Desir angin menerpa wajah saat saya tiba di parkiran motor arena festival musik folk–Folk Music Festival 2017–setelah menempuh satu jam perjalanan dari Kota Malang, Jawa Timur. Dingin! Saya mengetatkan coat yang digunakan, untuk menghalau rasa dingin yang menyelinap di leher dan pipi.
Yaay, tiba juga di Kusuma Agro Wisata Batu, Jawa Timur. Senang, sekaligus khawatir mampu nggak saya bertahan sampai malam di tengah udara dingin khas kota Batu ini.
Iya, saya dan udara dingin tidak bersahabat baik. Selain sering bikin saya bolak balik ke toilet, udara dingin membuat hidung bersin-bersin (bahkan pernah sampai mimisan), dan juga tangan kram, susah digerakkan.
Melihat keraguan saya, Rifqy, traveller blogger, yang menjadi teman perjalanan saya, menguatkan tekad untuk menuntaskan keinginan saya menonton secara langsung event tahunan musik etnik ini. Lagi pula, sudah jauh-jauh datang dari Yogyakarta, masa batal nonton hanya karena takut dingin? Chicken! Begitu kalau kata Tio, anak bungsu saya.
Ke Lokasi Festival Musik Folk
Saya dan Rifqy berjalan menuju lokasi acara folk music di Kusuma Agro Wisata. Lumayan jaraknya buat saya yang jarang jalan kaki jauh.
Tiba di Kusuma Agro, kami lalu menukarkan kuintansi pembelian tiket masuk Folk Music Festival. Saat itu, Sabtu siang, 15 Juli 2017, belum banyak orang yang mengantre untuk menukar tiket. Sehingga kami pun santai saat menukarkan tiket dengan gelang yang dipakai di pergelangan tangan sebelah kanan.
Acara Folk Music Festival 2017 sudah dimulai sejak pukul 09.00 WIB (untuk penukaran tiket). Sedangkan pertunjukan musiknya dimulai pukul 11.00 WIB.
Saat kami tiba, sudah ada beberapa line up (penampil atau penyanyi/musisi) yang tampil di panggung. Namun, belum banyak penonton yang datang. Wajar sih, karena acara berlangsung hingga jam 12 malam dan headliner (penampil utama seperti Ikhsan Skuter, Bin Idris, Jason Ranti, Silampukau, Monita, Ari Reda, Payung Teduh, Danilla, Float, Star and Rabbit) sebagian besar ditampilkan sore hingga malam hari.
Folk Music Festival Indonesia
^ One good thing about music, when it hits you, you feel no pain ^
~ Bob Marley
Oh ya, kenapa sih saya mau-mauan nonton semacam konser musik, yang nggak begitu familiar di telinga, dan jauh pula dari tempat tinggal?
Sebenarnya sih Folk Music Festival 2017 ini bukan konser musik pertama yang saya tonton. Baca ini deh: Langit Musik!
Saya itu orangnya suka penasaran. Tahun lalu, dalam gelaran kedua Folk Music Festival Indonesia yang berlangsung di Lembah Dieng, Malang, saya sudah merencanakan nonton bersama dengan teman yang mengenalkan saya dengan musik folk ini. Namun, karena tidak sesuai jadwalnya dengan agenda sekolah anak-anak, saya pun hanya puas memendam rasa penasaran.
Drama Sebelum Nonton
Di tahun 2017 ini, keriuhan event genre musik yang mewarnai blantika musik Indonesia ini, mampir juga ke telinga saya saat Bulan Ramadhan lalu. Thanks to Instagram, yang banyak kasih info tentang Folk Music Festival (FMF) 2017 ini. Surprise juga, harga tiket di tahun 2016 sebesar Rp 50 ribu, naik menjadi Rp 100 ribu (untuk presale) dan Rp 150 ribu.
Mungkin karena tempatnya lebih luas dan bagus ya dibandingkan tahun 2016 di pelataran lembah Dieng (hihihihi, menurut daku lho ya).
Senang banget waktu tahu kalau acara FMF ini berlangsung pada tanggal 15 Juli 2017. Pas dengan anak-anak yang masih libur sekolah. Saya dan teman pun merencanakan untuk menonton. Mas Iwan pun mengizinkan, karena saya sudah cukup lama tidak meluangkan waktu sendirian. Mungkin dia berpikir, daripada dengarin ‘bawelan’ saya tentang anak-anak, dikasih liburanlah.
Bersama teman yang sudah menonton FMF tahun 2016, kami pun merencanakan untuk datang di FMF 2017. Rencana sudah matang, tapi di lima hari sebelum event berlangsung, teman saya batal pergi karena urusan pekerjaan. Saya langsung down, mikir kalau bepergian sendirian, duh nggak enak banget. Galau antara pergi dan tidak, saya cerita ke Rifqy, yang ternyata dua orang temannya juga berniat untuk nonton FMF.
“Ya udah temani aku ya. Sayang tiketnya sudah dibeli,” ucap saya. Rifqy pun setuju untuk menemani saya menonton.
Yang bikin saya semangat kembali menonton FMF ini, ternyata salah seorang teman blogger yang tenar dengan vectornya, Ndop, juga berencana nonton Folk Music Festival 2017 ini.
Tersihir Music Folk
Seperti yang saya ceritakan di blogpost tentang Keunikan Bapak dalam Membangunkan Anak-anaknya , saya orang yang senang segala jenis musik. Rasanya kalau sehari nggak dengarin lagu-lagu itu, terasa kering garing hidupnya. Senang musik/lagu-lagu tapi bukan pengamat musik.
Dan di Folk Music Festival ini, saya tersihir dengan lagu dan irama musik yang dilantunkan para musisi yang mendapat tempat tersendiri di pecinta musik folk Indonesia.
Para Penampil di Folk Music Festival 2017
Sayang memang saya tidak datang dari pagi, di mana line up hasil seleksi panitia Folk Music Festival 2017 ditampilkan sebagai pembuka event.
Kalau membaca komentar-komentar di Instagram FMF, line up hasil seleksi ini nggak kalah bagus dari headliner yang memang sudah malang melintang di genre musik yang lekat dengan keseharian ini.
Yang menarik dari Folk Music ini, meski jarang tampil di acara variety show music yang banyak bertebaran di televisi nasional, namun mereka memiliki pecinta atau fans sendiri.
Terbukti nih, seperti Monita, Payung Teduh, Danilla, Jason Ranti, Silampukau, Ikhsan Skuter, Float dan lainnya, punya followers berjibun di sosial media seperti Instagram dan Twitter.
Ketika para musisi itu tampil, para penonton pun banyak yang mengikuti irama dan lirik-lirik yang dilantunkan. Hafal nyaris semua lagu musisi kesayangan mereka.
Nggak hanya lagu-lagu cinta yang dihapal, bahkan lagu-lagu yang liriknya terkesan satir dan sarkas pun, banyak yang suka. Seperti lirik-lirik lagu yang dinyanyikan Jason Ranti, Iksan Skuter, dan Silampukau.
Semakin Malam Semakin Semarak
Sore beranjak dan malam pun tiba, tidak mengurangi antusias para pecinta musik folk untuk datang ke Kusuma Agrowisata. Makin malam, penonton semakin padat. Lapangan rumput yang biasa digunakan untuk bermain sepak bola di areal Kusuma Agro, padat mepet hingga susah bergerak jika ingin keluar.
Dinginnya udara malam juga tidak mengurangi antusiasme mereka yang datang berpasangan-pasangan, bersama teman-teman atau sendirian dari berbagai penjuru kota di Indonesia. Bahkan ada yang jauh-jauh datang dari Malaysia dan Brunei Darussalam.
Musik memang universal. Menarik bagi semua orang.
Seperti kutipan dari Bob Marley yang saya letakkan di atas, hal terbaik dari musik adalah, saat kita mendengarkan atau merasakannya, kita tidak akan merasa sakit/sedih.
Festival Musik Folk yang Luar Biasa
Buat saya sih ya, ukuran sukses musisi itu terlihat dari konser-konser yang diadakan baik secara solo atau diorganisir oleh event organizer. Kalau penonton konsernya membludak, sudah pasti sukseslah.
Yang menarik dari para musisi musik folk ini, meski gaya atau penampilan mereka sederhana dan sepertinya tidak didukung oleh brand-brand ternama, tapi penggemarnya sebagian besar anak muda yang berpenampilan trendi, dari kalangan menengah. Buat saya sih, misalnya masih jadi mahasiswa, ya harga tiket FMF kali ini termasuk lumayan mahal, bikin jatah jajan berkurang.
Tapi sih, sebandinglah dengan apa yang kita dapat dari menonton konser FMF ini. Saya saja yang walau menonton tidak sampai selesai dan harus rela tidak menonton Monita, Float dan Payung Teduh, yang menjadi salah satu daya tarik untuk datang ke Batu, Jawa Timur ini, terpuaskan dengan melihat aksi para musisi.
Cuma satu sih yang agak kurang sreg. Toilet yang disediakan adalah toilet portable yang bikin males dan terpaksa menahan diri untuk tidak minum supaya tidak kebelet ingin BAK.
Juli memang bulan saya
Di 15 Juli itu, saya benar-benar menikmati diri saya sendiri. Senang mendapat tontonan yang menarik dan teman-teman yang mengasyikkan. Berniat buat nonton FMF lagi tahun depan? Belum tahu juga, karena rasa penasaran saya sudah terpuaskan.
Sahabat Blogger sudah pernah nonton konser musik? Suka musik yang seperti apa? Kapan-kapan kita bareng-bareng yuk, nonton konser musik 🙂
Photo belong’s to Rifqy Faiza Rahman, author Blog Papan Pelangi
Entah kenapa sekarang-sekarang ini aku suka folk musik, mungkin kah gegara faktor U? hihihhihi enak banget buat nyate2 atau dengerin sambil kerja. Tapi blm pernah datang ke acara/event folk musik gitu sih, semoga next time bisa ikutan 😀
iti kalau siang bagus ya, lapangannya bagus..sayang diinjek2, tp pemandangannya kalau cerah bagus bgt panggung musik dan alam…folk lagi musiknya…enak bgt pasti apalagi nontonya berdua…takterbayangkan itu
musik folk memang gak ada matinya…gak ada Dialog Dini Hari ya mbak?
Boleeeeeh, nonton sendiri tapinya 😀
Saya paling suka nonton konser metal. Event tahunan yang paling ditunggu-tunggu adalah Jogja Brebeg, biasanya dilaksanakan di Kridosono.
Hahahaha, daku pernah nonton konser metal di Jakarta, tapi itu karena liputan sih, urusan kerjaan 🙂
Belum nangkep nih, Mbak Jul. Kenapa dinamakan Folk Musik ? Apa sama dengan Folk Song yang saya gandrungi,dahulu? 🙂
Hampir sama sih, kan folk song itu lagu-lagu rakyat ya, nah folk music ini juga, hanya lebih modern, liriknya disesuaikan dengan jaman sekarang.
Aaaa,jadi kangen batu malang…huhuhuhu.
aku belum pernah nonton konser musik makpuh hehe. Tapi lihat suasana disini,kok asik banget ya nggak kayak konser2 di tv >_<
Lebih asyik nonton langsung sih 🙂
huaaaaaa, envyyyyy. saya gatau ada acara ini mbak. tau gitu ikut melipir ke Malang. kapan lagi liat idola saya Silampukau, Payung Teduh, n Float dalam satu panggung. Beneran mupeng deh. Saya belum pernah lihat Silampukau live soalnya.
Hihihihihi, daku tuh udah dari tahun lalu mau nonton, makanya mantengin terus infonya.
Daku juga baru nonton Silampukau live kemarin itu, Float malah nggak nonton keburu pulang 🙁
Kalau Payung Teduh pernah nonton live di Jakarta.
Udara yg dingin dipadu dengan musik folk mungkin tak terasa lagi dinginnya mbak 😀
Musik folk begitu menghangatkan, meneduhkan juga mendamaikan hati hehe.
Ini gelaran tahun kedua ya, aku juga tau info konser ini. Ah kapan bisa nonton langung, jauh sih di malang. Tiketnya juga lumayan :3
Sepertinya mereka konsennya di daerah Jawa Timur ya, pertama dan kedua di Surabaya dan Malang, katanya sih fansnya folk music ini lebih banyak di Jawa Timur.
Nah iya, suprised banget, tiketnya naik gila-gilaan, dari 50 ribu je ke 100 ribu untuk pre sale dan 150 ribu tiket biasa 🙁