Sekarang ini, kegiatan menulis sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Dengan adanya blog, semua orang bisa menulis. Apa pun bisa menjadi tulisan. Baik itu tulisan personal, motivasi, sharing atau berbagi ilmu pengetahuan, hobby, lifestyle, dan segalanya. Bisa dibilang kegiatan menulis bukan lagi semata kegiatan para pengarang atau penulis buku.
Dan dengan blog, penulisnya atau blogger bisa menjadi penulis buku, sedangkan penulis buku belum tentu disebut blogger kalau dia tidak mempunyai blog.
Sayangnya, tulisan-tulisan keren yang dihasilkan para blogger itu, banyak yang tidak terbukukan. Memang, agak sulit menembus penerbit mayor atau penerbit nasional terutama penerbit yang sudah punya nama atau terkenal. Selain antrian panjang di penerbit mayor, blogger yang ingin membukukan blogpostnya harus bersaing dengan penulis buku yang sudah sering menerbitkan buku atau penulis buku terkenal.
Seperti yang diutarakan salah seorang editor buku yang saya kenal, setiap bulan ada lebih dari 200 calon buku yang datang ke penerbit. Baik yang datang dari penulis buku yang sudah dikenal atau pun dari calon-calon penulis buku. Karena itulah, seleksi superketat dilakukan oleh penerbit mayor.
Setelah melalui seleksi dari pihak pertama, seleksi berikutnya adalah di tangan editor, apakah tulisan kita menarik untuk diterbitkan atau ditolak untuk diterbitkan. Dan, proses penolakan inilah yang kadang-kadang bikin sakit hati. Bikin hati nelangsa. Kita merasa tulisan kita sudah baik, ternyata menurut penerbit tulisan itu tidak sesuai dengan tema yang akan diterbitkan atau tidak laku untuk dijual alias tidak menarik untuk dibaca.
Keinginan untuk menerbitkan buku masih menggebu-gebu, terbersit untuk menerbitkan sendiri atau self publishing. Namun, kendala dari self publishing terletak pada faktor biaya. Menurut teman-teman yang sudah menerbitkan buku secara independen atau self publishing, mereka harus rela mengeluarkan banyak uang agar tulisannya menjadi buku. Dan, harus siap menerima resiko jika uangnya tidak kembali (balik modal), karena self publishing itu tidak ada istilah royalti, seperti jika kita menerbitkan di penerbit berlabel mayor.
Karena itulah, kehadiran Toko Buku Digital seperti BukuOn, diharapkan bisa menjadi media atau jembatan bagi para blogger menyalurkan tulisan-tulisannya. BukuOn bisa menjadi alternatif bagi blogger untuk menerbitkan tulisannya, walau belum dalam bentuk buku cetak, tetapi dalam versi digital.
Mengapa BukuOn? BukoOn dari Indosat M2 ini adalah toko buku digital yang memudahkan pelanggannya untuk membeli buku melalui gadget atau smartphone (tablet, handphone) dengan cara mengunduh atau download. Agak berbeda dari toko buku digital lainnya, di BukuOn, pelanggan bisa membeli buku versi lengkap atau membeli per bab, segmen sesuai dengan yang diinginkan untuk dibaca. Jika bacaan tersebut menarik dan ingin melanjutkan membeli bab lainnya, tidak ada masalah. Di BukuOn bisa membeli terputus.
Sekarang ini, aplikasi BukuOn ini baru tersedia dalam perangkat gadget berplatform Android. Menyusul ke depannya akan hadir di iOS, Mac dan Windows PC.
Trend buku digital memang lagi booming. Seperti yang ditulis Mizanmag, masa depan buku digital membuat banyak pelaku bisnis buku cetak ketar-ketir. Dan menurut CEO Mizan Digital Publishing, Pangestu Ningsih atau yang akrab dipanggil mbak Tutuk, kehadiran toko buku digital memberikan kesempatan lebih banyak kepada penerbit untuk menjual buku lebih banyak dengan berbagai kategori, tanpa terbentur aturan yang diberlakukan toko buku konvesional.
Di toko buku digital, penerbit bebas memasukkan ragam judul secara leluasa ke dalam daftar penjualan buku digital. Begitu pun dengan pembeli atau pembaca buku digital, bebas mengakses dan kapan saja bisa membeli buku melalui gadget mereka.
Bagaimana mengatasi pembajakan yang kerap melanda buku cetak, apa tidak mungkin buku digital juga?
Di BukuOn, buku digital yang diinginkan diunduh dalam format proprietary bukan pdf, sehingga file yang diterima tidak bisa digandakan dan hanya bisa dibaca dengan menggunakan aplikasi BukuOn. Saat ini, ada sekitar 2.000 judul buku dari beragam penerbit Indonesia yang siap diunduh di BukuOn.
Dan, seperti yang diungkapkan Direktur Keuangan & Administrasi IM2, Hulman Sidjabat, BukuOn mengajak komunitas blogger untuk bekerjasama dengan menambah khazanah buku yang ada di BukuOn, sehingga bisa menjadi alternatif blogger untuk menerbitkan tulisannya ke media digital.
Narablog tertarik ingin menjajal aplikasi BukuOn atau tertarik ingin menerbitkan buku secara digital?
tentang BukuOn..aku malah baru denger..hehe
jdai pngn nyobain baca di buku digital 😀
Informasi baru ini soal BukuOn. Saya pernah baca postingan pak Jaf soal membaca via gadget… semoga dengan begini semakin banyak orang Indonesia yang gemar membaca… bener, membaca itu luar biasa … justru menyuntik energi juga buat kita…
Nah ini info terbaru yg aku baru tau nih! Eh, kak…lapor, aplikasi mizan itu akhirnya aku hapus, abis larinya harus ke browser
Wah, info baru nih kak…
sama kak..
aku juga baru tahu..
yg aku tahu biasanya malah ebook..bukan bukuOn..hihi