by Sefryana Khairil
Published 2010 by GagasMedia
Dari hasil googling, saya mendapat hasil kalau kematian anggota keluarga, terutama anak, menjadi penyebab nomor satu hubungan pasangan suami istri menjadi retak, bahkan bisa menyebabkan gangguan jiwa.
Resensi novel ini sudah pernah diulas di blog buku saya. Novel karya Sefryana ini mengangkat konflik rumahtangga Zahra dan Krisna, setelah kematian anak semata wayang mereka, Daffa, akibat kecelakaan.
Konflik yang dibangun dalam novel sebenarnya klise, namun karena alur cerita teratur dan tidak melompat-lompat, membuat novel ini cukup menarik untuk dibaca. Sayangnya, seperti ingin mempertahankan keteraturannya, jalan cerita jadi terasa lambat, terutama pergumulan bathin Krisna, terhadap hubungan antara bapak dan ibunya yang terasa mengganjal.
Tokoh-tokoh cerita dalam novel ini pun tak banyak, sehingga memudahkan pembaca. Akhir cerita terasa kurang menguras emosi, mungkin Sefryana tak ingin terjebak anggapan, bahwa konflik rumah tangga bisa berakhir dengan perpisahan atau bahkan perselingkuhan.
Sinopsis :
Krisna pun merasakan yang sama. Saat Daffa pergi, ia tak hanya kehilangan satu, tetapi dua cahaya hidupnya. Zahra, istrinya itu lebih sibuk menyesali diri sendiri dan tak pernah lagi mengindahkan kehadirannya.
Jarak di antara mereka semakin lebar. Perpisahan, mungkin jadi satu-satunya jalan agar tak ada lagi yang terluka lebih dalam. Tapi, benarkah pilihan itu sanggup mengembalikan semangat hidup mereka berdua?
Ah, cinta mungkin terlalu sederhana.
Terkadang, kata-kata menjadi terlalu rumit untuk mengungkapkannya.
Cerita yang sangat menyedihkan sekali.
cinta itu terlalu sederhana, tapi kadang orang terlalu rumit menjalaninya 🙂
Kak Injul, sinopsis nanggung 😀
Pernah nonton My Sister’s Keeper? Buku diatas belum baca. Tapi kalau di film, konflik keluarga seperti diatas paling bagus digambarkan di film ini, meskipun persoalannya lebih kompleks. Tokoh2nya digambarkan dengan jujur, tak ada yang tampil heroik atau seperti malaikat ketika salah satu anak divonis sakit tak tersembuhkan. Semua punya ego & ketakutannya masing2.
Aduh kok sepertinya ceritanya sedih sekali ya.
Aku tak sangguplah membacanya kalau begitu…
“Ah, cinta mungkin terlalu sederhana.
Terkadang, kata-kata menjadi terlalu rumit untuk mengungkapkannya.”
suka banget kata ini >.<
Hidup itu memang kadang2 pengungkapan rindu begitu ya mbak.RIBET. Ya sesederhana itu!