Rahasia Ilahi

Ini bukan judul sinetron, meski kejadian ini mungkin mirip dengan cerita-cerita ala sinetron.

Tapi percaya deh, ini juga bukan cerita Cinderella.

Kemarin, gw sama 2 anak perempuan gw yang lagi doyan ngikutin gerak langkah mbok’e kemana aja, janjian sama biduan madura ini untuk rujakan di rumah Bunda 2 R di daerah Pekayon, Bekasi, ngak jauh dari rumah gw berdua.

Gw janjian sama Dahlia, untuk ketemuan di Metropolitan Mall 2. Seperti biasa, kalau ngeliat mall (maklum jarang ke mall :D), anak gw yang kadang suka maksa mbok’e itu ngajak gw muter-muter dulu sambil nungguin si biduan, yang seperti biasa memakai jam dengan kisaran waktu Bollywood :))

Saat Lily dan Kayla, ngajakin makan di KFC dan ngantri makanan, tiba-tiba seorang perempuan berjilbab negor gw. “Eh Mbak Indah. apa kabar mbak,” kata perempuan sambil nyodorin tangannya dan cipaka cipiki sama gw.

Gw masih terpana. Lily yang negor duluan. “Mbak Yuni, Na.”

Sesaat gw perhatiin si Yuni, yang lagi nyiumin anak-anak gw. Penampilannya udah berubah dari saat terakhir gw ketemu dia 3 tahun yang lalu. Dulu dia ngak pakai jilbab.

“Mbak Indah lagi jalan-jalan ? Mas Iwan mana ?.

“Aku sama anak-anak aja. Belanja Yun,” tanya gw iseng karena ngeliat tentengan belanjaannya.

“Iya nih, abis cari buku resep. Gimana kabar orang-orang di kompleks. Masih pada tinggal disana ?, tanya si Yuni sambil nanyain kabar si A, si B, si C dan si D.

Setelah basa-basi yang seperlunya, dari Yuni gw tahu bahwa dia udah setahun ini menikah dan ngak tinggal lagi di Tambun, tapi di Kali Malang, ngikutin suaminya.

Percaya deh, dalam bayangan gw saat itu, suaminya Yuni, adalah salah satu karyawan di pabrik yang terdapat di Tambun atau Kerawang, yang kebetulan deket Bekasi.

“Kamu sendirian aja ? Mana suamimu ?, tanya gw, iseng lagi.

“Suamiku lagi ke Bangkok, mbak.”

Oh, dalam hati gw, masih dengan dugaan suaminya lagi tugas kerja dari pabriknya.

Trus, gw sama anak-anak duduk buat makan, dan Yuni datang nemenin kita, sementara si Ratu Karaoke itu belum datang juga.

“Kamu udah punya anak ?”

“Belum mbak, belum dikasih sama Allah.”

Dari perbincangan itu, gw tahu bahwa perjalanan pernikahan Yuni dengan suaminya, ibarat Cinderella. Bayangin aja, Yuni dikenalin dengan suaminya, oleh tetangga majikan Yuni, dimana Yuni bekerja sebagai pengasuh anaknya. Kebetulan suami Yuni saat itu duda dengan seorang anak, yang ditinggal mati istrinya. Enam bulan setelah perkenalan, Yuni menikah dengan duda itu, di kampungnya di Brebes.

Gw kenal Yuni, saat majikan Yuni tinggal di rumah pamannya, yang kebetulan deket sama rumah gw. Meski Yuni tamatan Tsanawiyah, Yuni terpaksa bekerja sebagai PRT, karena saat bekerja di pabrik, dia sering lembur ngak juntrungan, yang bikin dia sering sakit-sakitan.  Sebenarnya, Yuni hanya dititipin sementara dirumah mantan tetangga gw itu, yang jadi teman kerja kakak sepupunya Yuni, untuk membantu jagain anak tetangga gw itu. Mungkin karena merasa pekerjaan itu lumayan, Yuni pun memilih bekerja sebagai PRT, ketimbang kerja di pabrik.

Ketika mantan tetangga gw itu pindah kerumahnya sendiri di Tambun, Yuni pun ikut serta, dan disinilah ternyata perjalanan hidupnya berubah. Setahun tinggal di Tambun, Yuni dilamar seorang duda. Bukan sembarangan duda, tapi duda yang memiliki pekerjaan yang sudah mapan, menjadi salah seorang manajer di salah satu kantor penyedia komputer di Kuningan, Jakarta Selatan.

Memang perbedaan jarak Yuni dengan suaminya, 20 tahun, malah anak sang duda sudah jadi dokter di Semarang, tapi cinta kan tidak terbatas jarak, ruang dan waktu 🙂

Saat gw pulang, gw cerita sama Mas Iwan, yang ternyata sudah diceritain sama paman mantan tetangga gw itu, yang kebetulan satu kantor sama Mas Iwan. “Aku udah tau, cuma lupa terus mau kasih tau kamu.”

“Rahasia Ilahi ya Mas,” kata gw sama Mas Iwan.

“Apa-apa yang baik itu, pasti hasilnya akan baik. Kamu lihat, selama disini Yuni anaknya baik, ngak pernah neko-neko dan itu dilihat suaminya. Meski Yuni cuma seorang PRT dia kan tamatan SMA. Tapi sayang yah, dia mendapat hasil yang baik setelah ibunya meninggal, padahal dia selama ini kerja keras buat ibunya,” kata Mas Iwan.

Yah, Yuni memang kerja keras buat ibunya, yang telah meninggal dunia karena sakit kanker payudara. Dan Yuni memang anak yang baik yang pantas mendapatkan yang terbaik yang diberikan Tuhan YME. Mungkin banyak ornag yang duga, pasti Yuni mau sama sang duda karena udah mapan. Biarlah, kita ambil positifnya saja. Dan lagi pula gw lihat Yuni bahagia kok dengan pilihan hidupnya. Betul kan Dahlia ?

20 Comments

  1. elnino February 20, 2011
  2. Aswandi September 25, 2010
  3. kumpulanceritadahlia May 7, 2008
  4. fitra May 7, 2008
  5. linda May 6, 2008
  6. dinot May 6, 2008
  7. Yanti Wyant May 6, 2008
  8. kumpulanceritadahlia May 6, 2008
  9. Nana May 5, 2008
  10. tc May 5, 2008
  11. Ygpunya Blog May 5, 2008
  12. nunik May 5, 2008
  13. nh18 May 5, 2008
  14. mbak yg ituh tuh.. May 5, 2008
  15. dahlia May 5, 2008
  16. za May 5, 2008
  17. dahlia May 5, 2008
  18. mikow May 5, 2008
  19. dahlia May 5, 2008
  20. mikow May 5, 2008

Leave a Reply