Sudah sering kan baca atau mendengar orang yang ngedumel karena hasil karyanya atau ciptaannya diambil, dicomot, dibajak atau ditiru orang lain tanpa permisi dan tidak izin kepada yang punya? Masalah Hak Cipta dan Barang KW ini memang selalu terjadi, bahkan katanya nih, Indonesia ini ditengarai sebagai negara yang banyak hasil bajakannya atau barang KW.
Di dunia tulis menulis saja, di rimba perhelatan blogging, banyak tuh yang melanggar hak cipta atau mengulang, copy paste tulisan dari blogger lainnya, ada juga yang mencomot foto tanpa seizin pemiliknya.
Sakit hati sih pastinya ya.
Tau sih, apa-apa yang kita sebar di dunia maya itu, terutama di blog dan sosial media, rawan dengan copas dan pencurian foto. Kudu ikhlas, kata Karel Anderson 🙂
Hak Cipta dan Barang KW
An essential aspect of creativity is not being afraid to fail ~ Dr. Edwin Land
Εntah kenapa ya, di era millenial ini, banyak orang yang tahu apa itu hak cipta, tapi masih banyak juga yang suka melanggar hak cipta.
Contoh nih, merek dagang atau produk. Batik, misalnya. Dengan alasan karena batik dengan merek tertentu mahal harganya, ada yang bikin batik dengan pola yang sama dan nama mereknya nyaris sama, sehingga mengecoh para pembeli. Padahal, merek batik tersebut punya tingkatan-tingkatannya. Kalau ingin yang harga murah, mereka memproduksi batik printing, dengan pola yang sama dengan batik tulis yang harganya memang sedikit lebih mahal.
Dulu, era jaman jahiliyah versi daku, sering melanggar hak cipta ini dengan membeli barang-barang KW. Ya itu alasannya, harganya lebih murah. Juga karena pengen ikut-ikutan gaya anak-anak orang kaya pada zaman itu. Padahal ya, si Mama dan Bapak almarhum nggak pernah lho beliin barang palsu terutama untuk sepatu sekolah anak-anaknya. Malah, saat daku pakai kacamata, beli ya di Optik Lily Kasoem. Bukan yang merek mahal sih, tapi kacamata yang ada di sana.
Sepatu sekolah memang dibeliin yang bermerek seperti Puma dan Adidas gitu. Tapi dipakai sampai rusak/sobek. Jadi jangan ngarep dalam setahun dua kali beli sepatu. Bisa 2 atau 3 tahun kemudian beli sepatu lagi, karena sepatu-sepatu merek itu memang tahan lama.
Karena itu, demi gaya, ikut-ikutan bergaya sih, dari uang hasil nabung, daku beli sepatu atau barang-barang KW dari merek-merek tenar itu. Perasaannya gimana? Ya malu sih kalau pas ada yang ngenalin kalau itu palsu. Tapi tetap masa bodoh lah, karena banyak juga yang seperti daku 🙂
Dilema Barang KW
Barang KW atau barang palsu dalam pemakaiannya memang jadi dilema. Apalagi kalau dalam kategori KW super, yang nyaris tanpa cacat.
Kalau yang terkait dengan karakter-karakter fiksi seperti yang lagi ngetren sekarang ini: Frozen, Winnie The Pooh, Donald Duck, Mickey Mouse dan lain-lain, udah bukan hal yang aneh lagi kalau barang bajakan atau KW tersebar di seluruh penjuru dunia.
Merujuk agama yang saya anut, ada konsekuensinya sih dalam menggunakan barang KW ini, yang dikategorikan tindakan yang diharamkan syara. Zolim atau zalim, dan memakan harta orang lain dengan cara batil. Karena karya-karya kreatif itu dilindungi secara syara.
Lagi pula ya, barang KW itu punya beban moral lho.
Kalau saya sih sekarang ini berusaha untuk menahan diri untuk menggunakan atau membeli barang-barang yang saya ingin tapi bermerek. Kalau kepingin banget ya saya berusaha menabung. Atau kalau memang nggak mampu (benar-benar nggak mampu beli), ya pakai produk lokal yang kualitasnya nggak berbeda dari produk bermerek tersebut.
Bahkan nih ya, daku itu punya tas rajut lokal dari Yogyakarta yang harganya bikin merem melek. Tas itu daku beli dari uang gaji (saat masih kerja di Indosiar). Harga tas itu setara dengan satu sepatu bermerek Nike Flex Run.
Tas rajut itu kubeli di tahun 2010. Dan sampai tahun 2017 ini, masih awet, warnanya tidak pudar, belum pernah rusak (semoga jangan) bahkan ritsleting tasnya masih bagus.
Dan, daku punya dua tas dari merek tersebut, hahahaha. Biasalah, kala itu masih punya gaji yang bisa diandalkan banget buat beli barang bermerek.
Pelanggaran Hak Cipta
Dari pada diuyel-uyel atau dibully orang karena melanggar hak cipta, sebaiknya kreatif sendirilah. Seperti ‘quote’ Dr Edwin Land di atas, jangan takut untuk gagal dalam berkreasi, karena hal itu yang menjadi esensi dalam karya cipta.
Hanya karena kita melanggar hak cipta, ketika kita benar-benar menghasilkan karya sendiri, bisa jadi tidak dipercaya orang. Sakit kan?!
Sejelek dan sebagus apa pun, selama karya sendiri, pasti lebih bermakna dan berkesan. Ibaratnya, karya tersebut adalah masterpiece.
Seperti itu sih. Kira-kira Sahabat Blogger adalah yang pernah terzolimi dalam karya ciptanya?
Tulisan lain tentang Hak Cipta dan Barang KW ada di blog teman-teman dari Group Collaborative Blogging Kumpulan Emak Blogger (KEB), yaitu:
- BLOGGER’S LIFE : HAK CIPTA DAN BARANG KW (Blog Virly)
- SAYA PILIH BELI BUKU BEKAS (Blog Diah Dwi)
- HAK CIPTA Dan BARANG KW (Blog Ade Delina)
- HAK CIPTA, MASIH PENTINGKAH? (Blognya Witri)
Kalau saya masih kudet mbak sama barang KW2an, yang penting beli barang aja 🙁
aku kalau belum bisa beli barang orinya, dialihkan sama barang yang bermerk lokal saja mbak hehe
Setuju sekali mbak, memang sih agak susah mencari barang yang bener2 ori di pusat perbelanjaan kecuali beli secara online atau counter resminya. Tapi untuk barang2 yang penting kayak barang elektronik saya mending beli yang asli, daripada KW, cepet rusak dan yang Ori tahan lama.
sebisa mungkin pakai gambar cc0, klopun kudu pakai gambar orang pasti nyantumin photo credit mau buat tulisan blog atau re-post instagram
Setuju banget mba, alhamdulillah saya kalo pake foto orang selalu mencantumkan si empunya foto karena apa ? karena saya menghargai pemilik yang udah bersusah payah untuk ngambil foto, dan pasti itu ga gampang. eheheheh kalo gampang pasti saya udah motoin sendiri. untuk menngunakan template gratisan aja saya ga mau ngebuat credit by siapanya hehehehehe.
ralat
*ngebuat >>ngebuang
eh…jadi ingat soal kacamata. saya dulu kalo beli kacamata di wilayah Tukangan, Mak. dekatnya Lempuyangan. di sana…banyak barang kw deh kayaknya. dan saya salah satu pelanggannya.
duh, duh.
Saya juga pernah foto diambil beberapa kali sama orang tanpa permisi ya biarin aja, suatu saat semoga tuh orang sadar, dan saya paling gak suka sama temen yang ngakunya blogger tapi pas foto event suka minta mulu gak mau kerja, udah gitu gak pernah bilang foto credit darimana, malesi pisan, dan mengenai barang kw menurut saya cepet rusak murah tapi sekali dua kali langsung rusak boros juga, mending beli asli mahal tapi awet bertahun-tahun jadi hemat
Tentang mencomot foto ini nih dulu aku pas awal-awal ngeblog masih ambil di Gugel, tapi setelah tahu bahwa ga etis tanpa menyebutkan sumber akhirnya semua foto2nya awal ngeblog aku bongkar lagi sebisa mungkin kucantumin sumbernya.
Klo u barang bermerek untungnya aku biasa aja makpuh ga begitu antusias ga minat juga punya KW-nya. Malah seneng produk lokal yang bagus yg kadang lebih mahal daripada produk luar tapi itu wajarlah karena produk lokal kita sebenarnya bagus2.
Dan Saya pernah kecele sama harga miring barang yang saya kira bukan KW. Ternyata KWnya kebangetan, penjualnya gak mau terbuka sama informasi ini. Huhuhu. Btw kalo kaya model jilbab atau baju ala syahrini yang dijait sendiri sama pedagang olshop itu KW juga ga Mak jatohnya? Saya masih belum paham kalau kaya gini kasusnya.
Saya dulu sempat kaget soal kategorisasi barang kw. Hahaha, kw super pula. Padahal kan sama-sama barang jiplakan. Meskipun yg super katanya mendekati aslinya.
Mending beli yg nggak yg asli walaupun bkn merk terkenal, yg pas di kantong aja.
Untuk barang ber merk, aku hampir ga pernah beli yg kw, pernah sih sekali dua kali aja, selebihnya gak.. Aku lbh milih produk lokal aja walo tanpa merk, tp kualitas oke, malah bbrp kali ini kalau dapat barang ber merk seringnya dapat karena hadiah hehehe.. Lagi rezeki ya.. Walo bukan merk sekelas mewah, tp dah seneng bgt.
Hak cipta sekarang bisa ya dipatenkan mak, hanya saja masih ada pihak-pihak yang masih memanfaatkan satu hal tanpa seizin.
Barang KW ini, big No bagiku. Kayak tas tuh, mending aku beli yang produksi dalam negeri daripada maksa beli LV tapi KW. Sebenarnya KW ini ada regulasinya tapi ntah deh kok mental.. Dan benar banget mak, merasa berdosa nggak sih pakai barang palsu yang izinnya aja nggak ada dari pemilik asli.
Setuju bgt sama tulisan ini mak. Kalo beli sesuatu aku pun lebih milih gak ada merek daripada ada tapi ketauan itu kw.. Tapi pernah jg diberikan ya udah deh diterima.. hehe..
Saya prnh foto di blog di copot tapi masuk ke website zomato yg buat review makanan. saya komplent ke orangnya dia bilang ngak nyolong tapi ngambil dari google..ya ampunn cabe dehhh hhaha
Bener banget mak. Yang kudu dibangun adalah kesadaran diri utk menghormati karya orang lain bukan asal copas seenaknya tanpa menyebut sumbernya.
Saya mending gak ikut2an tren dari pada pake barang kekinian tapi KW. Biarin dibilang orang katro yang penting barang yang dipake ori ???
Hak cipta ini memang agak ribet mbak. Sekalipun sudah banyak situs penyedia foto gratis, masih ada aja (blogger) yang suka ambil dari google (sumbernya sih gitu). Saya pribadi sih jarang diambil kalau foto. tapi kalau tulisan blog, ada beberapa. Dan akhirnya relakan saja. Moga jadi berkah yg ambil setelah beberapa kali email gak ditanggepin.
Karyaku yg plg sering dibajak adalah foto Ig dan blogpost
Ada harga, ada barang. Memang ya mak Injul, harga mahal menunjukkan kualitas, jadi awet.. 🙂
Aku setuju banget sama statement : nabung untuk beli barang bermerk, dan kalaupun blm mampu, beli produk lokal yang kualitasnya bagus. >> me too, Mak!
Jaman masih sekolah hingga kuliah, pernah beli barang KW, terutama buku. #pengakuan dosa. Maklumlah makpuh, isi dompet kembang kempis. Haha…
Trus yang sekarang sih, foto pernah beberapa kali diambil. Tapi ya sudahlah. Kalau sudah diupload berarti banyak yang lihat, dianggap milik umum juga. Hunting foto lagi.
Hahaha, setuju banget mak. Foto aja, kalau semisal kita foto sendiri dan hasilnya bagus itu lebih memuaskan dibanding ngambil foto orang yang lebih bagus. Karena ya, bangga aja gitu kalau hasil jepretan sendiri. Makanya kadang kesal juga sama orang yang suka ngambil tanpa harus nyantumin referensi. Padahal usaha kita ngos-ngosan bolak-balik gimana agar jepretan kita terlihat pas dan keren. #padahaldakujugapernahnyomotdarigoogle wkwk 😀 #gininihkelakuannyaanakjamansekarang -,-
Yang paling kesel sih, pas aku lagi design logo/apa aja waktu itu dan aku posting di ig malah ada yang pakai dan dikasih watermark mereka. Ih, sebel banget deh. Terus tulisan hasil lombaku juga, diposting balik tanpa nyantumin namaku sebagai penulis. Jadinya kesel banget..
Aku jg lebih memilih beli brg lokal mba, drpd barang KW.. Ga kebayang malunya kalo sampe ketangkap pake brg palsu :p.
Syukurnya aku tipe yg ga terlalu suka brg branded juga sih, lebih milih duitnya aku tabung buat traveling mba 😀
Makpuh, tulisannya jadi bikin semangat untuk menghasilkan tulisan ataupun karua yang orisinil berkualitas. Mamaciih sharingnya mak
Iyaaa, pikiran dan hatiku jadi terbuka. Hahaha 😀
Makasih remindenrya mba 🙂
Aku pernah ngerasain tulisanku dicomot tanpa izin sama sebuah fanpage. Padahal itu tulisan curhatan aja lho hihi. Tetep aja kesel sih. Udah kutegur admin fp nya ga dibales, akhirnya yauwislah. Lagi pula suami pernah ngingetin, apa yang udah masuk ranah publik ya harus siap dengan konsekuensinya. Termasuk urusan copas yang udah ga aneh lagi huhu
Oh iya, daku pernah baca statusmu tentang hal itu.
Ikhlas nggak ikhlas sih ya, dilema jadinya 🙂