foto by Taruli
Mudik is the activity of migrants/migrant workers to return to his hometown. Mudik in Indonesia is identical with an annual tradition that occurs ahead of major religious holidays such as before Lebaran. At that point there is an opportunity to gather with relatives scattered in the overseas, but of course also sowan with parents. Mudik tradition exists in some developing countries with Muslim majorities, such as Indonesia and Bangladesh.
Demikianlah yang tertulis di Wikipedia.org
Dan rasanya tradisi mudik di Indonesialah yang paling seru, heboh dan penuh cerita. Seperti kisah mudik kami beberapa hari yang lalu ke Ibukota Jakarta.
Lha, kenapa mudik ke Jakarta?
Kan sekarang ini kita memutuskan untuk tinggal di Yogyakarta. Menetap selamanya. Jadi, ya mudik ke ibukotalah. Setidaknya kalau mudik kan melawan arus tuh dibanding yang biasanya pulang kampung dari ibukota ke kampung halaman di Jawa Tengah dan sekitarnya, atau Jawa Timur dan sekitarnya. Kalau mudik atau pulang kampung melawan arus, pastilah nggak akan bermacet-macet ria seperti biasa yang terjadi pada para pemudik lebaran yang terjebak kemacetan di titik-titik kemacetan seperti Cikampek, Pantura, atau Nagrek.
Yakin nggak kena macet?
Yakin perjalananan berlangsung lancar, selamat sampai tujuan?
Harapan ternyata tak seindah kenyataan, Sahabat Blogger.
Berangkat pukul 3 pagi dari Yogyakarta dengan makan sahur terlebih dahulu di depan kantor Suratkabar Kedaulatan Rakyat, sampai di daerah Sumpiuh, Jawa Tengah, perjalanan lancar tanpa hambatan sama sekali. Sekitar pukul 7 pagi, mobil yang disupiri Mas Iwan dan berjalan santai sampai di Sumpiuh. Taruli, Kayla, dan Tio pun masih terlelap tidur.
Keruwetan pun dimulai saat kami tiba di daerah Buntu, Jawa Tengah. Di depan kendaraan kami, terlihat kendaraan roda empat, barisan truk, dan berbagai jenis motor, berbaris panjang di dua jalur jalan raya.
Amblasnya Jembatan Comal, Pemalang, jalur Selatan mulai dari Kebumen sampai Rawalo, macet tiada tara cc @pulkam pic.twitter.com/8Svy2F6RKQ
— Indah Julianti S (@IndahJuli) July 21, 2014
Selama 1,5 jam kendaraan lumpuh, tak bergerak. Tak ada satu pun yang bergerak maju. Dari info di media sosial dan browsing internet, penyebab kemacetan pun diketahui karena amblasnya Jembatan Comal, Pemalang, Jawa Tengah, pada hari Jumat, 18 Juli 2014. Jembatan yang biasa dilewati para pemudik ke Jawa Tengah dan Jawa Timur via jalur darat ini pun, memutus jalur transportasi semua kendaraan yang lewat di sana.
Lumpuhnya jalur tengah Slawi – Purwokerto ini pun membuat pihak berwenang (Dinas Perhubungan, Polisi dan Pihak Kotamadya) mengalihkan jalur kendaraan yang lewat ke jalur Selatan, sehingga menjadi padat merayap tanpa harapan. Mau muter balik, sama saja benjut.
Dan kemacetan di Buntu itu merupakan awal dari kemacetan yang terjadi dalam perjalanan mudik lebaran 2014 kami. Buntu – Wangon yang biasanya kami lewati dengan kecepatan biasa hanya mencapai 1,5 jam, pada hari Senin, 21 Juli 2014 itu benar-benar fantastis! Jarak Buntu – Wangon mencapai rekor perjalanan selama 7 jam, Sahabat Blogger! Keren kan.
Setelah berhasil melewati Wangon, perjalanan sedikit lega, tidak macet ketika berada di Ajibarang dan Purwokerto. Namun kembali macet di daerah Bumiayu hingga Pagayungan yang mencapai waktu perjalanan selama 3 jam. Dan total perjalanan kami dari Yogyakarta sampai tol Pejagan, yang biasanya waktu tempuh sekitar 6 jam (dengan macet sedikit), kali ini benar-benar perjalanan penuh kenangan. Waktu tempuh mencapai 13 jam!
Setelah melewati tol Pejagan, Pantura, dan Cikampek, karena rasa lelah yang tak terhingga, sehingga Mas Iwan memutuskan membawa mobil dengan santai, kami pun tiba di rumah Bekasi, pada pukul 05.30 WIB.
Selama perjalanan Pejagan, Pantura dan Cikampek itu, dari arah kami ke Jakarta, tidak ada macet sama sekali. Namun arus mudik dari arah sebaliknya mulai terlihat padat. Karena saat itu memang sudah H-7 mudik lebaran 2014.
Hikmah dari perjalanan ini, segala sesuatunya nggak selamanya indah dan seperti harapan.
Supaya anak-anak jangan bosan dan merasa lelah, lebih baik banyak beristirahat di tempat-tempat seperti SPBU, Masjid, atau pun tempat peristirahatan. Kalau bisa anak-anak dimandikan pada sore harinya, biar nggak merasa lelah dan kusut.
Buat yang mau mudik, selamat bermudik ria ya, selamat menikmati perjalanan dengan santai.
Sahabat Blogger punya cerita mudik yang berkesan?
Klo saya sblum berangkat mudik soalx blom ad silahturahmi pada org tua walaupun tdak ad sma
skali..sya mengucapkan lbaran maaf lahir dan bathin..
Aku mah ga mudik, jadi kuncen di Bandung aja hihihi *kasian deh gue*
aku mudik paling jauh Lampung – Rumba, bahkan sampai Bukit Tinggi…tapi jaman masih muda mak, jadi asyik2 ajaaa hehehehe….tahun ini puasa dulu mudiknya, hiiks…
Dari perempatan bumtu belok kiri ke banyumas, kampung aye Mak..
Jalur selatan padat karena jalur utara ada jembatan putus mak. Biasanya nggak padet banget kok
Puk…puk…makpuh yang lagi kecapek’an dan selamat datang di kampung Jabodetabek kekekek…:P
Kalau lewat jalur Buntu ada tempat istirahat yang enak Mba, posisinya +/- 2 km dari perempatan arah timur, tempatnya enak dan untuk bersih-bersih sekalian istirahat pun enak tuh. he,, he,, he,,
Salam
Wahh baru tau tradisi mudik tu selain indonesia juga ada di bangladesh.. Btw selamat mudik mbak indah, mohon maaf lahir bathin ya 🙂
Jadi mikir-mikir lagi nih, antara TIDAK MUDIK atau mu … dik…. ??
Jalur selatan arah Purworejo macet parah ya Mbak?
Wuih. Niatnya sih biar engga kejebak macet ya? tapi kenyataannya hahaha. Mampir juga ya ke blog ane ;p
Kita yg duduk manis aja pegel pa lagi yg nyetir ya mak..gempor dehh…tp mudik tanpa macet rasanya kurang sip gitu hihihi
Tahun ini ga bisa pulkam ke Aceh mak..mihil bingiits tiketnyo T-T
Hehehe, kalau pulang ke luar Pulau Jawa memang harus benar-benar direncanain ya, secara nggak bisa juga naik kereta musti naik pesawat yang mahalnya nggak kira-kira 🙂
Aduh duh duh tobat ku tak sanggup, sejak gw menetap dijakarta. Sering banget diajakin om mudik sekeluarga dengan mobil ke gresik tp selalu ku tolak.
Gw ngak sanggup merasakan capek nya di jalan, perna kejadian om mudik 48 jam alias 2 hari jkt-gresik yg kalo normal santai cuman 20 jam
Naik pesawat dong cyn atau naik kereta api 🙂
Berarti dirimu penjaga seti Jakarta ya 😀
semoga selamat sampai di perjalanan mba, untung aku mudiknya pas hari lebaran, tapi tetep sih rame juga 🙁
Mudiknya ke mana? Ke ibukota juga seperti saya 😀
Saya pernah, Mak. Lebaran 3 tahun lalu. Ke Bandung 10 jam. Bukan karena macet, malah jalanan waktu itu masih kosong banget. Cuma udah di tol Cipularang (udah mau deket Bandung) mendadak mobil bermasalah. Dari mulai nunggu mobil derek (yang lama banget datengnya) sampe akhirnya nongkrong di bengkel.
Pentingnya bawa perbekalan yang banyak. Untuk jaga2 kalau ada kejadian gak terduga kayak kejadian saya waktu itu 😀
Beuh, ke Bandung padahal ya 🙂
Benar, Mak Myra, penting banget bawa perbekalan, karena kita nggak tahu kapan terkena macet dan kelaparan ya 😀
Macetnya itu yang menandakannya kalau itu perjalanan mudik 🙂
kalau mudik ke Sumatera biasanya ngantrinya di Merak, mau nyebrang,
Iya, benar kalau ke Sumatera, di Meraknya ya yang paling heboh macetnya 🙂
Trenyata meskipun melawan arus masih tetep kena macet ya mak, mungkin mudiknya kecepetan hehe
Hehehe, kebenaran saja sih Rahmi, karena jembatan comal putus 🙁
13 jam O.o
Kebayang capeknya di jalan, hastagah! Tio ga rewel tapi kan mbak?
Yang penting selamat sampai tujuan lah ya ^_^
Aku seperti biasa, ga ke mana-mana pas Lebaran 😆 diem di rumah menikmati hari libur. Males banget keluar karena yaelah, Jogja di hari libur you know lah 😆
Selama mbak Indah di Jogja kita belom ketemuuuu! Nanti ya kalo mbakInd udah balik ke sini. Tapi ga usah ng-Amplas sampe jam 11 malem ya? #ehh *disambit bakiak*
Terseraaaaaaah dirimu, RedCarra, aku tinggal menunggu jemputan kalau mau ketemuan 😀
Whoaa macet nya parah banget ya.. Untungnya mudik nya masih jauh hari ya jadi bisa santai2…
Iya, Man, sengaja mudik sebelum orang-orang banyak yang mudik, tapi terkena macet juga 🙂
weitttsss…benjutnya itu mba Indah yang bikin seruuu… hehehehe.. kalau belum benjut nggak mudik namanya… piss
Hehehe, benar, nggak seru mudik tanpa benjut. Selamat menikmati perjalanan mudik 🙂
huhuhuhu daku g mudik mak 🙁
jadi lebaran sepertinya di tengah hutan,uwaaaaa….. #akurapopo >_<
Di tengah hutan juga seru lho, bisa memandang bulan dan bintang tanpa batas 🙂
Nih aku lg dijalan mau mudik makpuh…. smg gak macet parah meski sampe cikampek udh merayap nih
Selamat bermudik ria ya, Neng Irma :*
Ahhhh seru ya yang punya kampung. Bisa mudik. Saya mah mudiknya cuma bisa ke kampung suami *solo* krn keluargaku semua di jakarta. Dan udah jarang juga ke kampung suami krn yang dituakan udh gak ada. Jadilah pulkamnya si jabodetabek doang :p
Hehehehe, aku sejak menikah selalu mudik ke Yogya. Dulu, walau orang Batak, jarang banget mudik ke Medan, karena mama dan bapak kan tinggal di Jakarta 🙂
Haish… 13 jam? Kebayang pegelnya tuh. Aku belom mudik, tapi anak2 udah di Bandung. Mau hanimun dulu sama om, nih wkwkwk
Haish… 13 jam? Kebayang pegelnya tuh. Aku belom mudik, tapi anak2 udah di Bandung. Mau haninun dulu sama om, nih wkwkwk
Mudik ke Bandung mah dekat, Mira. Kalau pun macet nggak pegel :p
Waaah yang udah mudik langsung posting niiih. Hmmm selama beratus-ratus kali mudik, belum pernah kejebak macet sampai berjam-jam. Macet selalu sih, tapi nggak sedahsyat ini. Alhamdulillah udah sampai Bekasi ya mak. Selamat siap2 Lebaran yaaa…. Utk mandi di perjalanan belum pernah krn seringkali terlalu ramai atau nggak bersih.
Kalau aku selalu nyiapin anak-anak untuk mandi di perjalanan, Lusi, karena mereka suka rewel kalau kepanasan atau gatal. Ya itulah, musti cari tempat yang bersih dan airnya jernih #halah