Operasi Kelenjar Ludah Pada Anak Remaja, Sekadar Tip

Dulu, kala anak-anak masih kecil, 0 bulan sampai 4 tahunan gitu deh, kalau mereka sakit, rasanya pengen kita sajalah yang sakit. Tinggal minum obat, makan sehat, istirahat, dan tidur cukup, sudah sembuh. Lha anak? Nangis terus, ditanya apa yang sakit, kalau sudah lancar ngomong (walau belepotan bahasanya), kasih taunya enggak jelas. “Aduh, aduh, sakit,” sambil nangis kejer. Kalau demam, bisa kita prediksi suhunya. Kalau sakit gigi, sakit tenggorokan, atau sakit bagian dalam lainnya, cuma nangis saja. Kirain ya, setelah besar, remaja, akan lebih jelas. Ternyata enggak. Tau-tau saat dibawa ke dokter, sudah parah. Mesti ada tindakan. Seperti itu yang terjadi sama Kayla, anak nomor dua, yang awal Maret 2020 lalu mesti operasi kelenjar ludah dan limfoma.

Operasi Kelenjar Ludah Pada Anak Remaja, Sekadar Tip

 

 

Jangan Remehkan Sakit Leher

Seumur-umur jadi orangtua, daku tuh nggak pernah berharap, ngebayangin juga enggak, kalau anak sakit dan mesti dioperasi. Ke rumah sakit itu untuk yang bahagia-bahagia sajalah. Seperti melahirkan. Ku sudah cukup trauma dengan rumah sakit setelah kepergian Mama tahun 2012 lalu.

Tapi perjalanan hidup memang harus ngerasain anak masuk rumah sakit, dioperasi, dijagain selama 4 hari (sampai badan dan hati terasa remuk berhari-hari), dan mondar-mandir lagi ke rumah sakit pasca operasi. Kalau kata Irma Susanti, prosedur pasca operasi, selama satu bulan masih kontrol.

Jadi ceritanya, Kayla tuh (saat bangun pagi) mengeluh lehernya bengkak, tapi badannya tidak panas. “Leherku sakit, inna. Kok bengkak ya.”

Saat itu daku dan Mbak Yati menganggap biasa, kena gondongan. Tapi ku sempat mikir juga, dulu saat TK, Kayla pernah gondongan, masa kena lagi, dan ingat kalau Kayla tuh sudah divaksin MMR. Hari itu, Kayla izin enggak masuk sekolah. Karena masih berpikir gondongan, daku hanya suruh istirahat dan di lehernya yang bengkak kita kasih cairan lidah buaya, yang kebetulan tanamannya banyak di rumah.

Keesokan harinya, Kayla masuk sekolah karena lehernya sudah tidak terlalu bengkak. Nah, pulang dari sekolah itu (sore hari), Kayla bilang kalau lehernya yang bengkak itu seperti ada benjolan. Daku periksa, dan memang benar kalau disentuh lehernya, terasa ada benjolan.

Enggak mau gambling dan bertanya-tanya sendiri kenapa ini, daku dan Kayla memeriksakan diri ke klinik yang ada di dekat rumah. Dokter umum yang kami datangi, bertanya apa Kayla demam dan batuk? “Enggak, cuma lehernya terasa nyeri dan kalau bungkuk, sakit banget,” jelas Kayla.

Setelah diperiksa, dokternya (sepertinya bingung kali ya mau nentuin sakit apa) bilang akan kasih obat pereda nyeri yang dihabiskan selama satu minggu. “Nanti, kalau satu minggu enggak ada perubahan, lehernya masih bengkak dan benjolannya masih ada, periksa ke rumah sakit besar ya, biar diperiksa lebih lengkap,” kata dokternya.

Operasi Kelenjar Ludah Pada Anak Remaja, Sekadar TipSatu minggu berlalu, obat sudah habis tapi enggak ada perubahan sama sekali di leher Kayla, kami lalu periksa ke Rumah Sakit JIH. Ada cerita lucu saat daftar sebagai pasien baru, karena Kayla umurnya 15 tahun, admisi mendaftarkannya di Poli Anak.  Saat kita ke Poli Anak dan melihat anak-anak kecil yang ada di ruangan, langsung protes: “Aku nggak mau periksa di sini, ini kan anak kecil semua. Periksa ke dokter umum biasa aja.”

Yaela, enggak mau banget dianggap anak-anak, padahal umurnya masih anak-anak.

Akhirnya kita periksa ke dokter umum dengan dokter Oky. Hampir sama pemeriksaan dengan di klinik, yang ditanya badan panas, batuk atau pilek enggak, Kayla kembali dikasih obat yang sama (tapi harganya lebih mahal) untuk satu minggu, dengan catatan untuk kembali lagi setelah obat habis.

Dan, sejak pertama keluhan sampai pasca periksa ke JIH (dua minggu), enggak ada perubahan sama sekali. Leher tetap bengkak dan benjolan masih ada. Kata Kayla yang berkurang hanya rasa sakit dan nyeri sudah tidak terasa.

Meski berusaha santai, saat kembali ke JIH di hari ke-16, perasaan daku tuh udah mulai ketar ketir, sempat bertanya ke Irma Senja, apa yang dialami Sean sebelum operasi kelenjar ludah (submandibula). Sama kah gejalanya dengan Kayla, karena Sean juga operasi di bagian leher.

Karena enggak mengalami perubahan yang banyak, dokter memutuskan Kayla untuk cek laboratorium,  radiologi dan dirujuk ke Poli Bedah. Deg, hatiku terasa mencelos saat Kayla dirujuk ke Poli Bedah dan segala printilannya itu. Berusaha enggak sedih, karena enggak mau Kayla down.

Kenapa Harus Operasi Kelenjar Ludah dan Limfoma ?

Di dokter bedah, Kayla diperiksa lebih intensif lagi. Dan hasilnya ternyata ada tiga benjolan di leher Kayla. Benjolan di kelenjar ludah (submandibula) dan benjolan limfoma. Dokter Poppy (ahli bedah di JIH), lalu menguraikan tentang kelenjar submandibula dan limfoma itu. Kayla memperhatikan dengan serius apa yang dijelaskan dokter. Tiba-tiba, airmatanya berlinang, wajahnya memucat, saat dokter Poppy menjelaskan hal-hal yang terjadi jika benjolan itu tidak dibuang dan apa yang akan terjadi jika dilakukan operasi.

Daku hanya bisa mengelus-elus tangannya, berusaha menenangkan, padahal ya, perasaan daku sendiri macam-macam rasanya. Yang paling terasa ya daku merasa teledor, enggak bisa merawat anak dengan baik, ibarat kecolongan anak sampai harus dioperasi.

Operasi Kelenjar Ludah Pada Anak Remaja, Sekadar TipKata dokter Poppy (melihat Kayla yang seakan takut), “Tidak harus sekarang diberi tindakan, bisa kita obati teratur. Tapi ya jangan sampai melebar ke mana-mana, karena limfomanya bisa bertumbuh dan jika dibiarkan malah jadi lebih berbahaya. Ibarat tumor, kalau sekarang masih jinak .” Duh.

“Saya mau operasi sekarang saja, dokter,” ucap Kayla. “Saya enggak tahan sakitnya.”

Jujur, daku terkejut dengan pernyataan Kayla. Enggak sangka dia berani dan memutuskan sendiri untuk operasi yang pastinya, jangankan anak seumuran Kayla, orang dewasa saja suka ngeri membayangkan operasi.

Anak yang dulu kalau dibawa ke dokter mesti orangtuanya yang menjelaskan apa yang dirasakan, apa yang sakit. Saat ini, dia semua yang jelaskan apa yang dialami, kapan mulai dirasakan sakitnya, dan kini memutuskan untuk operasi kelenjar ludah dan limfoma untuk kebaikan dirinya.

Bahkan dia juga yang memutuskan kapan waktu pelaksanaan operasinya, yaitu Hari Senin, tanggal 9 Maret 2020, saat ammanya (Mas Iwan) pulang ke Yogyakarta. Dia mau didampingi ammanya operasi. “Aku nanti ditemani amma saja, inna sudah capek antar aku bolak balik ke rumah sakit. Aku enggak mau inna sakit juga.”

Kala itu, daku hanya bisa tersenyum, berusaha tenang, enggak khawatir. Berusaha tegar, walau saat chat dengan Irma, daku nggak tahan curhat dan bilang, boleh nangis nggak sih, kok aku sedih banget ya. “Nangis, mbak, nangis saja biar perasaan lega. Nangis yang puas, setelah itu harus tegar di depan Kayla,” tulis Irma di chatnya.

Tapi sampai pulang ke rumah, beraktivitas, dan ngobrol sama Mbak Yati dan Taruli tentang rencana operasi Kayla, tetap enggak bisa nangis, nggak keluar airmata. Selepas maghrib, saat ditelepon Mas Iwan, daku baru bisa nangis. Daku merasa jadi ibu yang nggak perhatian sama kondisi anaknya. Ku merasa sudah melakukan apa pun untuk kesehatan Kayla, tapi sekalinya sakit dan harus dioperasi.

Tidak Lagi Sama, Tip Pasca Operasi Kelenjar Ludah

Setelah operasi selama 2,5 jam (karena dua tindakan: pengangkatan benjolan di kelenjar ludah; dekat garis mulut dan limfoma di pundak kanan) dan baru siuman setelah 5 jam keluar dari ruang operasi, setelah 4 hari 3 malam, daku, mas Iwan, dan Taruli bergantian menjaga Kayla. Perasaan antara lega, gelo dan khawatir bagaimana Kayla setelah dioperasi. Karena tidak lagi sama keadaannya.

Yang namanya operasi, sesamar apa pun pasti ada bekasnya di luar. Di bagian dalam pun, pasti sudah tidak sempurna lagi, kan sudah dipotong sedikit sarafnya.

Operasi Kelenjar Ludah Pada Anak Remaja, Sekadar Tip

 

Di kontrol pertama setelah operasi (hari keempat saat mau pulang), dokter Poppy memberikan tip agar tidak tumbuh lagi benjolan, terutama benjolan limfoma. Sekadar tip itu di antaranya:

  • Menghindari makan makanan berbahan pengawet (ternyata di sekolah, Kayla tuh suka jajan seperti mie lidi, makaroni berbagai rasa, dan mie kremes)
  • Pola makan harus sehat, terutama makan sayur dan buah-buahan (dokter Poppy menyarankan sehari satu sayuran dan satu buah).
  • Aktivitas jangan terlalu padat dan diimbangi dengan istirahat yang cukup.

Oh ya, sebagian besar penderita kelenjar ludah dan limfoma ini adalah laki-laki, sedikit perempuan. Ini dikarenakan laki-laki lebih banyak aktivitasnya seperti olahraga dan bekerja tidak kenal waktu. Dan, usia penderita (yang sebagian besar laki-laki itu) berusia antara 15 sampai 65 tahun. Bisa dibilang ini penyakit anak remaja dan orang dewasa.

Terjadinya pembengkakan pada leher Kayla karena pola makan yang tidak sehat. Jajan sembarangan pastinya, karena dari rumah dia bawa bekal untuk makan siang dan cemilan. Kebetulan juga Kayla sedang padat aktivitasnya. Latihan tonti (peleton inti – pasukan baris berbaris) 3 kali dalam seminggu karena akan mengikuti perlombaan, menjadi panitia pentas seni angkatannya pada bulan April nanti (yang akhirnya dibatalkan karena wabah virus corona), dan ikut seleksi untuk Paskibra.

Pola makan sehat sih memang yang harus kita perhatikan benar-benar untuk anak dan keluarga, juga diri kita sendiri. Apalagi sekarang ini kan, banyak banget macam/jenis makanan yang beberapa kita nggak tahu bagaimana proses pengolahannya. Dan ya, ku merasakan benar apa kata orang-orang bijak itu, jagalah kesehatan karena sakit itu mahal.

Beruntung kami, meski tidak seratus persen, biaya operasi dan perawatan Kayla selama 4 hari 3 malam itu diganti oleh kantor Mas Iwan. Daku dan Mas Iwan sempat terpaku di ruang pembayaran Rumah Sakit JIH, ketika disodori kuitansi pembayaran. Kalau saja kami tidak punya tabungan, tidak punya dana darurat, bisa berutang atau menjual barang-barang yang berharga.

Sehat, sehat, sehat. Jangan sakit, jangan sakit. Karena sakit itu mahal.

 

51 Comments

  1. Raphael August 24, 2022
  2. Yora anastasha April 14, 2020
  3. Hanifa April 4, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 5, 2020
  4. ivonie April 2, 2020
  5. Ria Rochma March 29, 2020
  6. herva yulyanti March 28, 2020
  7. Rina Susanti March 28, 2020
  8. Juliastri Sn March 28, 2020
  9. Echaimutenan March 28, 2020
  10. Nanik Nara March 28, 2020
  11. indah nuria March 28, 2020
  12. Sulis March 28, 2020
  13. Rani R Tyas March 28, 2020
  14. Milda Ini March 28, 2020
  15. Kartika Nugmalia March 27, 2020
  16. Apura March 27, 2020
  17. Sumiyati Sapriasih March 27, 2020
  18. Ririe Khayan March 27, 2020
  19. FIRSTY UKHTI MOLYNDI March 27, 2020
  20. Nia Haryanto March 27, 2020
  21. ndiievania March 27, 2020
  22. Fenni Bungsu March 26, 2020
  23. kartika March 26, 2020
  24. Mugniar March 26, 2020
    • Lya amalia March 26, 2020
  25. Rosanna Simanjuntak March 26, 2020
  26. Nurhilmiyah March 26, 2020
  27. haniwidiatmoko.com March 26, 2020
  28. Uli March 26, 2020
  29. Siska Dwyta March 26, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  30. Tati Hidayat March 26, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  31. innaistantina March 26, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  32. Novri - diarynovri- March 26, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  33. Maria G Soemitro March 26, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  34. Khata s. Fluorida March 26, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  35. Muyassaroh March 26, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  36. Kurnia amelia March 25, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  37. Irma senja March 25, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
  38. NurulRahma March 25, 2020
    • Indah Julianti Sibarani March 26, 2020
      • NurulRahma March 27, 2020

Leave a Reply