Jadi Ibu Dilarang Sakit!

Jadi Ibu Dilarang Sakit!

Demikian fatwa Kayla, anak kedua saya yang berusia 11 tahun. Kenapa ibu nggak boleh atau dilarang sakit? “Kalau ina (bahasa Batak, yang artinya ibu, ada juga yang memanggil inang) sakit, siapa yang anter jemput aku, Mbak Lily dan Tio ke sekolah dan tempat les?”

“Siapa yang masak? Kan nggak mungkin Bude, kasihan udah capek cuci dan gosok baju, bersihin rumah, dan ngurusin Tio,” ungkap Taruli, si sulung.

Ya begitulah komentar anak-anak ketika mendapati saya lemas, tak berdaya akibat demam dan flu yang menyerang akibat kelelahan berkepanjangan. Bagaimana tidak lelah? Satu minggu (15 sampai 22 Januari 2016) saya berada di Jakarta, tenaga seakan terkuras. Mengikuti beberapa acara, meeting dengan klien dan juga Team Social Media Strategist (yang kebetulan saya menjadi salah satu anggota team). Yang melelahkan itu perjalanan ke lokasi pertemuan atau meeting, yang selalu diganjar kemacetan.

 

Pulang ke Yogya. Tugas harian sudah menanti

Walau sudah merasa badan kurang fit, jadi ibu yang baik untuk anaknya, saya harus mengantar jemput mereka ke sekolah dan tempat les.

Seperti ini kira-kira kegiatan rutin saya kalau di Yogyakarta.

  • Bangun pukul 03.00 pagi, baca buku sambil nunggu Shubuh.
  • Masak pukul 05.00 sampai 5.30 (semua bahan sudah disiapkan malam harinya, pagi tinggal diolah)
  • Mengantar Kayla dan Tio (sekolahnya sama) pukul 06.10
  • Mengantar Taruli ke sekolah pukul 06.45 (sekolahnya lebih dekat dari rumah, sekitar 15 menit naik motor)
  • Pukul 08.00 sampai 09.40 memulai aktivitas pekerjaan sessi pertama (upload content dan schedulling). Lalu pergi menjemput Tio yang pulang sekolah jam 10.
  • Pukul 11.00 sampai 14.30 aktivitas pekerjaan sessi dua.
  • Pukul 14.45 menjemput Taruli yang pulang jam 3 sore. Lalu menjemput Kayla yang pulang jam 4 sore.
  • Pukul 16.30, mengantar Taruli, Kayla dan Tio les (Senin, Selasa, Kamis, Jumat dan Sabtu khusus untuk Kayla karena persiapan UN)

Begitu setiap hari. Saya baru bisa relaks di rumah pada pukul 19.00 WIB. Kecuali hari Rabu, anak-anak istirahat, tidak ada kegiatan di sore hari.

Lelah? Pastinya. Tapi saya nikmati karena kalau nggak punya kegiatan seperti itu, saya pasti akan merasakan kebosanan yang akut. Tidak punya kegiatan apa-apa di rumah, bisa bikin saya mati gaya.

 

Sibuk, Waspada Kesehatan

Namanya manusia, pasti ada batas maksimalnya. Saya merasakan kalau ketahanan tubuh mulai oleng. Nggak enak badan, terserang flu, badan rasanya minta dikasihani untuk beristirahat total. Tapi kalau saya sakit siapa yang ngurusi anak-anak?

Nggak mungkin si Bude kan diminta tolong anter jemput anak-anak ke sekolah dan tempat lesnya, karena Bude nggak bisa naik motor/mobil. Lagi pula saya nggak tega minta berlebihan sama Bude. Beliau masih betah sama keluarga kami saja, sudah syukur Alhamdulillah. Tahun 2016 ini adalah tahun ke delapan Bude bersama keluarga kami. Sejak saya masih bekerja hingga sekarang saya bekerja di rumah, bersyukur masih ditemani Bude.

Kenapa Bude masih bekerja di rumah kami padahal saya sudah nggak bekerja kantoran lagi? Jujur, kalau nggak ada Bude, saya nggak kuat mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga itu sendirian. Saya nggak sanggup mencuci dan menggosok pakaian yang bejibun itu. Memang sih, si Bude juga mencuci pakai mesin cuci. Eh, kapan-kapan deh saya cerita tentang Bude ini.

Sebagian besar teman-teman yang kenal dekat saya sih sudah tahu dan kenal Bude ini. Bahkan kadang ada yang bergurau kalau masakan saya itu sebenarnya Bude yang masak, dan pencitraan saya sebagai ibu yang keren saja kala pamer hasil masakan di sosial media 🙂

Jadi Ibu Dilarang Sakit!

Jadi Ibu Tidak Boleh Sakit!

Ibu itu ibarat tiang penyangga plafon rumah. Kalau tiangnya patah, bisa ambruk itu plafon. Karena itulah saya mengafirmasi diri untuk selalu sehat, jangan sampai berlama-lama sakit, karena bisa runyam segala urusan.

Bagaimana sih saya berupaya supaya nggak berlama-lama sakit?

  • Yang jelas, setiap hari saya selalu minum air putih yang banyak (bisa 3 sampai 4 liter sehari). Di antara air putih itu, ada air yang merupakan infus water seperti perasan lemon atau jeruk nipis.
  • Minum kunyit asem 3 kali dalam seminggu
  • Minum habatussaudah setiap hari.

Lumayan tokcer sih itu. Kecuali memang sakitnya benar-benar udah parah, mau nggak mau mesti ke dokter, barulah minum obat dari dokter.

Ya begitulah sekelumit cerita bagaimana jadi ibu yang harus selalu sehat dan kuat. Belajar jadi ibu yang baik memang proses yang terus menerus. Ibu memang istimewa, karena ibu adalah seorang perempuan. Menjadi seorang perempuan adalah anugerah yang tak tergantikan. Perempuan adalah sosok yang hebat. Seberapa besar masalah yang dihadapinya, ia akan selalu berdiri tegak menyelesaikan semua masalahnya.

Ada quote yang saya sukai, dari anonim seperti ini:

Perempuan hebat bukanlah ia yang tidak menangis, melainkan yang mampu menghapus air matanya

 

Banyak cara untuk menjadi perempuan sejati dan jadi ibu yang sesungguhnya

Tinggal browsing saja di internet, akan dapat tips-tipsnya. Namun yang paling penting adalah menjadi diri sendiri. Menentukan pilihan hidup sendiri. Dan, menjalani pilihan hidupnya dengan penuh tanggungjawab. Dunia perempuan itu akrab dengan diskriminasi dan pengerdilan.

Sudah bukan saatnya lagi perempuan saling berdebat dengan sesama perempuan. Bergandengan tangan untuk mendobrak diskriminasi adalah hal yang paling penting. Perempuan tidak boleh takut untuk mengekpresikan keinginannya.

Nggak punya kekuatan untuk mewujudkannya? Menulislah, misalnya menulis di blog. Lewat tulisan, perempuan bisa menyalurkan keinginannya dan dibaca oleh banyak orang. Masih merasa kesulitan untuk menulis? Belajarlah. Karena perempuan adalah sosok yang hebat.

Menjadi perempuan adalah takdir. Saat menjadi seorang ibu, perempuan dihadapkan pada kenyataan bahwa yang paling penting adalah kesehatan jiwa raga. Dan, jadi ibu dilarang sakit!

25 Comments

  1. Ahmad December 25, 2016
  2. Annisa February 9, 2016
  3. dWi (nining) February 7, 2016
  4. niyasyah February 6, 2016
  5. Uci February 5, 2016
  6. Nchie Hanie February 5, 2016
  7. Turiscantik February 4, 2016
  8. entik February 4, 2016
  9. Ira Guslina February 4, 2016
  10. Dessy Natalia February 3, 2016
  11. uni dzalika February 3, 2016
  12. Ratna February 3, 2016
  13. ipeh alena February 3, 2016
  14. rahayu pawitri February 3, 2016
  15. inayah February 3, 2016
  16. Ika Puspitasari February 3, 2016
  17. sari February 3, 2016
  18. momtraveler February 3, 2016
  19. Fera February 3, 2016
  20. janis February 3, 2016
  21. Diah Kusumastuti February 3, 2016
  22. Nanik February 3, 2016
  23. @danirachmat February 3, 2016
  24. Inna Riana February 3, 2016
  25. Alam February 3, 2016

Leave a Reply