March 16, 2011

Leave a Reply