Bahagia Itu Nyata, Sesimpel Itu

Sesekali pamer kebahagiaan boleh ya, hihihihi. Gimana nggak pengen pamer, karena berita bahagia ini, akhirnya bisa bikin daku tidur nyenyak. Hari-hari penuh pikiran, khawatir, resah dan segala macam kegundahan, usai sudah. Hidup mulai santai, mengurangi krisis paruh baya di usia yang sudah memasuki masa jelita (jelang limapuluh tahun). Memang sih, masih ada kesedihan, namun tertutupi dengan kebaikan yang bertubi-tubi diberikan Sang Maha Kuasa. Bahagia itu nyata.

 

Bahagia Itu Nyata, Sesimpel Itu

Bahagia Itu Nyata, Sederhana

Tanggal 9 Juli 2019 lalu, menjadi hari yang mencampur aduk perasaan.

Diawali dengan hasil pemeriksaan dari dokter tentang kesehatan Kayla, yang selama satu minggu mengalami sakit kepala hebat, dan bikin dia nggak tahan berdiri dan duduk lama. Maunya rebahan terus. Nafsu makan juga berkurang, padahal Kayla termasuk anak yang doyan makan.

Kayla itu jarang mengeluh. Kalau sakit batuk pilek pun dia nggak ngeluh dan pasrah saja kalau dikasih obat. Ini baru mengeluh ketika dia sudah benar-benar nggak bisa bangun saat rebahan, karena kepalanya berdenyut-denyut kalau diangkat, ungkap Kayla saat daku tanya apa yang dirasakan.

Karena jarang mengeluh itu, kekhawatiran daku pun berlipat-lipat. Kadang, saat melihat dia rebahan, hati terasa sakit, pengen nangis tapi kok ya nanti kelihatan cemen di depan anaknya. Nggak hanya daku sih yang khawatir, Mas Iwan, bahkan Taruli, Tio dan Bude, merasa sedih.

 

Kabar dari Bude

Di saat kami sedang fokus ke kesehatan Kayla, tiba-tiba Bude mendapat kabar kalau ibunya yang tinggal di Bantul, kembali jatuh sakit. Mau nggak mau Bude pun pulang untuk ngurus ibunya. Untungnya, hari itu jadwalnya Mas Iwan pulang ke Yogya. Jadi bisa gantian jagain Kayla saat daku ada urusan kerja.

Ternyata, kepulangan Bude ke Bantul, adalah yang terakhir kalinya mengurus ibunya. Senin malam, 8 Juli 2019, adiknya Bude mengirimkan kabar kalau Mbah Darmi (ibunya Bude, yang sudah dianggap nenek oleh anak-anak), meninggal dunia. Duh, kok kita bertiga jadi yatim piatu gini ya, de. Daku, Mas Iwan, dan Bude, sudah tidak punya kedua orang tua. Sedih nggak sih.

 

Bahagia Itu Nyata, Sesimpel Itu

Selasa pagi, daku, Taruli dan Tio, melayat ke Bantul. Kayla yang sakit terpaksa ditinggal, ditemani Buleknya, karena nggak kuat duduk di mobil.

Sepulang dari Bantul, Kayla kembali merasakan kepalanya berdenyut-denyut hebat. Padahal, dia sudah minum obat yang diberikan dokter. Daku cuma bisa mengelus-elus kepalanya, bingung juga mau bagaimana. Apa itu reaksi obat yang diberikan dokter ya.

 

Kabar Taruli

Tersiwer dengan mengurus Kayla yang sakit, daku dan Taruli lupa, kalau hari Selasa itu tanggal 9 Juli, dan merupakan pengumuman SBMPTN (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri) 2019. Pengumuman yang sangat kami tunggu-tunggu, karena Taruli kembali mengadu peruntungannya di seleksi masuk tahun 2019, setelah sebelumnya gagal di SBMPTN 2018, karena salah pilih fakultas yang menjadi favorit sejuta calon mahasiswa Indonesia.

Sore hari, kami baru ingat, ketika daku membuka WhatsApp, dan di salah satu group WA yang saya ikuti, ada info tentang pengumuman SBMPTN 2019 ini. “Eh, Mbak Lily, sudah pengumuman tuh, kok kita lupa ya,” ucap daku ke Taruli, yang baru pulang membeli cemilan untuk Kayla agar mau makan.

Taruli lalu membuka laptop, sementara daku kembali sibuk mengurus Kayla. 20 menit berlalu, rumah masih hening, nggak reaksi apa pun.

“Inna, inna, inna, Ya Allah,” seru Taruli, berlari masuk ke kamar. Daku yang lagi tiduran menemani Kayla, kaget. “Duh, gagal lagi nih,” kata hatiku.

Taruli memeluk dengan erat, sambil terisak-isak. “Ya Allah, cobaan datang lagi”.

“Aku lulus inna, aku masuk ke ISI,” seru Taruli sambil menangis. Dhuaaar! Reflek daku sujud syukur. Tio dan Kayla ikut-ikutan Taruli, menangis. Menangis karena bahagia. Ternyata, bahagia itu nyata ย dan sederhana ya. Kami lalu bersama-sama melihat hasil pengumuman, dan nama lengkap Taruli terpampang di layar laptop dengan tombol hijau pertanda lulus masuk ISI Yogyakarta Jurusan Fotografi.

Alhamdulillah Ya Rabb

Sungguh, kebahagiaan yang terkira, dan melengkapi bahagia yang telah diberikan Kayla, karena ia pun lolos zonasi masuk sekolah kejuruan yang diidam-idamkannya, SMK Negeri 6 Yogyakarta. Terima kasih, terima kasih tak terhingga kepada Sang Maha Penentu.

 

Bahagia Itu Nyata, Sesimpel Itu

Tahun 2019 ini, daku dan Mas Iwan harus ekstra dalam urusan pendidikan anak-anak. Taruli yang akan berkuliah dan setelah kegagalan di tahun 2018, dia meminta kami untuk merestui pilihannya sendiri berkuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Kayla pun begitu, memilih Sekolah Menengah Kejuruan, setamatnya SMP.

Seperti dikatakan orang-orang yang telah lebih dahulu mengentaskan anaknya atau sukses sebagai orang tua, kalau sekarang ini, zaman digital ini, orang tua nggak boleh memaksakan kehendaknya kepada anak. Orang tua harus membesarkan dan merawat anak-anaknya sesuai zamannya. Biarkan anak-anak yang menentukan jalannya sendiri, karena mereka yang nanti akan menjalaninya. Bukan kita, orang tua.

Memang sih, keluarga yang tahu keputusan kami tentang pendidikan anak-anak, pastilah bertanya mengapa begini, mengapa begitu. Ini itu, ini itu, banyak maunya, kalau kata Doraemon.

Yang jelas, belajar dari keputusan yang kami lakukan pada Taruli di tahun lalu, apa pun itu, daku dan Mas Iwan berusaha memberikan yang terbaik bagi anak-anak. Kami harus mensupport apa pun langkah yang mereka ambil, sepanjang itu langkah yang baik ya. Kalau pun ada yang nggak benarnya, yuk mari bareng-bareng kita tanggapi.

What a day.

Gitu kata orang bule jika mengalami campur aduk perasaan seperti yang daku alami di tanggal 9 Juli 2019 itu. Sedih dan senang itu datang bersama-sama. Lagi-lagi mengutip kata orang bijak, Tuhan atau Allah ya Rabb, memberikan ujian hidup itu, suka dan duka, sesuai porsinya masing-masing, dan tahu dengan pasti seberapa kuat kita menjalaninya. ย Berhasil atau tidaknya, tetap harus disyukuri.

Ini cerita bahagia daku, Sahabat Blogger pasti banyak cerita bahagia juga kan. Karena bahagia itu nyata, sesimpel itu. Sharing dong cerita bahagianya, ku pengen tahu juga, buat penyemangat kalau hati sedang kendor. Membaca cerita-cerita bahagia bisa memberi kekuatan dan inspirasi.

23 Comments

  1. HM Zwan July 14, 2019
  2. Rach Alida Bahaweres July 13, 2019
  3. Nona July 13, 2019
  4. Grandys July 13, 2019
  5. April July 13, 2019
  6. TIAN LUSTIANA July 13, 2019
  7. lendyagasshi July 13, 2019
  8. Rani Yulianty July 13, 2019
  9. Nia K. Haryanto July 13, 2019
  10. Demia July 13, 2019
  11. Cilya July 12, 2019
  12. Ratna Kirana July 12, 2019
  13. maya rumi July 12, 2019
  14. Andiyani Achmad July 12, 2019
  15. Indah Nuria July 12, 2019
  16. Artha July 12, 2019
  17. Momtraveler July 12, 2019
  18. Tori July 12, 2019
  19. Turis Cantik July 11, 2019
  20. winda - dajourneys.com July 11, 2019
  21. icit July 11, 2019
    • Indah Julianti Sibarani July 11, 2019

Leave a Reply