Menulis Cerita Tentang Cinta

Beberapa waktu yang lalu, sebelum akhir tahun 2012, ada penerbit-penerbit besar (mayor) yang menyelenggarakan kompetisi menulis novel romansa/roman/romance. Dan, di tahun 2013 ini, ada penerbit mayor yang juga sedang menyelenggarakan kompetisi menulis novel, yaitu Bukune.   Saat ini, genre novel roman atau romance yang ditujukan untuk pembaca dewasa, sedang menjadi trend.

Mengapa novel romance?

Novel romance adalah genre yang menitikberatkan pada hubungan cinta antara laki-laki dan perempuan.

Mungkin bisa ditarik kesimpulan dari penjelasan blog Penerbit Gradien, novel roman adalah novel populer yang diinginkan pembaca, terutama pembaca wanita yang menjadi pembeli buku nomor satu.

Yang menarik adalah ulasan Kang Pepih Nugraha, jurnalis Harian Kompas, dalam Page-nya Nulis bareng Pepih, yang membahas tentang BUKAN CINTA BIASA.

Dituliskan, bagi para penulis pemula, menulis cerita tentang cintah adalah yang termudah. Sebab, hal-hal yang kita alami dan kita rasakan paling mudah dituangkan ke dalam sebuah cerita. Jatuh cinta, putus cinta, dan lain-lainnya.

Tetapi, cerita cinta bagaimana yang sebaiknya ditulis sehingga meninggalkan jejak kesan mendalam bagi para pembacanya?

Menurut Kang Pepih, cerita cinta bukanlah melulu putus-sambung hubungan antara pria-wanita atau bahkan hubungan sejenis. Lebih dari itu, cinta haruslah punya misi dan tema: keberanian, pengorbanan, ketulusan, pengkhianatan, dan seterusnya.

Cinta bukan melulu soal perasaan pengarang semata yang kemudian ditumpahkan ke dalam cerita. Cinta juga memerlukan riset dan penggalian referensi yang dalam tentangnya.

Kang Pepih memberikan patokan dari buku kecil karya Erich Fromm berjudul “The Art of Loving” yang sedemikian mencerahkan dan membuka pikirannya, bahwa persoalan cinta bukanlah semudah yang dibayangkan.

“Cinta adalah sebuah seni yang harus dimengerti dan diperjuangkan, bukan semata-mata sebentuk perasaan menyenangkan yang dialami secara kebetulan, sesuatu yang membuat kita tercebur ke dalamnya jika kita sedang beruntung,” kata Fromm.

Dengan memahami uraian cinta dari Fromm, akan mampu membangun karakter yang terkait relasi yang tidak semata-mata seksual, melainkan relasi yang “lebih agung” dari itu.

“Jika pada masa lalu karakter pria yang menjadi idola kaum wanita adalah yang agresif, atraktif dan ambisius, misalnya, boleh jadi sekarang ini pria yang berwatak sosial, religius dan toleran yang bakal dijadikan model ideal. Itu contoh kecil saja dari relasi sosial terkait cinta yang dibahas Fromm. Sebaliknya, kita bisa membangun karakter perempuan ideal masa lalu yang berbeda dengan masa kini,” tulis Kang Pepih di page Nulis bareng Pepih.

Bagi Fromm, cinta adalah jawaban atas problem eksistensi manusia, yang tidak sekadar relasi pria-wanita yang menjadi satu dan dipersatukan karenanya, tetapi kita menjadi paham mengenai relasi cinta orangtua terhadap anak-anaknya yang tidaks elalu berjalan mulis, cinta persaudaraan yang penuh tantangan serta halangan, cinta keibuan, cinta diri, cinta tuhan, dan bahkan cinta erotik yang sering dianggap tabu.

Buat yang ingin menulis cerita tentang cinta, setidaknya bisa belajar dari ulasan Kang Pepih itu, setidaknya bisa menjadi bahan buat kita untuk membuat outline novel romantis perdana kita. Suka cinta-cintaan? Suka menggalau, mari menulis romantis!

21 Comments

  1. sofian mawardi May 25, 2013
  2. chaera lee May 7, 2013
  3. sri sugiarti March 16, 2013
  4. Leni Wijayanti March 3, 2013
  5. krismariana February 28, 2013
  6. tria ayu k February 27, 2013
  7. Masya February 27, 2013
    • Indah Juli February 27, 2013
  8. Enny Mamito February 26, 2013
    • Indah Juli February 27, 2013
  9. Billy Koesoemadinata February 26, 2013
    • Indah Juli February 27, 2013
  10. pasnem February 26, 2013
    • Indah Juli February 26, 2013
  11. Sari February 25, 2013
    • Indah Juli February 26, 2013
  12. kucingdolby February 25, 2013
    • Indah Juli February 26, 2013
  13. irmasenja February 25, 2013
    • Indah Juli February 26, 2013
      • Zainal September 10, 2019

Leave a Reply