Walau masih ada yang menganggap bahwa sebagian besar konten di Instagram adalah konten pamer, namun tak bisa dipungkiri, platform media sosial satu ini menyedot perhatian jutaan orang untuk memperlihatkan ke-eksistensi (eksis) dirinya. Malah sekarang ini, mereka-mereka yang menyebut dirinya konten kreator membangun personal branding di Instagram, untuk meraih cuan atau pundi-pundi rezeki. Tak ada yang salah untuk itu. Bebas, sebebas kepakan sayap burung merpati yang ingin terbang tinggi. Jauh, jauh darimu.
Butuh Enggak Sih Instagram Itu?
Akun Instagram saya sendiri, up and down. Kadang rajin update feed, kadang bisa berbulan-bulan enggak update, hingga saat update kembali, oleh Instagram diinfokan sebagai first time post. Hahaha, bodoamat. Entah kenapa, untuk platform media sosial satu ini, sejak tahun 2013 punya account Instagram (karena handphone personal saya adalah Android, yang baru bisa unduh aplikasi Instagram tahun 2012), kadang rajin post foto-foto, tulis caption semenarik mungkin, rajin lihat-lihat, suka dan komentar postingan Instagram orang lain, lalu hiatus post berbulan-bulan. Nggak ada foto sama sekali. Dibiarkan saja begitu.
Sampai sekarang, tahun 2020 ini, seperti itu. Enggak rajin bermain-main di Instagram. Berhari-hari rajin, berhari-hari juga malas isi biar feed keren. Bukan karena enggak ada stok foto yang bisa dipost. Bukan karena malas mikir bikin captionnya, bukan juga karena malas edit fotonya biar cetar membahana, biar orang terpesona dengan kehidupan kita di media sosial. Bukan itu.
Karena saya masih rajin lihat akun IG teman-teman, kepohin akun IG public figure dan selebgram. Suka kasih like (suka) dan komentar juga. Masih tiap hari buka Instagram, walau enggak seperti dulu yang bisa berjam-jam mantengin IG (apalagi sejak ada Instagram Stories). Bahkan saya juga ikut WAG Instagram Walking teman-teman bloger. Enggak cuma satu WAG, tapi dua!
Sampai sekarang masih belum tahu kenapa tidak serajin dan seaktif teman-teman untuk tiap hari update feed Instagram. Ada teman yang tidak hanya sehari satu foto, bisa sampai tiga post foto dalam satu hari. Katanya sih demi feed bagus, senada seirama.
Jujurly, ketika mau update, dapat fotonya, sudah nulis captionnya, pas mau dipost, tiba-tiba kepikiran untuk ganti fotonya biar lebih sesuai lagi dengan captionnya. Sudah diganti fotonya, trus pengen diedit sebagus mungkin, dikasih filter yang menarik, pilah pilih, enggak puas-puasnya, trus ngantuk pengen tidur. Foto dan caption pun berakhir di draft.
Sudah didraft harusnya bisa diposting dong ya. Ini enggak. Keasyikan Instagram Walking ke akun-akun orang, lupa deh sama postingan sendiri. Begitu saja terus, sampai negara api menyerang. Sama kasusnya sama postingan blog. Suka jadi wacana dan berakhir di draft.
Buat Apa Punya Instagram?
Di satu sisi, saya merasa kalau Instagram itu seperti jadi tempat bermain dengan hidup. Apa yang terjadi di hidup kita (sedih, susah, senang dan bahagia) ada di Instagram. Orang jadi melihat atau berpikir kita itu seperti apa. Ya enggak sih, Sahabat Bloger?
Belum lagi nih, saat kita ngepost foto di Instagram, suka enggak santuy gitu lihat like (suka) dan komentarnya. “Kok dikit sih yang like, padahal followers ribuan. Kok enggak ada yang komentar sih. Padahal teman yang main Instagram banyak.” Sedih akutuh digituin. Cita-cita di Instagram cuma satu lho: Swipe Up, Swipe Up. Swipe Up ya guys…. gitu kata Rachel Venya.
“Makanya loe santai aja mainan medsos tuh,” kata teman curhat saya.
Hidup di dunia nyata sudah ribet, enggak perlulah dunia maya juga dibikin ribet. Saya pun manggut-manggut seperti anak ayam mematuk makanannya.
Dan ucapan teman curhat saya itu hampir sama dengan pernyataan mbak Irma Erinda, founder of Purpose Finder, saat saya mengikuti Creatalks yang diselenggarakan oleh VosFoyer, beberapa waktu lalu, dalam mengisi waktu luang dan merecharge pikiran, biar enggak kebanyakan bengong saat kita “dipaksa” #dirumahaja di masa pandemi covid-10 ini.
Dengan tema Creatalks; Creating Meaningful Content for You (…and others), Mbak Irma mempertanyakan motivasi kita aktif di media sosial (terutama Instagram). Apa yang menginspirasi kita, apa yang menjadi purpose (tujuan) kita membuat konten, seberapa besar kebutuhan kita pada Instagram dan bagaimana menciptakan personal branding di media sosial.
Personal Branding di Instagram
Menurut Mbak Irma, saat memulai ingin menciptakan konten di media sosial, semisalnya Instagram, kita harus tahu kenapa kita harus aktif bermedia sosial.
Apa kita suka?
Apa karena passion dan punya misi?
Mengapa kita menciptakan konten itu? Apa untuk profesi/pekerjaan, keuntungan, manfaat?
Orang lain butuh enggak, tertarik tidak dengan konten kita. Dunia perlu tahu enggak dengan konten-konten yang diciptakan.
Dan dalam proses kreasi konten itu, apa saja yang menyertai proses itu untuk diri kita sendiri?
- Apa keinginan kita (dalam hidup), yang diingat dan dikenang.
- Jadi semacam jurnal perkembangan diri kita atau perjalanan hidup kita,
- Sebagai bagian dari relaksasi, untuk keseimbangan mental.
Kalau pun dalam proses creating content itu, atau perjalanan konten tersebut setelah diaplikasikan, apa yang kita kejar, kita pikir akan membuat kita bahagia, ternyata bukan itu yang membuat kita bahagia. Kita perlu beristirahat. Need a break! Untuk menemukan diri kita kembali.
You have to start early, and listen to your intuition
Tujuan hidup bisa berubah. Apa yang dulu kita kira sangat valuable, ternyata di satu titik bisa menyerang kita.
Seperti itu kira-kira.
Sahabat Bloger mau menciptakan personal branding di Instagram? Cari tahu goalnya apa dulu (berdasarkan yang saya tulis di atas tadi). Lalu definisikan tujuan kita. Definisi tujuan inilah untuk mengkreasikan konten kita.
Jika tujuan awalnya adalah having fun lalu kemudian berubah tujuannya yaitu menjadi ladang rezeki, dapat uang, ya enggak apa. Asalkan tidak menjadi tertekan dalam proses menciptakan kreasinya. Karena apa pun yang dikerjakan dengan perasaan tertekan, hasilnya tidak akan baik.
Seperti itu ya Zubaedah, Malih.
Kata Mbak Irma:
Life is a Marathon.
Know what is your goal.
When to shift and turn, when things don’t go the way you want and to survive the long run.
Hehehe betul mba netijen kalo komen di ig kadang suka gitu, makanya kadang suka ketawa tawa sendiri kalo ngebacain komen di ig. oh iya menurutku personal branding di instagram perlu mba, kalo dulu sih yang penting dipost.
Halo, aku baru memulai untuk menulis lagi. Kalau mau bergabung di KEB bagaimana caranya ?. Mohon informasinya, apakah ada requirements tertentu ?
Terima kasih banyak
Untuk personal branding kalo saya butuh banget mak, sampe bela-belain beli kursus di Udemy tentang Instagram. Lalu bersih-bersih follower juga hehe.
Dulu saya pikir kalo ada yang follow kita, kita harus folback juga biar sopan. Tapi gak ada keharusan dan gak harus gitu juga. Personal branding = privilege
Butuh menurut aku, mak..karena ketika kita menjadikan kegiatan di media sosial sebagai pekerjaan ya harus ada branding . Karena klo mau dapat fee seimbang kerjasamalah dengan brand yang memang butuh ssuai siapa kita. Misal branding parenting, brand produk anak, pendidikan dll menuju kita. Biar sasaran prominya pun tepat
Mak, aku setuju tuh poin-poin sebelum memulai media sosial.
Instagram bagi aku tuh paling menyenangkan dan sering aku update. Di situ, aku niatkan semacam portofolio kerja, perkembangan belajar juga. Dan benar, klo kita benar-benar niat untuk personal branding di IG bakal ada saja jobnya. Kayak kemarin aku jadi pembicara food photography, ternyata mereka searching di IG dan dari beberapa orang dipilih aku.
Masalah job, bukan mau sombong apa gimana tapi lebih ke filtering sih apa yang sesuai dengan niche.
Saya termasuk pengguna IG yang masih up and down, suka-suka updatenya. Update konten masih mengikuti mood, kecuali ada job yang harus share di IG, selebihnya masih sesuai hembusan mood. Harapannya pengen update secara rutin, belum bisa ODOP ya 2 atau 3 hari sekali
Sampai saat ini masih kubawa fun aja sih mba semua medsos yang kupunya. Kalaupun ada postingan berbayar, ya tetap dikerjakan serius tapi enggak sampai pusing harus gini gitu. Dunia yang kita jalani kan enggak hanya yang di dunia maya aja. Yang dunia nyata nih lebih menyedot pikiran dan tenaga. 🙂
Saya mengoptimalkan sosmed dan berbagai online platform untuk membangun personal brand.
Sebelum set goal, perlu mencari tahu dulu who and why tentang diri kita, nanti akan lebih mudah untuj menyusun strategi brandingnya
Aku sekarang membatasi main Instagram, ,ak. Entahlah, satu bulan terakhir ini sengaja unggah foto sedikit. Mulai terpikirkan buat sesuka hati aja main Instagramnya. Buat hore-hore ahhahahahha
Lebih baik seperti itu, ngepost sesuka hati, demi hore-hore
Tinggal sesuaikan dengan tujuan ya Mbak Indah. Aku sekarang lagi nyantai untuk IG. Ada project kukerjain. Gak ada ya udah. Krn emang fokusnya ke blog. Feed juga gak diisi tiap hari. Semenjak covid ini, seperti perlu melepas beberapa target, termasuk IG.
Hihihihi, aku lagi lagi rajin nih ngepost di IG, karena banyak bengongnya 🙂
aku masih buat having fun nih mba sama dokumentasi. Yah sering juga berbagi pesan yang menurutku berguna untuk orang lain juga…sesekali dimonetize kalau lagi pengeen hehehe
Aku terkesima. Hahaha. Jadi ingat awal main Instagram itu cuma buat simpan momen anak-anak aja. Eh malah keterusan dapat jajan. Akhirnya aku bikin pisah aja dengan IG anakku. Biar gak galau kalau tiba-tiba anakku upload sendiri foto atau videonya yang entah gimana kualitasnya. 😁
hahahaha, bener bener, anak tuh suka asal saja ngepostnya, padahal kita sudah atur feed sedemikian rupa.
Aku juga ngga rajin posting IG mbak, ngga setiap hari ey, kalau ada sesuatu yang ingin dishare saja, atau buat kerjaan..lumayan penghasilannya kikikkk…Alhamdulillah..
hehehehe, benar ya, sedikit demi sedikit, yang penting ada buat jajan
Aku main instagram juga up and down, Makpuh. Kadang capek, apalagi aku kerja di digital agency yang ngurusin socmed juga. Apa nggak eneg gitu ngurusin ginian terus. Haha. Jadi aku sekarang tidak memaksakan harus posting misal sehari sekali. Semaunya aja biar nggak stress. Tujuan punya socmed buatku untuk senang-senang. Kalau bisa dapat penghasilan aku anggap bonus. Jujur akutu masih bingung spesifikasi bisa disebut digital creator itu kayak apa ya? Monmaap, kok sekarang orang gampang banget nyebut dirinya digital creator hanya karena udah bikin beberapa video. Aku mau nulis itu aja di bio masih malu karena merasa belum berkarya mengharumkan nama bangsa. :)))
nah kan, nah kan, dirimu sepaham sama daku nih soal konten kreator. Jadi keidean mau bikin postingan tentang ini.
Yap mak. Aku pernah mengalami istirahat sesaat tapi ya balik lagi lakukan yang kita mau dan bermanfaat bagi oranglain
Nohok banget nih, padahal aku butuh personal branding tapi ya entah kenapa mau rajin2 main ig tu ya susah. Naik turun mood
hahahaha, ayo dong rajin update siapa tahu personal branding jadi lebih fokus.
AKu awalnya buat istagram cuma biar dapt nama akun yang aku mau aja trus gak pernah diisi, makanya ketinggalan banget mulainya waktu itu hihihi. Trus awal-awal juga males membagikan foto tapi ke sini ya suka juga kadang kalau gak malas
Menarik banget sharingnya MakPuuh, terharu aku tu bacanya karena bijak banget ini. Sama kayak bagaimana spending money ya, tujuan kita apa dulu nih, hehe. Aku juga termasuk yang jarang update karena kadang rasanya malas share hal yang kurang valuable menurutku. Sehat2 Mak Puh skeeluarga di sana 🙂
Aku sekarang dalam tahap I need a break di social media. Antara jenuh, gak punya waktu buat ngurusin dunia maya, atau gak interest, padahal katanya kalo gak update sehari aja akan tenggelam sama algoritma IG. Auk ah gelap, krn sekarang spt mba Injul bilang, bagi aku dunia maya itu harus fun, karena mau kembali lagi ke tujuan awal yaitu fun, yah sukur2 kalo membawa rejeki. Gitu aja, biar gak tambah beban 🙂
Hidup sudah susah, gak usah dibikin tambah susah :)) karena ada real world yang lebih penting daripada sekedar mengutamakan update social media. Ya at least for me 🙂
Aku termasuk orang yg ga rajin updet IG juga mbak padahal pengen membangun personal branding sesuai dengan nama akunku tapi ya gitu deh. Kadang merasa lelah sama sosmed trs take a break dulu sesaat. Pun sekarang ga semua job aku ambil. Mungkin srbagai seorang blogger harusnya ga gitu ya mbak, harusnya rajin updet sosmed dan ambil job tapi sebisa mungkin aku sesuaikan dgn personal brandingku yg mamak traveler dan balik lagi ketika hati sedang lelah aku menjauh dulu sesaat. Ntar kali mood udah balik mulai update lagi
eh serius aku baru tau ada grup whatsapp Instagram Walking hahaha.
aku sendiri termasuk yang membranding diri sendiri di instagram. meskipun belum bisa update post atau instastory tiap hari dengan konten bermutu. tapi instagram termasuk sosmed favorit setelah twitter haha
Hehehehe, ada banyak group IW itu, teman-teman blogger juga. Buat mendukung kalau kita punya job IG.