Tembok Pelampiasan

Mungkin disetiap rumah yang memiliki anak kecil (anak umur 1 hingga 7 tahunlah), dinding rumahnya pasti tidak bersih dari coretan-coretan. Bukan sekedar coretan garis atau lingkaran, tapi bisa juga tulisan atau kata. Inilah yang terjadi pada dinding rumah kami. Bisa dikatakan hanya dinding kamar mandi, dinding dapur dan dinding kamar Kak Lily yang selamat dari coretan-coretan.

Karena rumah kami tidak terlalu besar (cukuplah buat dua anak, satu asisten, ayah dan ibu…he…he…), maka hampir sebagian besar dinding (dinding ruang depan yang sekaligus ruang tamu, dinding teras, dinding ruang tengah (tempat komputer dan rak buku), kamar tidur Ayah-Ibu dan dinding samping rumah) menjadi tempat pelampiasan dua anak yang saat ini sedang giat-giatnya berkreasi.

Pencoret pertama adalah Kak Lily, yang selama 4,5 tahun menjajah dinding-dinding itu dengan coretan awal gambar rumah, lingkaran, gambar-gambar tak jelas, kemudian setelah bisa menulis dan membaca meningkat dengan tulisan seperti : Lili, Ibu, Ayah, Mbak Iyah, I love you, dan Superman. Setelah itu, menjadi ajang belajar berhitung.

Awalnya, setiap Kak Lily melakukan aksinya, bisa dihapus Ayah dengan air karena waktu itu dinding dicat dengan cat minyak. Tapi lama-lama, Ayah kecapean tiap kali harus membersihkan dan karena harga cat minyak lebih mahal dari cat biasa, maka dinding pun dicat dengan cat biasa, akhirnya coretan itu tak bisa dihapus.

Kemudian, pencoret kedua adalah de’ Kayla. Aksi corat-coret Kayla sudah berlangsung selama 4 bulan ini. Meski belum lama tapi sudah menghasilkan coretan yang tak kalah dashyatnya. Bayangin deh, coretannya itu bisa menghabiskan satu krayon dan tidak berbentuk dengan jelas. Kayaknya krayonnya ditumpahin deh bukan ditulis…he…he…

Sebenarnya risih juga sih lihat dinding yang bermake up kayak badut itu, apalagi kalau ada teman atau saudara yang datang, pasti komentar : Waduh dindingnya bersih banget…he….he.. Tapi mo apalagi, namanya anak-anak biar sudah dikasih papan tulis buat nulis tetep aja yang diincer dinding. Mungkin karena luas yah.

Dan daripada dicat ulang terus gak lama dicoret-coret lagi, Ibu akhirnya mencanangkan program pengecatan dinding pada saat de’ Kayla berumur 8 tahun atau sekitar 6,5 tahun lagi. Biarkan saja dinding itu tetap menjadi tembok pelampiasan, yang tidak kalah dengan Tembok Berlin.

Leave a Reply