Jealousy look at me now
Jealousy you got me somehow
You gave me no warning
Took me by surprise
Jealousy you led me on
You couldn’t lose you couldn’t fail
You had suspicion on my trail
How how how all my jealousy
I wasn’t man enough to let you hurt my pride
Now I’m only left with my own jealousy ~ Queen
Ada yang ingat atau tahu lagu Jealousy Queen ini? Dulu, zaman lugu dan lucu-lucunya sebagai remaja, lagu ini jadi favorit kalau sesukaan atau naksir cowok idolaque. Rasa cemburu, rasa iri, kadang dengki, bersatu padu dalam hati, kalau menemukan atau melihat sesuatu yang nggak diharapkan dari gebetan jadul.
Itu cerita lampau. Masa lalu. Tapi rasa cemburu, iri itu kenapa tetap awet di hati ya. Rasanya susah banget menghapus rasa iri itu.
Rasa iri sama siapa sih?
Tapi ini bukan cerita tentang iri karena sikap suami, sahabat dekat atau teman lo. Tapi rasa iri karena anak (di sini tokohnya adalah Tiominar, si bungsu) lebih dekat atau akrab dengan orang lain. Why oh Why, Tio lebih dekat, akrab dengan orang lain ketimbang innanya sendiri? Apalagi nih, yang nyebelin banget itu, kalau diajak bepergian ke mana gitu, yang perginya ramai-ramai dengan teman-teman emaknya, Tio suka semena-mena melupakan diriku, kalau sudah kenal dengan teman dan dia merasa cocok.
Bisa tuh, sepanjang perjalanan yang beberapa hari itu, Tio lebih nempel sama teman saya. Ke mana teman saya bergerak, pasti diikuti sama Tio. Lupa kalau innanya ikut juga dalam perjalanan tersebut. Lupa, kalau mamaknya juga punya perasaan yang bisa terkoyak melihat keakrab-an mereka.
Mengapa Anak Saya Lebih Akrab dengan Orang Lain?
Ada yang suka bertanya seperti itu nggak?
Bagaimana solusinya menghapus rasa iri ini?
Dulu ya, saat saya masih bekerja kantoran, yang pergi pagi sebelum matahari terbit, dan pulang saat langit sudah gelap, berpikir hal yang wajarlah kalau Tio lebih dekat dengan Si Bude (yang menjaga dan menemani anak-anak), karena lebih banyak bertatapan wajah setiap harinya. Rasa iri itu nggak terlalu terasa. Apalagi Tio masih kecil, umur satu tahun gitulah.
Begitu Tio besar dan anaknya gampang banget akrab dengan orang lain, meski baru satu kali bertemu, eh semakin terasa banget rasa iri ini.
Apa karena daku sudah nggak kerja kantoran lagi, dan lebih banyak berinteraksi dengan Tio, sehari-harinya? Tiap hari antar jemput dia ke sekolah dan tempat les. Teman ngobrol dan teman curhat tentang kakak-kakaknya, mungkin ada perasaan dekat, dan jadi terluka saat dia lebih akrab dengan orang lain. Halah.
Sangat gampang akrab dengan orang lain
Nggak tahu ya, Tio itu anaknya dari kecil memang mudah bergaul dengan siapa saja. Dulu, saat masih balita gitu, pernah ada kejadian di mal yang kami sekeluarga datangi dan saya menemani kakaknya ke toilet mal. Tio yang ikut ke toilet, tanpa saya sadari, keluar lagi. Saat menyadari Tio nggak ada, saya panik dan mencari-cari keluar.
Enggak lama, saya melihat Tio digendong sama mas-mas cleaning service, yang saya ingat menjaga toilet untuk dibersihkan. Saat digendong itu, Tionya ketawa-tawa pula. Entah apa yang bikin dia tertawa.
“Ini, Bu, adiknya keluar sendiri, dan saya lihat lagi celingak celinguk,” kata Mas Cleaning.
Nggak kebayang deh rasa saat itu bagaimana. Tionya sendiri senyam-senyum tanpa merasa bersalah. Ya iyalah, mana paham dia kepanikan mamaknya. Saat kami pamitan setelah mengucapkan terima kasih, Tio dadah-dadah ke Mas Cleaning, yang sambil ngomong, “Kapan-kapan main ke sini lagi ya, Tio.”
Haeee, udah kenalan saja.
Sejak itu, saya dan Mas Iwan memutuskan untuk punya pengasuh khusus buat Tio, terutama saat bepergian. Dan, kejadian seperti itu nggak cuma sekali lo. Sampai sekarang, sudah umur delapan tahun, Tio masih suka ngeluyur sendiri, apalagi kalau dia tertarik dengan sesuatu.
Menghapus Rasa Iri ala Saya
Buat teman-teman yang mengenal saya dan Tio, sudah pahamlah bagaimana anaknya itu. Lihat saja foto-foto di postingan ini, bagaimana ekspresinya saat bertemu dengan teman-teman saya. Bikin iri kan?
Sekarang sih, rasa iri itu sudah berkurang banyak. Sudah sering latihan untuk mati rasa melihat keakraban Tio dengan teman-teman saya. Pelan-pelan saya berusaha untuk menghapus rasa iri dengan anggapan, “Seburuk-buruknya ibu, pasti anak akan tetap ingat dan kembali pada ibu yang melahirkannya.”
Saya juga berusaha untuk nggak merasa kecewa dan melampiaskannya ke anak kalau orang lain bisa akrab dengan Tio.
Dan untuk ngerem supaya Tio nggak sesuka hatinya untuk berakrab ria dengan orang lain atau teman-teman saya, kalau bepergian gitu, apalagi dengan teman-teman saya, sebelum pergi saya wanti-wanti Tio untuk nggak menyusahkan orang lain.
Saya bilang ke Tio, boleh dekat, tapi nggak boleh sembarangan. Tetap harus hormat, karena Tio lebih kecil dan tante/om adalah orang tua juga, yang harus dihormati.Β Kalau tante atau om lagi nggak mau bercanda atau didekati, Tio harus paham, dan nggak boleh ganggu.
Seperti itu sih cara menghapus iri ala saya. Sejauh ini, ya lumayan hasilnya, walau 100 persen nggak bisa menghapus perasaan itu.
Hal yang wajar kan ya, kalau kita ada rasa iri? Kan hidup nggak selalu harus lempeng, lurus, sesuai dengan keinginan kita. Karena hanya jalur rel kereta api yang bisa lurus.
Setelah baca artikel ini aku langsung browsing lho denga kata kunci “kiat akrab dengan anak”
Ada banyak pencerahan di sana π
Ayo, Mak. ke tkp…
Ga hanya rel jalur kereta api yang lurus, tiang bendera juga lurus dan menjulang ke atas. Hehehe. Kita ini insan bukan seekor sapi, jadi punya rasa iri. Betul…
Anakku kayaknya klo sama temen papa/mamanya ya biasa aja. Justru malah deket sama temen2nya, nah ini yang kadang bikin iri. Mamanya dicuekin kalo udah main sama temen2nya hahaha
Kalo aku malah si Kecil yang iri sama emaknya, Mbak. Jangankan sama orang. Misal aku ngobrol ke Papa atau Kakaknya. Sama kucing aja dia suka iri. Padahal dia sendiri suka kucing. Kayak gini nih , aku kan suka refleks misalkan bicara ” Eh, Dik. Itu kucingnya cantik ya “. Dia bakalan bilang gini pasti, Mbak Juli. ” Sama adik cantikan mana ?” . O maaaak …
saya masih belum beranak, tapi sudah menikah. baiklah, saya coba untuk memahami bagaimana nantinya pas ketika udah punya anak. Sejenak berpikir, barangkali yang merasa iri tak hanya ibu saja, kaum bapak-bapak sepertinya juga iri pas anaknya akrab dg ibunya. eits, tapi tentu berbeda bila ayah-bunda dekat dan anaknya malah yang iri. hehe
setiap anak adalah anugerah dg segala bentuknya. ada dulu orang tua nanya ke saya bagaimana nanggepi rasa iri: maaf saja, anaknya itu pendiam bu, seperti ketakutan untuk bersosial dg sesamanya, apalagi dg oramg dewasa. kadang ia menjadi sasaran kenakalan anak seumurannya. bapaknya dan ibunya iri, kenapa ya anak saya tidak seperti kebanyakan anak anak…
anak ibu menunjukkan indikasi bahwa ia memiliki kecerdasan di atas rata-rata. pergaulannya dg orang dewasa. saya yakin…
ilmu yg banyak, buat bekal saat memiliki anak nantinya.
Ntah aku ini ibu yg aneh, tapi sejujurnya melihat anak deket ama orang lain, lebih dari aku, ga prnh cemburu sih.. Baru cemburu kalo ngeliat papinya anak2 terlalu deket ama anak malah :D. Temen2 banyak yg bilang aku aneh, tp memang itu yg aku rasain.
Bukan ga sayang ama anak2 sih mba, tp mungkin krn dari awal aku memang ga siap ato blm mau pubya anak. Cuma demi suami, akhirnya setuju utk hamil. Cm ya itu, kdg cemburu aja kalo mereka terlalu deket. Makanya aku pernah bilang ama suami, setidaknya setahun sekali ada waktu hanya berdua utk liburan bareng, tanpa anak :D.
Untungnya suami setuju , dripada akunya makin uring2an di rumah
Enak juga ya kalau anak mudah akrab dengan temen-temen kita, anak saya mah nempeelll aja ama emak bapaknya.
Mungkin juga karena emaknya gak rela jauh-jauh dari anak hihihi
Xixi nah aku pun bisa baper makpuh klo anak lebih lengket dg orang lain
Jd pas usia sebulan kami masi dibantu yg momong karena aku masi pemulihan caesar…nah karena yg momong ini uda jauh berpengalaman sbg ibu jd dia kliatan uda luwes gitu momong si beby…tapi tiba2 aku mikir duh ntar ni anak ma si teteh jadi lebih akreb piye yaklo kebayakan ditanganin dia? kan kutakrela
Lalu dg bekal kepocecipan seorang emak2, akhire ku bilang ma pa k su supaya udahan aja deh pake jasa bantu2 si teteh aRT nya. Cukup sebulan ajah, biar bulan2 selanjute aku yang urus ndiri, hahaii
11 12 sama Salfa.
Sepertinya hampir semua teman saya atau suami diakrabi. Tetapi tetap kami beritahu kalau tidak selamanya bisa seperti itu.
Contohnya kalau saya ajak ke event, saya bilang: “Fa, mbak Yun sedang kerja. Belum bisa diganggu.”
Lambat laun akhirnya memahami.
Jadi emak bisa jeles juga toh~ ngga tahu deh emakku gimanaa…
Kalau dekatnya krn ada moment tertentu nggak apa deh. Yang saya keberatan kalau anak saya punya pola pikir mengikuti orang yg dia akrabi, sampai anti dengan nasehat saya.
Waaah, emaknya irian nih.. Aku juga sama, hahaha
Tp irinya bukan karena anak akrab dg orang lain, lebih karena…… Nggak jd ku lanjutkan ah????
Belum pernah ketemu Tio sayanya π
Mungkin, kelak, suatu waktu kalau ketemu, langsung akrab, saya ajak ke Ende saja hahahaha … Saya juga iri kalau orang yang dekat dengan kita, kemudian akrab dengan teman kita yang lain … kemudian karena tidak bisa menahan amarah, berantem :p *loh curhat, kan lama nggak pernah curhat lagi* π
Baca ini sambil ngebayangin Aqla agak besaran,,belum kebayang huhuhu… makasih makpuh sharingnya…salam buat Tio,semoga kita bisa ketemu yaaa^^
Aku termasuk orang yang suka iri, Mak. Wkwkw
Ahahaha, sering ingat mak indah bilang “jangan pakai kata elo gue” kalau bicara dengan lebih desawa π
Gak pernah, krn anak-anakku tidak pernah lebih dekat dan akrab selain sm ayah ibunya hahahaaaa.
Inna-nya galak kayanya nih :p