“Anak-anak banyak yang kurang membaca, Bapak Ibu”, demikian ucap Ibu Guru Wali Kelas Tiominar, dalam pertemuan orang tua/wali murid dengan guru kelas, beberapa waktu yang lalu. Akibatnya, menurut Bu Estin, wali kelas Tio, ada anak yang sulit memahani suatu kalimat dalam bahan-bahan materi pelajaran. “Minta tolong Bapak/Ibu untuk membiasakan anak-anak membaca buku, menumbuhkan budaya literasi di rumah”, tegas Ibu Wali Kelas.
Duh, kok bisa ya enggak paham kalimat, keluh saya dalam hati dan langsung berpikir. Apa Tio, si bungsu yang sekarang kelas V SD, termasuk anak yang kurang dalam literasi?
Peran Keluarga dalam Menumbuhkan Budaya Literasi
Ibu Wali Kelas melanjutkan paparannya tentang permasalahan di kelas Tiominar. Terutama yang terkait dengan target kompetensi siswa kelas V. Ada tujuh target utama kompetensi yang diberlakukan untuk kelas V di sekolahnya Tiominar. Satu dari tujuh target itu adalah literasi.
Kenapa literasi menjadi target utama kompetensi?
Semua materi pelajaran kan bentuknya tulisan. Bahkan matematika yang ada hitung-hitungan dan segala macam bentuk perkalian, pertambahan, pecahan, pembagian, dijelaskan dalam bentuk tulisan, yang harus dibaca, dimengerti dan dipahami.
Seperti yang dijelaskan Ibu Wali Kelas, pelajaran matematika itu harus sering-sering berlatih soal agar memahami dan mengerti. Dan latihan soal-soal itu kan harus dibaca. Bagaimana mau menyelesaikan latihan soal, kalau materi yang disampaikan saja tidak dipahami kalimat, bahkan tidak tahu apa itu paragraf.
Tidak memahami kalimat, tandanya anak kurang banyak membaca. Bagaimana mau menghadapi kompetensi di abad 21, kalau tidak banyak latihan dan kurang membaca?
Penjelasan Ibu Wali Kelas Tiominar itu serasa menampar-nampar saya, yang merasa punya kemampuan menulis dan membaca bagus, yang sehari-hari selalu berkutat dengan bahan bacaan dan riset untuk menulis di blog atau pun saat membuat naskah untuk cerita anak.
Gerakan Pemerintah untuk Literasi Keluarga
Permintaan Ibu Guru Wali Kelas Tio dalam menumbuhkan budaya membaca di keluarga, sejalan juga dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 30 Tahun 2017, bahwa keluarga harus turut serta terlibat dalam proses pendidikan anak baik di rumah maupun di sekolah.
Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan punya gerakan nasional yaitu Gerakan Nasional Orang Tua Membacakan Buku (Gernas Baku) #LiterasiKeluarga. Dengan keterlibatan orang tua dalam membacakan buku pada anak, akan mengoptimalkan kemampuan berkomunikasi dan berbahasa sejak dini.
Kembali ke permasalahan di kelasnya Tiominar. Memang sih Bu Estin enggak menyebut nama secara khusus anak-anak yang kurang membaca tersebut, tapi saya merasa Tio memang kurang banyak membaca. Selama ini, dalam menumbuhkan budaya literasi di keluarga kami, saya selalu mengajak anak-anak untuk membaca buku cerita yang menjadi koleksi di rumah.
Tiga anak perempuan daku memang membaca buku, tapi membaca buku sekedarnya. Membaca seperlunya, karena untuk tugas sekolah, butuh referensi atau kalau sudah bosan bermain gawai, biasanya mereka membaca buku.
Padahal ya, saya dan Mas Iwan itu sering mengingatkan untuk lebih banyak membaca.
Mungkin, kami sebagai orang tua juga kurang keras berusaha menumbuhkan minat baca, jadinya seminggu belum tentu sekali, anak-anak suka membaca buku. Yang rutin membaca buku hanya Tio, itu pun saya yang membacakan buku ceritanya saat beristirahat menjelang tidur malam. Atau Tio membaca sendiri di kala libur sekolah seperti hari Sabtu dan Minggu.
Tio rutin membaca buku pun karena tidak bermain gawai, karena mendapat hukuman tidak boleh menggunakan gadget kapan pun, kecuali jika ada tugas sekolah. Ini akibat minus kacamata Tio bertambah banyak, dari semula minus 1 menjati minus 3,5 karena kebanyakan bermain gadget.
Tidak punya gawai sendiri saja, Tio lebih asyik dengan alat tersebut dibandingkan membaca buku, dan apa-apa yang sudah seperti candu itu tidak baik kan?
Dari itulah, demi kebaikan anak-anak, saya dan Mas Iwan bertekad untuk membiasakan anak-anak membaca buku.
Beberapa hal yang kami lakukan dalam menumbuhkan budaya literasi di rumah, antara lain:
- Dalam satu minggu anak-anak harus membaca buku. Buku apa saja, yang mereka senangi. Sekarang kan banyak buku bagus, buku-buku yang mendidik dan menginspirasi.
- Khusus untuk Tiominar, saya meminta dia untuk menuliskan kembali cerita yang dibacanya, atau menuliskan kesimpulan tentang buku yang dibacanya.
- Mengajak anak-anak ke Perpustakaan Kota atau Kabupaten, agar lebih senang lagi membaca buku, karena perpustakaan sekarang asyik buat anak-anak.
- Membelikan anak-anak buku-buku bacaan yang baik dan sesuai minat mereka.
- Membiasakan anak-anak untuk memberikan pinjaman buku kepada teman-temannya yang di rumah atau sekolah, jika mereka tidak punya buku bacaan.
Peran Masyarakat (Sekolah) dalam Budaya Literasi
Di sekolah Tio, dalam menumbuhkan budaya literasi ini ada program literasi sekolah.
- Setiap hari, di kelas selama 20 menit anak-anak membaca buku yang dibawa dari rumah. Kadang, murid-murid diminta menceritakan kembali isi buku yang mereka baca.
- Buku yang dibawa dari rumah, dipinjamkan kepada teman sekelas yang belum membaca buku itu. Saling bertukar buku bacaan.
- Program literasi lainnya adalah membiasakan anak-anak untuk aktif di perpustakaan sekolah. Bahkan kepada orang tua, pihak sekolah menyampaikan kalau pulang sekolah dan belum ada yang menjemput, anak-anak sebaiknya menunggu di perpustakaan.
- Perpustakaan sekolah dibuat senyaman mungkin dan buku bacaan yang sesuai untuk anak diperbanyak, agar anak-anak betah dan senang membaca. Lagi pula ya, kalau menunggu di perpustakaan itu lebih gampang dicarinya dari pada anak-anak bermain-main di lingkungan sekolah.
Sekarang ini di sekolah Tio, dalam setiap event atau kegiatan sekolah memasukkan literasi sebagai lomba antar murid. Lomba membacakan cerita atau story telling, lomba membaca puisi, dan lomba menulis cerita. Tio semangat kalau ada lomba-lomba seperti itu dan ikut serta walau memang belum beruntung mendapat penghargaan.
“Aku tuh sebenarnya pengennya bikin cerita komik, Inna. Tapi lombanya cuma nulis cerita,” ungkap Tio usai mengikuti lomba literasi di sekolahnya.
Jika ingin anakmu cerdas, bacakan mereka cerita dongeng. Jika ingin anakmu lebih cerdas lagi, perbanyak cerita dongeng yang dibacakan.” – Albert Einstein.
Seperti itu kira-kira terjemahan bebas dari kutipan dari Albert Einstein tentang budaya membaca yang bisa mencerdaskan anak. Semakin banyak cerita dongeng yang kita bacakan untuk anak, semakin banyak cerita yang didengar, semakin cerdas anak-anak mengolah kata dan rasa.
Menumbuhkan budaya literasi memang harus punya tekad kuat, apalagi yang kita hadapi itu adalah anak-anak yang gampang bosan, suka enggak fokus dan belum konsisten.
Perjalanan menumbuhkan dan mempertahankan budaya literasi di rumah kami memang masih panjang. Tapi kami percaya, dengan peran keluarga serta masyarakat dalam menumbuhkan budaya literasi ini, akan meningkatkan minat membaca buku dan di mata dunia, minat membaca masyarakat Indonesia menjadi tinggi, tidak rendah lagi.
#SahabatKeluarga
#LiterasiKeluarga
Di era digital dengan positif negatifnya,butuh perjuangan ekstra untuk mewujudkannya. Semoga bisa
Menumbuhkan budaya literasi di era digital dengan positif negatifnya seperti saat ini tentu butuh perjuangan ekstra, semoga bisa mewujudkannya
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) memang penting untuk meningkatkan minat baca anak
Jika memang dilakukan dengan benar
GLS ibarat pamflet besar yang bisa dilihat bagus dari luar
Tapi ketika kedalam masih banyak kotoran debu bertebaran
GLS ibarat secercah cahaya yang menerangi pendidikan Indonesia
Tapi masih banyak sisi gelap yang belum diterangi
Seberapa serius sekolah dan pemerintah melakukan GLS?
Seberapa banyak sekolah yang berani mengupdate Buku perpustakaan mereka?
Kenapa sekolah tidak berani mengupdate buku perpustakaan?
(Dana BOS bisa berkurang jadinya)
Dana Bos salah satu sisi gelap di sekolah
“Dana BOS untuk BOS, katanya”
(Suatu hari di sekolah……)
Guru: “Pak, kata anak-anak bosan baca buku itu-itu aja disekolah”
Kepsek: “Tidak masalah pak, suruh anak-anak bawa buku dari rumah masing-masing”
(Suatu hari di kelas……)
Guru: “Anak-anak, besok bawa buku cerita masing-masing ke sekolah, biar bisa dibaca nanti di kelas”
Anak si A: “Saya tidak punya buku cerita pak!”
Anak si B: “Saya cuman punya buku satu pak, itupun sudah koyak-koyak”
Anak si C: “Saya tidak punya buku cerita pak”
Guru: “Gk bisa kalian beli buku cerita dulu?”
Anak-anak: “Tidak bisa pak, gk punya uang orangtua kami, makan aja susah”
Guru:”Oh iya, saya pun ingat kalau saya nyari makan juga susah”
Salam kenal. Mungkin utk non fiksi cara bacanya yang perlu trik. Mbak pernah dengar buku/ kursus baca kilat oleh Tony Setiawan , dkk? Coba googling, kl belum. Mudah2an membantu.
Aku pikir anakku juga kurang banget baca bukunya, banyakan main HP. Alhamdulilah ada ptogram literasi di sekolahnya. Setelah tadarus (bagi yang Muslim), lanjut mengawali belajar dengan membaca buku pilihan masing-masing selama kurleb 20 menit. Aktivitas itu walaupun kupikir kurang diurus dengan baik oleh guru (mungkin sebab para guru sudah padat tugas) punya dampak positif. Salah satunya, anakku lumayan kerap beli buku. Bagus sih, kurang bagus di dompetku hihihi ….
sekarang ini budaya baca seperti tergusur sama digital, bahkan kadang aku pun suka terdistraksi pas lagi baca buku pas ada bunyi hape langsung tutup buku.
Nah iya, bener kan, suka terdistraksi gitu 🙂
Tapi sekarang aku berusaha taat untuk baca buku, biar anak-anak juga suka baca.
Sebagai ibu Aku juga setuju mom kalau anak itu harus di biasakan membaca sejak dini supaya nanti dia besar kebiasaan baik itu selalu melekat
Sepakat mbak Arumi, harus dibudayakan ya.
Aku pun setuju mom kalau anak itu harus di biasakan membaca supaya nanti dia besar kebiasaan baik itu bisa dilakukan
Asik zaman aku kecil dulu, kak..
Gapunya uang buat beli buku, jadi nyewa ke persewaan buku. Trus kalo punya, saling pinjem-pinjeman buku. Walo ada juga yang ga balik…heehe~
Good idea banget yaa, kak..
Literasi dalam keluarga.
wah betul banget sih ini anak jaman skrng rendah bgt literasinya. jgnkan baca buku, baca tulisan pendek aja cuma judulnya doang:(( memang harus dibiasakan membaca sejak kecil biar jadi cinta sama buku ya
Betul banget Mak. Budaya Literasi Penting banget ditumbuhkan di rumah, sekolah, dan masyarakat ya supaya anak-anak menguasai pelajaran dengan baik karena mau membaca dengan teliti.
Keluarga memang dasar pokok pengembangan literasi ya, mak. Berawal dari keluarga, anak-anak bisa improve ke lingkungan dan sekitar sehingga lebih aware dan punya literasi membaca yang lebih baik.
Penting sekali ya di zaman serba modern seperti saat ini untuk meningkatkan minat baca kembali ya mbak
agak susah sih memang menumbuhkan budaya literasi ini bagi gen Z, adikku yang SMA aja pemalas banget, lebih senang main gadget dan sosial media :”) Tapi asalkan dipakai secara positif mungkin gak apa2 ya
saya ada ide ‘jam baca buku’ di rumah. jadi misal selepas sholat isya, sekeluarga baca buku kesukaan masing2. sejam ajah dah cukup. lama2 kan anak juga bakal demen baca tanpa adanya jam tersebut
Betul banget nih budaya literasi juga wajib diterapkan di rumah juga, soalnya zaman sekarang kebanyakan anak lebih suka makin gadget di rumah daripada baca buku
pas hamil, aku udh bertekad anak2 harus suka baca kayak aku. Makanya dr mereka dlm kandungan aja aku udh banyak beli aneka buku anak mba. pas udh lahir, walo blm ngerti, aku coba dongengin mereka sampe skr ini. Memang sih jd suka dengan buku, tapi si adek yg msh 3 thn , lbh suka aku yg bacain drpd baca sendiri wkwkwkwk..
beberapa cara mba mungkin nanti aku terapin, trutama yg menuliskan kembali poin2 dr bacaan yg mereka baca.
kalo dulu papaku bikin aku suka baca, krn selalu bawain buku anak tiap kali bisnis trip dr LN. walo dulu msh ga ngerti ama bahasa inggris, tp aku suka liat gambar2nya . trus yg ga akan aku lupain, stiap ultah, papa selalu ksh kado, ngajakin anaknya ke toko buku, dan yg ultah boleh beli berapapun buku yg dimaui sekuat tangannya bawa hahahahha… aku selalu pake keranjang beroda supaya bisa beli buanyaaaak :p.
dan itu aku terapin ke anakku. cuma si kaka walopun suka baca, blm segila aku mba :p. tiap diajak ke toko buku, dia lbh seneng beli peralatan menggmbar drpada bacaan. buku bacaan ada, tp ga terlalu banyak dipilihnya :D.
ya sudahlaah, pelan2 aku coba bikin dia lbh jatuh cinta ama bacaan
Jadi rindu pojokan Perpustakaan sekolah, mbak. Pelarian saat jam istirahat sambil buka lembar per lembar buku ?, dulu Matematika adalah tantangan aku banget mbak, walau udah baca sebelum ngerjakan tugas wkkwkw.
Ini snetilan banget lho makpuh buatku sendiri yg ga selesai-selesai baca satu novel yg ga lebih dari 100 halaman tp belum beres-beres juga. Literasi ini memang harus gencar banget
Penting banget memang menumbuhkan budaya literasi. Aku pernah ikut pelatihan tentang literasi, ternyata membudayakan literasi ini seharusnya dimulai sejak umur anak 0 bulan dan ini akan berpengaruh ke daya pikir si anak yang akan cepat berkembang. Wah bakalan aku terapin nih nanti kalo sudah punya anak hehe
Budaya membaca ini memang tantangan setiap keluarga kok, Mak. Di rumahku sekarang aku jadi single fighter menjaga minat baca anak. Suamiku yang tiap hari sudah berjibaku dengan tumpukan buku, kalau sampai rumah penginnya santai. Nonton, dengerin musik. Akhirnya mulai ngaruh ke anak-anak. Tapi masih bersyukur rutinitas membaca sebelum tidur itu sudah tidak bisa dipisahkan dari anak-anak. Setidaknya setiap hari ada waktu khusus yang sudah gak perlu dikomando. Sudah otomatis.
udaya membaca ini memang tantangan setiap keluarga kok, Mak. Di rumahku sekarang aku ajdi single fighter menumbuhkan minat baca. Suamiku yang tiap hari sudah berjibaku dengan tumpukan buku, kalau sampai rumah penginnya santai. Nonton, dengerin musik. Akhirnya mulai ngaruh ke anak-anak. Tapi masih bersyukur rutinitas membaca sebelum tidur itu sudah tidak bisa dipisahkan dari anak-anak. Setidaknya setiap hari ada waktu khusus yang sudah gak perlu dikomando. Sudah otomatis.
Sempat hopeless gimana caranya agar membuat anak saya yang kebetulan sama kayak Tio kelas 5 juga untuk menyulai buku. Tiap saya pulang selalu handphone yang diperiksa. Untungnya dia suka komik, jadi saya belikan komik banyak-banyak eh dia jadi ketagihan. Lama-lama saya belikan buku cerita. Alhamdulillah dia sudah mulai suka baca buku.
Seneng deh liat sekolah yang mendukung literasi kayak gini..betul mba membuat anak.gemar membaca itu perlu tekad kuat ,kitanya juga kudu jadi rolemodel..
Bener banget, role modelnya orang tua ya, yang dilihat langsung oleh anak-anak. Orang tua suka baca, anak pun jadi suka baca.
Saya dari anak usia 6 bulan selalu diajarkan baca mba supaya kebiasaan sampai besar nanti. Alhamdulilah sekarang usia 2,5thn dia hobby sekali baca buku hehe
Keren nih mbak Ola, ku harus mencontoh semangatnya
betul banget mbak eksadaran membaca sejak dini emang harus diterapin mulai dari kecil di bawah bimbingan keluarga, nantinya jadi guru di sekolah tinggal meningkatkan saja soalnya pengalaman saya sebagai seorang guru masih banyak siswa yang males baca
Wah mbak Aliya guru toh, jadi semangat nih untuk menumbuhkan budaya literasi di rumah.
Program literasi di sekolah Tio keren jugak ya mbak, menyisihkan waktu baca buku setiap hari. Bahkan pakai tuker-tukeran buku bacaan, jadi anak-anak makin memperkaya jenis bacaannya
Iya mbak Wati, selama 15 menit membaca buku. Ini sesuai juga dengan program Kemendikbud.
Iya Mba Indjul, Nailah juga suka bawa buku cerita ke sekolah untuk dipinjamkan dan dibaca teman-temannya, asal dibalikin utuh, daku izinkan hihi..
Hihihihihi, kadang gitu ya, suka lupa balikin. Senang banget kalau anak-anak semangat membaca ya, Dew.
Betul mbak, dibutuhkan sinergi antara keluarga dan sekolah dalam membangun budaya literasi, karena keduanya tempat aktifitas utama anak anak, ortu, guru harus jadi teladan ya mbak, sehingga anak semangat memajukan budaya literasi . Jadi catatan untuk saya juga ini. Tfs
Sepakat sama Tuti. Semoga kita istiqomah menumbuhkan budaya literasi di keluarga ya.
betul sekali mbak, makanya aku di rumah jarang banget pegang hape, kalau pegang juga biasanya pas anak sudah tidur, karena saya membatasi anak saya buat pegang hape di hari sekolah, kalau saya mau pegang pun saya tunjukan pada anak saya kalau saya bekerja bukan sekedar memegang hape saja
Nah bener bener, Winda. Kasih tau ke anak kalau kita pegang hp karena urusan kerjaan ya.
semangat terus mba untuk membuat anak semakin gemar baca. sekarang perpus di indo udah ramah anak juga, jadi anak2 gak akan bosan ada di perpus juga ya.
Bener, perpus sekarang sudah ada tempat khusus untuk anak membaca, dibuatkan juga semacam play ground biar betah membaca buku.
Masalah gemar baca itu memang diperlihatkan ya mak, anak ga akan langsung suka baca kalau gak liat kebiasaan orang tuanya. Jadi memang harus dibiasakan dan dicontohkan yah bukan disuruh saja.
Yup betul, harus dicontohkan sama orang tua kalau membaca itu menyenangkan 🙂
Moses suka banget baca buku. Saking dia gila bacanya, malahan aku merasa kurang banget ngasih buku ke dia. Sementara ngasih akses untuk baca buku digital ternyata kurang optimal. Anaknya jadi malah kegoda buka2 youtube. Makanya berharap banget ada perpustakaan bagus dibuka di daerah sini.
Ho oh, baca secara digital juga nggak asyik menurutku, mata jadi sering terpapar sinar dari gadget.
Sebenarnya gaung untuk membudayakan literasi pada anak memang sudah ada sejak lama. Anak-anak saya di sekolahnya juga sudah dibiasakan untuk membaca buku kemudian menceritakan kembali apa yang telah dibacanya.
Sekarang yang jadi PR justru di rumah, mereka lebih senang nonton youtube atau televisi dibandingkan baca buku, Memang harus ada contoh dulu dari orang tuanya ya, Mbak. Hehehe … Kalau orang tuanya sering baca buku, anaknya bisa diajak ikut baca bersama-sama.
Nah iya, di rumah itu yang kendalanya banyak, antara TV dan internetan. Kudu orang tua yang harus maksimal memberi contoh dengan membaca buku sering-sering.
justeru kalimat di soal matematika itu yang terkadang sulit dipahami, Mak. Soal membaca ini, dari kecil aku sudah ngenalin Juna sama buku-buku. Usianya baru mau 5 tahun, belum bisa membaca tapi seenggaknya lihat buku bergambar dia bisa bercerita sesuai imajinasinya dan di sekolah juga sering banget dipinjami buku-buku gitu. Bahkan orang tua ditekankan buat bercerita sih sama anak-anaknya. Literasi Kkeluarga ini memang penting banget kalau menurutku…
Bener Witri, literasi dalam keluarga itu penting banget ya, karena anak mencontoh apa yang dilakukan orang tua.
Menumbuhkan minat baca ini si anak ini nice info banget kak, selain meminimalisir anak2 kecanduan gadget juga memberi anak untuk menemukan minat bacanya
Sepakat dengan Reva, makasih ya 🙂
Enak banget bisa selonjoran baca buku di perpustakaannya.
Di setiap kelas sekarang ada pojok literasi, ini juga sebuah upaya untuk membiasakan anak membaca. Walau macam literasi nggak cuma baca dan tulis, tapi paling tidak, dari keluarga sudah mengawali ya mbak. Nanti bisa di tambah membiasakan literasi yang lain
Oh iya, sama dengan di sekolah anakku yang nomor dua, ada pojok literasi di kelasnya. Hihihihi, perpustakaan di sekolah Tio itu.
Nggemesin banget ini bahkan kucingnya pun diajak gemar baca buku ya hihihi..
Tio sepantar anak bungsuku ,Mbak..kelas 5 juga dia. Dan PR bener sekarang ya, kurangnya minat baca anak karena teridistraksi pesona gawai. Duh, tipsnya bisa akucoba juga nih di rumahku. Karena di sekolah anakku kurang lebih sama juga banyak program literasinya.
Hampir semua sekolah sekarang ada program literasi ya, agar anak-anak suka membaca.
Aku sering belikan buku buat anak Mak Injul mungkin balas dendam saat aku kecil karena keterbatasan ortu yang ga bisa penuhi untuk bisa belikan buku waktu kecil aku susah payah ngumpulin receh demi bisa pinjam ke taman bacaan sekarang udah jadi ortu aku belikan buku buat anak harapannya ya senang membaca dan tiap malam aku yang ceritain meski sekarang anakku udah bisa baca tapi membaca dibandingkan dengan main gadget lebih anteng main gadget wkwkwk
Hihihihihihi, biar anak kita nggak seperti kita dulu ya, mau baca buku saja susah banget, nunggu berbulan bulan baru bisa beli buku 🙂
nah iya sekarang beruntung juga aku kenal dengan lingkaran penulis buku anak salah satunya Mak Injul yang artinya support agar anak-anak Indonesia gemar membaca salut dan terima kasih untuk penulis buku anak. aku udah ikutan kursus buku anak bergambar ga sembarangan dan aku gagal wkwkw makanya salut banget
Iya mak bener. Menimbuhkan minat baca itu agak susah ya klo gak dari kecil. Aku sadar sih klo aku kurang mencontohkan untuk gemar membaca. Alhamdulillahnya, anak-anak punya buku favorit setiap ke toko buku, jadi mereka akan baca sampai habis tu bukunya.
Setuju banget terutama soal literasi baca kudu dibiasakan dari lingkup terkecil kyk keluarga dan masyarakat sekitar ya mak. Alhamdulillah anak2 sering kubawa ke toko buku, yg msh blm konsisten ke perpus hehe, soalnya mayan jauh, tapi jd pengen lbh rajin lagi deh bawa anak ketemu buku 😀
Yang penting anak-anak sudah paham membaca buku ya
Kalau jav kebalik mak… Kemarin kata psikolog di sekolahnya, ” Jav suka baca ya, wawasannya lebih banyak dari teman-teman sebayanya, tapi dari sisi emosi masih kurang, jadi enggak seimbang” hiks…
Anakku sedang kena konsekuensi tidak boleh pakai gawai juga. Hihi… Emang kalau lepas gawai, anak-anak makin banyak baca dan aktivitas lain. Eh btw itu kucing lucu banget ya. Manut diajak mbaca.
Pengin deh Mba, kasih “hukuman” kayak gini juga
tapi aku nih lemaaahhh sama rengekan anak hiks hiks
Padahal lebih bagus baca buku yhaaaa
Hihihihi, kalau anak-anak lagi baca buku gitu, si kucil sok-sok paham, ikutan baca, padahal mah gangguin
Setuju banget nih.. budaya literasi memang harus ditumbuhkan di lingkungan rumah.. PR ku memantau hasil karya anak2 nih kak.. terutama yang kakaknya karena dia rutin menulis setiap hari.
Aku dulu di rumah gak ada contoh suka baca. Tapi ya suka saja dan sering ke perpus. Ini ponakanku kutularin dikit2. Kuajak ke perpus kota, kubeliin buku cerita juga
Ini jadi tantangan buat orang tua juga ya mak. Aku sekarang juga mulai membiasakan untuk rutin mendongeng buat anakku. Baik itu membacakan buku dongeng atau dongeng yang dibuat sendiri. Harapanku sih dengan begitu bisa menumbuhkan ketertarikannya pada buku dan belajar untuk menyaring dan menganalisa informasi
Sepakat banget.Dan katanya, membaca buku itu adalah jendela dunia.
Akupun ngerasa anak2ku masih harus ditumbuhkan kecintaannya pada literasi nih mba. Pernah pas ada PR maunya potong kompas cari google padahal di buku dia kan ada jawabannya.
Iya bener bener, Tio juga sempat seperti itu, tapi nggak cari di Google sih, jawabannya dikarang sendiri, nggak sesuai buku temanya.
Aku sarankan pun demikian, mba. Jika ortu belum menjemput memang sebaiknya nunggu di perpustakaan. Dan sejak kecil pun aku slelalu biasakan anak buat senang membaca
Kalau nunggu di perpustakaan anak-anak nggak bosan karena ada banyak bacaan ya.
Kita gak bisa menyalahkan anak yang tidak gemar membaca ya mbak. Anak-anak perlu contoh dan dukungan orang dekat terutama orang tua. Ga cuma nyuruh2 banyak baca tapi ortunya aja gak pernah baca. Dari kecil Allhamdulillah anak-anak suka baca apalagi kalau lihat toko buku gak bisa dilarang untuk beli buku
Bener Lidya. Kita melarang anak main gadget, tapi kitanya sendiri nggak bisa lepas dari gadget.
Kita nggak suka baca, jarang dilihat anak-anak membaca, ya anak pun jadi malas baca.