Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat tawaran menulis cerita anak yang bertema global warming (pemanasan global).
Dalam cerita itu, untuk mencegah pemanasan global, para tokoh cerita belajar mengenai mencintai lingkungan, memanfaatkan barang-barang bekas menjadi barang yang bermanfaat, mendaur ulang plastik atau sampah, dan sebagainya. Insya Allah, kalau tak ada halangan, buku anak tersebut akan terbit di tahun ini.
Bukan yang pertama kali, saya mengangkat tema mencintai lingkungan dalam cerita anak. Dalam Antologi Cerita Forum Penulis Bacaan Anak (PBA), yang terbit tahun 2010 lalu, dengan judul Misteri Penari Cilik, saya menyumbangkan satu cerita anak yang berjudul Misteri Pohon Munggur.
Dalam cerita itu, dikisahkan seorang anak harus kehilangan seluruh anggota keluarga karena tempat tinggalnya yang dahulu terkenal sebagai tempat wisata alam, dengan pohon-pohon yang rindang, danau buatan yang indah, lingkungan yang asri, luluh lantak akibat banjir bandang yang menimpa daerah tersebut.
Banjir bandang terjadi karena kerusakan lingkungan yang terus menerus dilakukan dengan cara menebang pohon, memperluas pemukiman tanpa memperhatikan resapan air, dan tidak menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.
Kenapa saya tertarik menulis cerita bertema lingkungan dan dari mana ide itu didapat ?
Awalnya, melihat anak-anak saya, Lily dan Kayla, yang diminta sekolahnya untuk membawa tanaman dalam pot dalam rangka belajar penghijauan di sekolahnya.
Setiap tanaman yang masih berupa tanaman kecil itu, diberi nama masing-masing anak. Dan, mereka diwajibkan untuk memeliharanya. Kalau ada tanaman yang tidak tumbuh subur, maka si pemilik tanaman mendapat hukuman menyiram tanaman milik teman-temannya.
Hingga saat ini, Lily dan Kayla belum pernah mendapat hukuman seperti itu. Meski bukan seorang pemelihara tanaman yang baik, saya sudah mengenalkan mereka untuk mencintai lingkungan, salah satunya dengan cara memelihara tanaman di rumah. Tidak terlalu banyaklah, tetapi setidaknya rumah terlihat sejuk dengan adanya tanaman.
Kalau kebetulan penjual bunga lewat di depan rumah, dan ada tanaman yang menarik hati untuk dibeli, saya mengajak mereka untuk menanam dan memeliharanya bersama. Saya jelaskan, ada tanaman yang tiap hari mesti disiram, ada yang tidak. Ada juga tanaman yang tidak bisa terkena sinar matahari langsung atau daun-daunnya diberi vitamin agar tampak hijau selalu.
Pengetahuan anak-anak tentang lingkungan semakin bertambah, sejak mereka sering memutar DVD Petualangan Paddle Pop episode #Paddle Pop Elemagika, yang mereka dapatkan dengan cara menukarkan 5 stik es krim Paddle Pop rasa apa saja, di toko-toko bertanda khusus. Lily dan Kayla nggak ada bosannya nonton film tersebut, padahal mereka sudah menontonnya saat menghadiri gala premier Paddle Pop Elemagika, 12 Desember tahun lalu, Citos 21.
Meski sudah memiliki DVD part 1-nya, Lily dan Kayla tetap mengumpulkan stik es krim Paddle Pop rasa apa saja, karena mendengar kabar kalau DVD Paddle Pop Elemagika part 2 akan keluar pada bulan Maret ini, dan siapa tahu dengan stik tersebut mereka bisa mengikuti lomba merangkai stik paddle pop.
Belajar mengenal dan mencintai lingkungan kepada anak-anak memang tak hanya memelihara tanaman, tetapi juga bisa dengan mengajak mereka ke tempat-tempat yang masih asri seperti taman kota, kebun binatang, waduk atau danau buatan.
Tempat favorit kami sekeluarga berjalan-jalan ada beberapa tempat, namun yang sering kami kunjungi ada dua tempat. Satu, yang tidak jauh dari rumah yaitu Taman Kota Harapan Indah. Dan, satu lagi di Depok, Jawa Barat, yaitu danau Studio Alam Depok.
Biasanya hari Minggu pagi, kalau cuaca cerah, kami ke sana. Kedua tempat tersebut, pemandangannya mengasyikkan. Di Taman Kota Harapan Indah, pemandangannya hijau asri, anak-anak bebas berlari-lari, bermain sepeda, atau berfoto-foto.
Agar tidak menginjak rumput yang terpelihara dengan rapi, disediakan tempat berjalan dan duduk-duduk sehingga orang bebas menikmati keindahan taman tersebut.
Memang taman tersebut dibuat oleh pengembang perumahan untuk menjaga keasrian lingkungan sekitarnya. Namun, orang-orang yang datang tidak mematuhi peraturan yang diterapkan, misalnya dengan membuang sampah sembarangan padahal sudah disediakan tempat sampah, keindahan dan keasrian taman tersebut akan rusak.
Sedangkan Studio Alam Depok, kita bisa melihat orang memancing, bermain perahu di danau, atau melihat-lihat lokasi yang sering dipakai untuk syuting film dan sinetron. Sungguh mengasyikkan.
Lingkungan yang hijau, asri, dan bersih memang dambaan semua orang. Dan tugas kitalah, untuk menjaga lingkungan tetap hijau, terutama saat ini cuaca sering tak menentu. Terkadang panas terik melanda hingga membuat kita tersiksa. Di lain waktu, hujan yang beruntun datang membuat kemacetan di jalan-jalan dan banjir di mana-mana.
Dengan cerita anak bertema lingkungan yang saya buat, dan tindakan nyata kita untuk mencintai lingkungan, semoga dapat memperkecil kerusakan lingkungan hijau dambaan kita.
Cinta lingkungan mudah2an akan tertanam di jiwa anak jika dikenalkan sejak awal. Selamat ya kak injul, terus berkarya.
Terima kasih kak Monda, sukses juga buat kerjanya 🙂
wah, asyik banget ya! bukunya pasti sudah banyak nih mbak? 😉 ikut di milis PBA juga to? saya ikut, tapi pasif banget hehe
kok pasif, ayo dong tanya-tanya, seru lho di PBA 🙂
menanamkan cinta lingkungan pada anak di usia dini memang penting mbak..
apalagi lewat media cerita..
pasti lebih masuk…
sukses selalu ya mbak
ingin sekali membuat novel. *harus belajar lebih giat
Wow! Ada cover buku buatan saya hihihihihihi ….
Lanjut, Maaaaaaaang eh Mbak Injuuuuuuuuul ^_^
Mantap, Mbak. Selain mengajarkan bercocok tanam dalam pot, juga jalan jalan ke tempat selain Mall. Anak jaman sekarang katanya klo ga ngemol ga gahoooll.. Ini bisa menanamkan kebiasaan yng baik dengan jalan jalan ke danau.
Iya, Nik.
Thanks ya 🙂