Pikiran Ngak Penting :)

Diawal Januari ini, gw masuk pagi (pukul 6 – 14). Saking paginya gw berangkat dari rumah habis sholat subuh, barengan ama tukang sayur yang mau ke pasar dan sopir angkot yang baru mau narik angkot…he…he…

Gw pikir, cuma gw doank, yang pagi-pagi buta (orang di masjid aja masih baca Qur’an), berangkat kerja, ternyata banyak perempuan yang juga mesti berangkat pagi-pagi, meninggalkan buah hatinya masih terlelap tidur.

Salut buat perempuan-perempuan yang menurut gw perkasa itu. Gimana ngak, sudah berangkat pagi, mereka musti ngejar-ngejar angkot atau bus. Sementara gw lebih beruntung karena dianter sampai terminal Pulogadung oleh Mas Iwan, yang meski masih ngantuk rela memelekkan mata demi istri tercinta (halah) supaya ngak naik angkot.

Perempuan-perempuan itu, seperti halnya gw juga sebenarnya ngak rela berangkat kerja tanpa lambaian tangan dan kerjab ceria mata buah hati tercinta. Tapi apa mau dikata, sulit rasanya mencari jam-jam tidak macet dan sibuk di wilayah Jakarta, Bekasi, Depok dan sekitarnya. Semakin siang kita berangkat, dijamin semakin pasti kita akan terjebak kemacetan dan berarti alamat datang ke kantor telat, plus kalau keseringan siap-siap terima SP 🙂

Rasanya hal itu merupakan dilema yang ngak ada habis-habis. Jakarta dan Bekasi tetap macet, meski jalur busway sudah ditambah. Dan perempuan-perempuan itu termasuk gw, akan tetap berangkat di pagi buta, sampai waktu memutuskan perempuan itu tidak bekerja lagi.

Leave a Reply