Menurut Badan Narkotika Nasional Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), narkotika semakin familiar di kalangan anak muda, apalagi di Kota Yogyakarta yang banyak perguruan tingginya. Mau nggak mau daku mengaminkan hal tersebut, karena pernah mendengar langsung dari si Sulung, Taruli, kalau ada dua orang temannya yang terpaksa dikeluarkan dari sekolah (padahal sudah kelas XII atau 3 SMU) karena tertangkap polisi menggunakan narkoba. Miris ya. Jadi ya wajar, BNN Sleman menetapkan kalau Remaja Yogyakarta Rawan Narkoba.
Kok bisa, Yogyakarta Kota Pelajar rawan narkoba bahkan nih nomor satu untuk penggunaan narkoba di kalangan generasi muda atau remaja. Daku punya nih data-datanya, hasil dari mengikuti Bincang-bincang Blogger Yogyakarta dengan Kepala BNN Kabupaten Sleman, Ibu AKBP Siti Alfiah., S.Ps, SH, MH, awal Desember 2018 lalu.
Mengapa Rawan Narkoba?
Let me tell you a story.
Teman sekolah Taruli itu, anak cowok. Kata Taruli, anaknya termasuk anak pintar. Bahkan dia lolos masuk perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, tanpa test atau lolos SBMPTN. Tapi, masuk tanpa test itu hanya tinggal kenangan karena dia tersangkut masalah narkoba. Gimana orangtuanya?
“Ibunya nangis-nangis waktu datang ke sekolah, minta maaf ke sekolah. Tapi sekolah nggak bisa, karena udah jadi urusan polisi,” cerita Taruli.
Saya termangu. Membayangkan luka hati si ibu tentang masa depan anaknya. Anak kebanggaan dan harapannya, yang karena pergaulan terpaksa harus menjalani hukuman, sesuai dengan hukum Indonesia yang mengharamkan penggunaan narkoba.
Jujur, zaman sekarang ini, membesarkan anak tuh nggak hanya khawatir terhadap masalah seksual dini dan pergaulan bebas, tetapi bertambah dengan masalah narkotika, penggunaan narkoba. Nggak anak perempuan, nggak juga anak laki, sekarang ini menjaga mereka tuh benar-benar seperti kristal. Dari cerita-cerita orangtua yang anaknya pernah terjerat narkotika, ibarat menegakkan benang basah saat membangkitkan kembali buah hati tercinta dari pengaruh narkoba.
Labirin Narkoba
Narkoba dan Remaja itu, seperti diungkapkan Kepala BNN Sleman, Ibu Siti Alfiah, sudah seperti labirin. Remaja di Indonesia menjadi target utama para pengedar narkoba. Terutama di tempat-tempat yang banyak instutisi pendidikannya.
Berdasarkan hasil survey BNN dan UI, pada tahun 2017 terdapat 3,3 juta pengguna narkoba di Indonesia dengan jumlah kematian 30 orang per hari akibat overdosis.
Di tahun 2016, Yogyakarta merupakan daerah dengan peredaran narkoba terbesar di Indonesia. Angka tersebut menurun dengan drastis di tahun 2018, dimana Yogyakarta menempati peringkat 31 untuk peredaran narkoba.
“Semua Perguruan Tinggi di Yogyakarta, pernah ada kasus penyalahgunaan narkoba,” jelas Kepala BNN Sleman. DIY peringkat 1 dalam kategori penyalahgunaan narkoba pernah pakai di kalangan pelajar dan mahasiswa pada tahun 2017.
Dan mirisnya, tempat tinggal saya yang masuk dalam Kabupaten Sleman, merupakan daerah rawan penggunaan narkoba di Yogyakarta. Seperti diungkapkan Ibu Siti Alfiah, ini karena di Sleman banyak perguruan tinggi dan tempat kost atau rumah-rumah yang disewakan/dikontrakan, dengan penghuni sebagian besar adalah anak muda.
Mengapa DIY terutama Kabupaten Sleman Rawan Narkoba?
Dari pergaulan dan lingkungan. Anak muda itu suka mencoba-coba dan ingin dianggap keren, papar Kepala BNN, Ibu Siti Alfiah. “Awalnya coba-coba. Ketagihan, apalagi uang dengan mudah didapat dari orangtuanya, remaja ini pun rutin mengkonsumsi narkoba. Sudah jadi seperti gaya hidup biar dianggap keren. Orangtua yang menyekolahkan anaknya jauh-jauh, dan rutin kirim uang, malah dibohongi.”
Remaja Rawan Narkoba karena Mitos?
Menurut Bu Siti Alfiah, tidak ada yang salah dengan narkotika. Dan anak laki-laki itu pasti sudah pernah merasakan narkotika saat dikhitan (sunat). Narkotika yang digunakan adalah untuk pengobatan, dan adanya undang-undangnya.
Yang salah adalah penyalahgunaan narkotika. Dan ini yang banyak terjadi di zaman sekarang ini. Sebegitu mudahnya orang terutama remaja menyalahgunakan narkotika. Apalagi dengan adanya mitos-mitos seperti narkoba bisa melupakan masalah atau narkoba hanya melukai penggunanya.
Remaja kita lupa, kalau ketika terjerat narkoba, tidak hanya dirinya yang terluka, tetapi juga keluarga intinya. Bapak, Ibu, kakak dan adik, atau bahkan seluruh keluarga besar terimbas luka dari penyalahgunaan narkotika.
Narkotika memang mengerikan dampaknya. Kemungkinan masa depan anak bisa suram jika terjerat narkoba. Sebagai orangtua, daku merasa yuk jauhkan anak dari pergaulan dan lingkungan yang tidak sehat dengan memperhatikan setiap perilakunya, kenali teman-temannya.
Biar anak nggak merasa orangtua terlalu mengekang atau penyelidik kehidupannya (apalagi anak remaja yang suka uring-uringan kalau orangtuanya dianggap sok tahu), mungkin bisa dengan mengikuti perkembangan remaja sekarang. Update dengan segala hal yang terkait remaja. Menjalin hubungan yang baik atau akrab sebagaimana orangtua dan anak.
Kalau menurut daku sih, jadilah orangtua yang asyik, bukan sok asyik. Orangtua yang serius tapi santai.
Yuk Stop Narkoba, demi masa depan generasi muda bangsa Indonesia.
Narkoba nih beneran ancaman untuk generasi muda ya. Diam-diam dia mendekati anak-anak kita dengan cara yang kadang tak pernah kita duga. Pendampingan orang tua memang penting banget agar segera bisa menangkap sinyal ketika sesuatu yang janggal mulai terjadi.
Narkoba oh narkoba, entah berapa banyak lagi orang yang jadi korban. Ku punya teman kecil seperjuangan, dulu orangnya tergolong pintar, namun kemudian hancur karena narkoba. Walau sekarang sudah berhenti dari mengkonsumsi jenis2 narkoba tapi sampai sekarang dampaknya masih ada. Bisa dikatakan psikis nya bermasalah.
Tantangan orangtua, keluarga, lingkungan, juga sekolah, untuk mengatasi hal ini … semoga dengan semakin seringnya dilakukan seminar tentang bahaya narkoba oleh pihak kepolisian (misalnya) serta dampak-dampaknya, bisa mengurangi, menekan, bahkan menghapus pengguna narkoba. Harapan kita bersama.
Apakabar daku anaknya yg masih segede unyil… aku ngga bs ngebayangin tantangan apa lagi ke dean nanti krk anak2 gede… hiks
Tp aku setuju aama mba injul, org tua asik itu bukan sok asik & nilai2 dasar, norma, agama hrs ditanamkan sedini mgkn & kedekatan sama ortu jg penting biar anak bs cerita apa aja sama kita
Sedih banget kalo anak tersangkut narkoba ya. Semoga bisa direhabilitasi karena masa depannya masih panjang.
Mak, menurut gie yang pernah salah satu oom jaman 90an dulu kena Narkoba setuju banget kalau yang terluka itu keluarga inti, keluarga besar sampai kerabat dan ninik mamak pun. Karena merusak hampir permanen apalagi kalau dia nggak (mau ) sadar udah keluar masuk penjara tetep aja. Lingkungan dan keluarga memang punya peran besar, makanya maklum kalau sama Ibu Kos yang kaypoh sama anak kos dan lainnya, selama kaypoh untuk kebaikan.
Kita juga harus lebih aware sebagai masyarakat, saling menjaga dan melindungi yang maha beberapa tahun terakhir kok kayaknya menurut gie udah menurun drastis ya tingkat awareness masyarakat. malah lebih kaypoh sama artis atau urusan nggak jelas, lebih seneng bahas yang ga penting 😀 mon maap jadi panjang bener, semoga kita semua dijauhkan dari bahaya Narkoba dan dilindungi oleh Nya.
Aduh ngeri ya mak In, aku jadi membayangkan bagaimana ibunya teman Taruli mohon ke sekolah masa depannya wes berantakan karena narkoba 🙁 jadi inget sodara yang sudah meniggal karena narkoba dia masuk keluar penjara dan akhir hayatnya juga karena narkoba padahal bapak-ibunya luar biasa sabar dan baik cuman emang pergaulan sih mak yang jadi biang keroknya 🙁 semoga dijauhkan dari ini
Kadang orang tua justru yang paling terakhir tau saat anaknya bermasalah dan sudah terlamabt, karena kalau di rumahnya anaknya nurut, tetap rajin belajar, pokoknya yang baik-baik teruus.. Benar yg mak Indah bilang, sjaman sekarang wajib jadi orang tua yang asyik, biar anak betah main sama ortunya, nggak selalu cari teman curhat diluar karena curhat dan main sama ortunya malah lebih asyik. Makasih sharing dan remindernya ya mak 🙂
Bener ya mbak, mengasuh anak zaman sekarang, mau anak perempuan atau laki-laki, sama aja khawatirnya. Kalo zaman dulu mah cuma anak perempuan aja yg perlu dikhawatirkan, kalo sekarang punya anak laki ya sama aja besar tantangannya. Salah satunya kudu waspada selalu dengan ancaman bahaya narkoba. Duh syerem kalo udah ngomongin penyalahgunaan narkoba mah, ngeri liat angka kematian akibat overdosis-nya itu.
Setuju, orang tua kudu waspada dengan narkoba ini.
Iya aku pun merasa ngeri, jangan sampai ya anak-anak kita terjerat narkoba.
Naudzubillahi… Semoga anak-anak kita dijauhkan dari narkoba ya mak. Itulah pentingnya peran orang tua dalam mengarahkan anak.
Betul Mak Ery, orang tua dan anak harus saling berkomunikasi dengan erat.
Aku suka serem sendiri nih tentang Narkoba, khawatir sama anakku nanti pergaulannya gimana. Meski dari kecil suka aku share bahaya narkoba ke anakku. Dan ini mesti dilakukan terus menerus ya, supaya anakku aware tentang bahayanya.
Yup, sejak dini kita memang harus aware dan kasih tau anak tentang bahaya kalau kenal narkoba.
Ngeri ya mbak. Pengguna narkoba Dari kalangan pelajar itu bukan hanya yang kurang secara akademis. Anak berprestasi pun bisa terjerumus. Mungkin saja stres masalah pendidikan atau keluarga. Semoga orang tua makin aware dan jadi sahabat terbaik anak.
Nah setuju ini, orang tua jadi sahabat terbaik anak.
Mirisnya baca cerita teman kk Taruli, penyesalan sudah nggak lagi berguna. Kayak gimana ya rasanya sudah ada jalan mudah kedepa, sdh tak perlu lagi susah bersaing dapat universitas tiba2 gagal.
Saya punya pengalaman juga kk Injul sewaktu masih kuliah disitu, teman kontrakan 1 rumah kena kasus narkoba, kagetnya nggak karuan ketika tiba-tiba rumah didatengin Intel terus digeledah gitu. Menurut saya yang paling dijaga dan diperhatikan betul dari anak remaja itu pergaulannya ya, salah milih teman sedikit saja pasti fatal akibatnya. PR kita semua ya kk, paling tidak dimulai untuk jaga keluarga kita sendiri.
Beneeer, harus dimulai dari keluarga sendiri untuk menghindari pengaruh buruk.
Aku sejak SMA udah mengenali remaja yang kecanduan narkoba. Teman sekelasku dulu juga sempat ikut rehabilitasi, wajahnya udah kurus dengan mata cekung. Makanya ketika anak-anak memasuki usia sekolah SMP, udah wanti-wanti agar menjauhi barang terlarang. Sungguh aku takut kalo sampai mereka kena narkoba. Karena katanya, narkoba itu merusak otak, susah sembuhnya.
Nah tahun kemarin aku bareng teman-teman ikut sosialisasi tentang bahaya narkoba, makin ngeri melihat fakta yang ada di masyarakat. Jateng pun memiliki kantong peredaran narkoba yang sungguh bikin miris. Bahkan Kota Semarang masuk urutan kedua setelah Solo yang merupakan 10 daerah tertinggi penyebaran narkoba.
Miris ya, kasihan anak-anak muda Indonesia yang jadi inceran para pengedar narkoba 🙁
Narkoba sudah jadi PR kita semua, enggak hanya orang tua yang langsung mengambil peran pengasuhan, tapi juga sekolah, lingkungan dan pemerintah. Kalau kesemua sendi bersinergi Insya Allah akan terwujud pemberantasannya nanti.
Sayang di kota besar seperti Jakarta kadang orangtua karena kesibukannya jadi punya waktu interaksi yang lebih sedikit dengan anak dibandingkan orang tua di tempat lainnya. Juga, lingkungan yang cenderung makin individual membuat tak terawasinya anak-anak ini karena banyak yang tak lagi peduli dengan kegiatan masing-masing.
Wah, benar-benar PR nih bagi saya yang berputra remaja….
Sosialisasi narkoba seperti yang dilakukan BNN Sleman ini tentu bermanfaat sekali 🙂
Iya bermanfaat banget, jadi tahu bagaimana penyebaran narkoba itu dan apa saja yang harus kita lakukan untuk mencegah anak-anak kita terpengaruh.
membayangkan orgtua dgn anak yg terkena narkoba aja aku gak sanggup mba, apalagi anakku sendiri yang kena 🙁
emang bener ya, di zaman skrg membesarkan anak sungguh tantangan sekali. Kita sbg orgtua memang perlu pendekatan emosional ke anak, jangan sibuk sendiri ngurusin yg lain. apalagi kalo anak kita udah remaja ya.
Aku punya beberapa teman yang mantan pemakai, mbak. Bahkan saudara jauhku juga ada. Dulu dia anak pinter, juara di sekolahnya, tapi salah pergaulan akhirnya di akhir-akhir SMA jadi berantakan. Sempat ditangkap polisi, dan bapakku yang ngurusin biar bisa keluar. Walau sekarang sudah sembuh total dan punya anak istri, tetap masih ada sisa-sisanya. Kadang lemot abis dan kaya orang linglung.
Kalau soal ganja, dulu suamiku pernah coba-coba juga katanya, di masa-masa kegelapannya hehe. Tapi ada satu hal yang bikin dia terus nggak coba lagi dia ingat ayah ibunya. Dia selalu bayangin andaikata ketangkap polisi, terus bagaimana perasaan bapak ibunya. Itu yang bikin dia stop. Ternyata hubungan orang tua dan anak emang harus sangat kuat, supaya saat si anak mau salah langkah ingat lagi dengan keluarga.
Bener banget Sha, hubungan orang tua dan anak memang harus kuat. Sekarang ini aku ke anak-anak yang remaja, walau pun melonggarkan mereka untuk bergaul, tapi tetap ada aturannya seperti pulang malam dan ke mana mereka akan pergi.
Setuju.
Masa remaja adalah masa paling rentan dan memiliki resiko penyalahgunaan narkotika paling tinggi.
Memasuki masa remaja mereka akan terpapar dengan tantangan sosial dan menghadapi suasana akademik yang serba baru.
Aku percaya kualitas hubungan dengan orang tua punya peranan kuat.
Jadi penting membina hubungan agar saling menyayangi sehingga anak kita kelak akan menyayangi dan menghormati dan tak ingin mengecewakan dengan menjauhi narkoba, bukan karena takut dimarahi.
Sering menghabiskan waktu berkualitas bersama dan berdiskusi layaknya sahabat akan membuat buah hati percaya dan akan menjadikan kita muara curhatnya.
Meski kita sudah melakukan by the rules, tapi percayalah, pasti tetap saja akan ada kesalahan dan kegagalan!
Wajar merasa sedih.
Namun, selanjutnya adalah bagaimana kita bersama menyikapinya, membantu buah hati belajar dari kesalahan, bangkit, membuat keputusan dan merasa lebih baik.
Anak-anak yang merasa disayangi, dihargai pendapatnya dan sudah dilatih berpikir kritis, Insya Allah, akan memiliki kesempatan besar untuk mengatakan “tidak” kepada teman yang menggunakan tekanan untuk menggunakan narkoba.
Insya Allah…
Aamiin, setuju sama eda Anna, jadi wejangan buatku juga nih, secara dirimu udah berhasil mengentaskan anak.
Betul, Mak.
Narkotika itu sebenarnya ya obat-obatan biasa. Tapi pemakaian yang tidak sesuai itu yang bikin dia berbahaya. Bahkan morfin itu dipakai di kedokteran sebagai obat anti nyeri, tapi emang efeknya berbahaya banget kalo nggak sesuai aturan. Morfin awalnya cuma dipakai buat penahan nyeri waktu perang. Lalu sama prajurit-prajuritnya dipakai pas mau nyerang, karena efeknya bikin setengah sadar yang buat dia jadi lebih berani. Ini yang salah.
Yang agak rawan adalah ganja. Di Aceh, ganja itu sebagai sayuran, tapi juga bahaya kalo dibakar (jadi rokok). Thailand sudah melegalkan ganja karena emang bermanfaat di bidang medis. Kemudian banyak orang di Indonesia yang menyuarakan agar ganja dilegalkan juga di sini.
Narkoba tuh emang nggak ada enak enaknya. Udah ngerusak tubuh, bikin kecanduan, duit abis mulu pula buat beli, mana harganya nggak ada yang murah.
Mahal banget, makanya kasihan orang tua yang sudah mengeluarkan banyak uang untuk sekolah anaknya, malah dibohongi untuk beli narkoba.