Matematika


Apa kabar semua ? Sorry dumori, bukannya sombong bukannya congkak, akhir-akhir ini jarang blogwalking karena internet di kantor lemot sulemot dan kerjaan dirumah lagi tak terkira 🙂

Secara Ibunya Lily penganut narsisme tingkat tinggi..he…he… maka cerita kali tentang kegiatan di sekolah kak Lily. Kebetulan sekolah kak Lily akan mengikuti Lomba Calistung (Baca – Tulis – Berhitung) tingkat SD se Kabupaten Bekasi. Dan keberuntungan sedang berada di pihak Lily, yang ikut terpilih sebagai satu dari 9 anak kelas 1 calon peserta lomba tersebut. Dari 9 anak tersebut, dipilih 2 orang sebagai wakil kelas 1 SD Bani Saleh 4.

Ayah dan Ibu ngak nyangka kalau Lily bakal terpilih sebagai calon peserta, karena kalau lihat model belajar kak Lily, masuk rangking 10 besar saja, syukur Alhamdulillah. Bukan meragukan kepandaian anak, tapi Lily tuh masih mentingin main dari pada belajar, apalagi bapake dan ibu’e bukan tipe pemaksa kudu mesti belajar (kecuali nanti kalau dah kelas 2, harus digenjot belajarnya…he….he…)

Lily sendiri waktu dipilih dan harus mengikuti pelatihan, terlihat uring-uringan. “Cape ah, belajar terus. Aku males ikut, temen yang lain aja,” kata Lily waktu pertama kali Ibu kasih tahu dia harus ikut pelatihan. Cuma karena Ibu pengen tahu sampai semana kemampuan Lily, maka adegan bujuk membujuk pun dilakukan. Dengan janji, kalau pelatihan pulangnya dijemput sama Mbak Iyah (bukan dengan jemputan), akhirnya Lily mau ikut.

Seminggu pelatihan, test pertama untuk mendapatkan 6 orang anak dilakukan dan Lily berhasil melaluinya. Seminggu kedua, dilakukan test lagi untuk mendapatkan 4 orang anak, kak Lily gagal.

Bu Nina, wali kelas 1, kasih tahu ke Ibu, bahwa kak Lily gagal di pelajaran Matematika. Gagalnya bukan karena ngak bisa pelajaran itu, tapi karena kurang teliti dan lupa. Misalnya nih tentang pelajaran puluhan dan satuan.

contoh : 2 puluhan + 2 satuan = 22
kalau soalnya begitu semua, pasti kak Lily bisa.
Tapi begitu ada yang seperti ini

contoh : 2 satuan + 3 puluhan = 23
Kak Lily, dengan ketidak telitiannya menjawab seperti diatas 🙂

Trus, kadang dia suka lupa dengan pelajaran yang lama kalau ada pelajaran yang baru, sehingga perlu diulang kembali, yang tentunya bukan dengan waktu yang cepat 🙂

Yah, sudahlah, seperti kata Ayah, mungkin kak Lily nurunin kekurangan Ibunya yang ngak bisa matematika 🙂
Dan rasanya memang butuh waktu yang ekstra nih buat kak Lily untuk belajar matematika atau kalau perlu ikut Kumon, seperti yang sudah direncanakan dari awal, namun karena tempat les kumonnya jauh, jadi batal terus. Tapi yang paling penting, Lily sudah menunjukkan kemampuan dalam pelajaran yang lain.

Leave a Reply