Masih ingatkah dengan permainan atau dolanan masa kecil kita?
Kira-kira masih ada nggak ya anak-anak sekarang yang bermain seperti masa kecil dulu?
Bermanfaat nggak dolanan itu?
Gara-gara kampanye Cool Weekend Selection dari Wall’s Selection, yaitu menikmati kebersamaan di akhir pekan bersama keluarga, saya jadi teringat akan permainan masa kecil yang tak akan terlupakan sepanjang masa. Memang sih, permainan itu tidak dilakukan bersama orangtua, tetapi adik, kakak dan teman-teman di tempat tinggal kami.
Dulu, lingkungan tempat tinggal kami (di daerah Duri Kepa, Jakarta Barat) tidak seperti sekarang yang padat dengan rumah-rumah. Masih ada lapangan luas, bukan lapangan sepakbola lho, untuk bermain. Ada pekarangan atau teras rumah, tempat berkumpul bersama teman-teman. Biasanya, saya dan teman-teman bermain saat sore hari, sekitar pukul 3 atau 4 sore, setelah istirahat pulang sekolah.
Permainan apa saja yang suka kami lakukan? Banyak! Kalau temannya banyak, suka bermain galasin (galah asin) atau gobak sodor, benteng, kasti, petak umpet, dampu, main karet, main gundu atau main ular-ularan, hehehe. Kalau sedikit, dan biasanya suka dilakukan saat bulan puasa suka main bekel, congklak, halma, batu tujuh, dan lainnya. Oh ya, kalau bulan puasa, anak cowok senang banget main layangan 🙂
Sekedar mengingatkan, permainan galah asin atau gobak sodor itu adalah permainan grup yang terdiri dari dua grup, yang masing-masing tim terdiri dari 3 – 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan.
Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulutangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal.
Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
Ada lagi permainan yang seru tapi biasanya sih dilakukan menjelang peringatan Hari Kemerdekaan Bangsa Indonesia, 17 Agustus, yaitu balap karung, makan kerupuk, masukin pensil ke botol, lari sambil bawa gundu di sendok, dan tarik tambang. Sekarang ini sih, masih banyak ya yang main balap karung atau tarik tambang, tapi kebanyakan orang dewasa yang ingin mengenang kembali masa kecilnya 😀
Kalau sudah bermain, beramai-ramai, suka lupa waktu. Ingat banget, Mama suka marah-marah kalau anak-anaknya pulang menjelang maghrib karena lupa waktu bermain. Suka dapat hukuman disetrap, angkat satu kaki dengan tangan kanan megang kuping kiri sambil ngomong; “Saya janji nggak akan pulang telat lagi!” hehehehe. Kadang Mama mengancam kalau lupa nggak akan dikasih main lagi. Karena itu, dari pada nggak dibolehin main, sehabis bermain dengan teman-teman, saya suka lari-lari pulang ke rumah mengejar waktu supaya nggak keburu adzan maghrib. Memang sih nggak jauh jarak lapangan main ke rumah, cuma lumayan juga kan kalau tiap hari lari-larian:)
Permainan masa kecil itu memang sudah jarang ditemui lagi sekarang. Paling yang masih ada: main bekel, main congklak, main dampu, dan main karet. Mungkin karena lahan luas sudah jarang ada di lingkungan terutama di kota besar seperti Jakarta ini, permainan seperti galah asin atau gobak sodor, benteng, dan kasti sudah jarang dilakukan. Padahal menurut ahli psikologi, beberapa manfaat dari permainan masa kecil kita atau permainan tradisional yaitu:
- anak bisa berinteraksi dengan teman sebaya atau lingkungan sekitarnya atau kemampuan bersosialisasi
- mengembangkan logika
- mengembangkan kemampuan motoriknya
- meningkatkan percaya diri
- meningkatkan rasa kepemimpinan
- melatih kerjasama dalam tim
- mengajarkan strategi
Jarangnya anak sekarang bermain permainan diatas disebabkan banyak faktor, misalnya :
- lahan luas yang sudah sulit ditemui sekarang ini
- banyaknya permainan online
- banyak mall
- larangan orangtua yang tidak ingin anaknya terluka atau kotor
Itu sih hanya sedikit orangtua, masih banyak kok orangtua yang memperbolehkan anaknya bermain kotor-kotoran. Anak-anak saya saja masih suka main lompat tali (main karet), main bekel, dampu, congklak dan petak umpet. Apalagi nih kalau musim liburan sekolah atau berkunjung ke tempat saudaranya. Permainan itu sering dilakukan mereka.
Kalau anak-anak menginap di rumah sepupunya pada saat akhir pekan (weekend), mereka suka melakukan permainan yang dilakukan beramai-ramai. Seru, kata mereka. Paling sering sih mereka main bekel dan congklak. Lucunya nih, kalau mereka bermain bersama, awalnya tenang, santai, akur, tapi lama kelamaan bisa berujung pertengkaran dan permusuhan sesama saudara. Biasanya sih, karena ada yang curang atau bete karena teman-temannya sudah melangkah jauh tetapi dia ketinggalan. Ngambeklah kalau begitu.
Nah, kalau sudah musuhan dan ngambek begitu, waktunya orangtua untuk turun tangan mendinginkan suasana dan yang paling cocok untuk itu adalah es krim, cemilan favorit anak-anak. Biar pertemanan kembali erat, makan es krim bersama-sama memang seru. Dan, yang bisa dimakan bareng adalah es krim dari Wall’s Selection dengan berbagai pilihan rasa seperti Chocy Rocky, Mocha Crumble, Fruit Salad, Double Dutch, dan Cookies & Cream.
Kalau sudah ngemil es krim, mereka kembali asyik dan tidak bermusuhan lagi. Kembali sibuk bermain bersama. Melupakan segala permusuhan. Persatuan keluarga pun terjalin kembali, weekend pun menjadi istimewa 🙂
Sayang anak-anak jaman sekarang pegangannya gadget.
Alhamdulillah, aku masih tinggal di desa yg masih dolanan tradisional, anakq juga. Visit my blog sist….
Ah, senangnya masih bisa dolanan sama anak-anak.
Oke, nanti ku mampir ke blognya ya.
Thanks
Gobok sador klo d daerahku namanya blodor. kita menggunakan lapangan badminton sebagai tempat bermain-jika ga dipake.
Asiknya lagi klo malam purnama kita main petak umpet…. seru…!
Iya, seru dan mengasyikkan 🙂
btw, baru tahu namanya blodor, thanks sudah sharing.
Wah, sekarang anak-anak kayaknya terlalu sibuk untuk bermain. Kalo saya sih favorit maen beklen dan congklak, karena melatih motorik halus, koordinasi tangan dan mata, dan kemampuan berhitung. Maklum, harus lincah nyembunyiin kerang supaya menang atau mengitung harus berhenti dimana supaya nggak kalah… Curang mode on hihihihi
hahaha, jadi gitu tho 🙂
aku menyebutnya galah asin, seru juga tapi anak2 sekarang jarang yg main ini kayanya
Iya, betul Lidya. Anak sekarang jarang main galah asin lagi 🙂