Punya anak remaja yang suka ngelawan? Welcome on board!
Masa remaja memang masanya memberontak, setuju kan, Sahabat Blogger? Akui saja, bahwa kita pun dulu mengalaminya. Mengalami hari-hari di mana rasanya bapak dan ibu itu sama sekali nggak ngertiin kita. Rasanya seperti kita tuh hidup di dunia yang berbeda deh sama mereka. Bahasanya aja beda banget.
Ada yang masih suka ngerasa gitu nggak sama orang tua?
Lalu waktu membawa kita melewati masa itu. Jauh melewati, sampai pada saatnya kita mengalami sendiri apa rasanya jadi orang tua kita. Kalau sudah begitu, tetiba kejadian-kejadian masa remaja kita seperti dihadirkan lagi di depan mata. Yang kesemuanya membawa pada kenangan-kenangan tak terlupakan, membuat kita semestinya mengerti apa yang sedang terjadi pada anak remaja kita.
Seperti itu yang daku alami ketika Taruli dan Kayla di masa remajanya sekarang ini. Daku jadi sering ngomong ke diri sendiri; “Begini kali ya perasaan Mama (almarhumah) saat minta tolong bersihin rumah, dan ku jawab iya Ma, ntar Ma, nanti Ma. Tapi sampai satu jam berlalu, nggak dibersihin juga tuh rumah.”
Tapi begitu Mama bersihin tanpa banyak omong, lalu daku terbirit-birit ngambil sapu dari tangan Mama. Merasa bersalah, apalagi kalau Mama diam saja, nggak ngomel seperti biasanya. Mungkin Mama udah lelah, mangkel, anaknya dikasih tau, diomongin, tapi ya gitu-gitu saja kelakuannya. Nggak berubah.
Lain waktu, ketika Mama minta anak-anaknya, terutama anak perempuan enggak pacaran dulu selama masa sekolah, eh yang ada malah back street (main belakang) cinta monyet sama kakak kelas, trus pulang sekolah yang harusnya siang sudah di rumah, ini malah pulang ke rumah habis Maghrib. Dihukum?
Enggak. Mama juga merasa lelah, bosan, kalau marah, sementara anaknya diam-diam memberontak. Dinasehatin pastinya, walau Mama tahu bakal masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Nihil!
I feel you Mama. Kini anakmu merasakan apa yang dulu bikin Mama sakit kepala.
Dari buku-buku parenting yang kubaca, dan mencoba mempraktekkan apa yang dijelaskan dari teori tersebut dengan pengalaman yang dialami sendiri, kira-kira adaย 5 tahapan yang harus kita lalui untuk menghadapi anak remaja yang suka ngelawan, alias si pemberontak
Menghadapi Si Remaja yang Suka Ngelawan
Tahap pertama: sadari bahwa si anak remaja memang sedang memasuki sebuah fase penting dalam hidupnya.
Semua orang pernah, sedang, atau akan berada pada fase itu. Jadi, seharusnya sih nggak ada yang aneh tentang itu, bukan?
Jadi, langkah awal untuk menghadapi si anak remaja yang suka ngelawan adalah sekadar menyadari mereka yang sedang beranjak remaja. Nggak usah keseringan baper lalu memeluk mereka layaknya bayi, pun mengomeli seperti ketika mereka masih balita yang menumpahkan supnya. Amati saja mereka tanpa berpikir atau melakukan apa pun.
Sadari, itu saja.
Tahap kedua: Pahami
Kalau sudah menyadari, maka akan muncul kepahaman. Kita akan paham bahwa sang anak sedang menjelma jadi seseorang yang berbeda dari bapak dan ibunya.
Anak yang masih kecil belum tahu bahwa mereka adalah pribadi yang berbeda dari orang tuanya, tapi anak remaja mulai sadar tentang hal itu. Oleh sebab itu, mereka perlu mengekspresikannya.
Mengekspresikan perbedaan inilah yang mengesankan bahwa mereka adalah anak remaja yang suka ngelawan. Padahal tidak, anak remaja kita hanya sedang berusaha mengekspresikan dirinya saja.
Tahap ketiga: Coba berdiri di sepatunya
Dari pemahaman pribadi, maka kita akan bisa mencoba mengerti orang lain, dan akhirnya kita bisa merasakan jika kita berdiri di sepatunya.
Pada tahap ini, kita akan mencoba mengerti mengapa sang anak berteriak-teriak kesal, padahal yang kita lakukan adalah menegurnya dengan lembut. Kita juga akan mengerti kenapa mereka senang beradu argumen, bertahan pada pendiriannya, bahkan terkadang melontarkan kata-katanya menyakitkan hati.
Nggak apa. Sabar aja deh, karena kita mengerti bahwa mereka sedang mengekpresikan dirinya, bukan?
Ingat, kita ini โberbicara dengan bahasa yang berbedaโ dengan mereka. Nggak perlu mendebat apalagi memarahi, hanya senyum pengertianlah yang kelak membuat mereka sadar. Bahwa merasa benar itu belum tentu beneran benar, dan kata-kata kasar itu menyakitkan.
Tahap keempat: Terima
Setelah mencoba mengerti, maka biasanya mereka akan berbalik sikap kepada kita.
Ya, emang gitu, jadi ya sabar saja. Mereka akan sadar, bahwa bapak dan ibunya bukanlah musuh, melainkan orang tua yang sangat menyayangi mereka, apa pun keadaannya. Mereka akan tahu, kalau kita bersedia mendengarkan sepenuh hati, tanpa menilai-nilai atau bahkan menghakimi.
Mereka akan mengerti pula, bahwa kita menasihati mereka semata demi memberi masukan baik, untuk menemani perjalanan bak roller coaster ini.
Mari kita beri nama tahap ini sebagai tahap saling berbagi kasih!
Tahap kelima: Back to normal
Menjalani hidup dengan normal lagi adalah tahapan terakhir. Kita kembali bekerja, juga memasak dan beberes rumah, sambil terus berbagi kasih dengan anak yang beranjak remaja.
Tentu bakalan masih ada pemberontakan-pemberontakan lainnya dari mereka. Jadi, jangan bosen untuk selalu mengulangi dari tahap satu dalam rangka menjadi orang tua terbaik bagi mereka.
Sabar!
Fiuh, lumayan menantang juga tahapan yang harus kita lalui dalam menghadapi anak remaja yang suka ngelawan, ya?
Tapi dengan menjalaninya–mau tidak mau–sebaik mungkin, niscaya bukan hanya mereka yang belajar tentang kehidupan, tapi juga kita! Bukankah kita mau menjadi orang tua yang selalu positif pada mereka? Karena hidup sejatinya adalah tempat belajar sampai akhir usia, bukan?
Fase yang baru kumulai dalam hidupku. Saat anak diajari sesuatu dan ngeyel. Lalu bilangnya, ini kan cara aku ma.. Yowis, cuma bisa bilang sakarepmu hehehehe..
Ponakanku yang dulu ku gendong sekarang udah ABG semua. Berhubung dekat dari kecil, sampai sekarang enak aja ngobrol dengan mereka. Masalah di sekolah pun diceritain ke aku.
Buat mengenal dunia ABG, ku sarankan baca bukunya Ayah Edy. Ku lupa judulnya tapi khusus untuk tantangan mengasuh anak remaja.
Bener mbak. 2 anakku lagi ABg ini, kalau mereka melawan langsung nyess ya. Jadi inget dulu juga sering ngelawan org tua. Jadi pahamlah ya bagaimna perasa ortu kita dulu. Tapi kata psikolog umur segitu kita perlakukan sebagai teman
Duh duh saya jadi was was rasanya
Soalnya punya anak usia 6th aja sudah bikin saya harus muter otak supaya si anak tuh kelak di usia remaja tetap berjalan lancar.
Kalaupun ada pergolakan, setidaknya bisa saya atasi
Aku pun kerap berpikir gitu mba, oooo ternyata dulu bapak dan ibuku ya gini kalik ya saat menghadapi pemberontakan jaman remajaku. Dulu aku nggak pernah bantah sih, tapi langsung gercep tidak menjalankan perintah yang aku ga suka. Diam tapi melawan hahahaa piye itu. Sekarang ngerasain punya anak remaja, oalaahhh kayak gini rasanya. ๐
Aku baru mulai nih, si sulung kelas 9,..Jadi belakangan ini haduh bikin tensi meninggi. Terutama sama Bapaknya,berseberangan aja. Aku jadi puyeng dengarnya. Apa karena sama laki-lakinya ya..Mana mereka itu sifatnya sama pleg ketipleg..Jadi kayak kutub magnet yang sejenis jadi tolak-menolak. Tinggal akunya yang di tengah bingung mau bela siapa hahaha
Anakku baru 5 tahun Mak Puh, dan aku ngerasa ya ampun nih anak ngeyelan amat. Aku langsung sadar diri, ini ntar kalo remaja gimana. Kayaknya emang emaknya yang harus dibenahin dulu soal emosi, biar lebih bakoh kala ntar ketemu pubertas anak
Huhuhu, iya banget. Aku juga sering kepikiran gitu sekarang. “Mama sama Bapak pasti pusing sama aku, dulu. Sering ngebantah dan gak bias diatur.” Soalnya sekarang anak-anak jadi kayak aku dulu. Maunya sekehendak mereka. membantah juga. Awalnya aku iya, ngomel terus-terusan. Aku marah-marah gak jelas. Tapi lagi-lagi akhirnya kayak mama. Lakuin semua tanpa banyak ngomong. Pasrah. Aku lebih banyak minta bantuan suami dalam ngatur mereka. Mereka lebih takut sama bapaknya ketimbang aku. Dan ternyata memang kuncinya ada di tegas. Bukan ngomel. Suami nih yang gini. Sekalinya dia marah, diem. Dan anak-anak lebih takut. :))))
jadi inget kiasan, monster mom dan angel dad, hahaha.
Anakku udah di usia middle age dan udah mulai, fiuh, tarik ulur mulu sama Emaknya. Cuma bedanya kalau anakku terkadang lari ke bapaknya. Jadi ada saat-saat yang dia marah sama aku tapi dia bisa curhat ke bapaknya. Nah, ini yang gak pernah kualami, Mak, karena papaku meninggal sejak usiaku 6 tahun. Jadi aku tuh sering menekankan sama anakku jadi perempuan harus kuat, jangan sedikit2 nangis, ya itu salahku sih karena aku selalu memposisikan anakku sebagai diriku sendiri di masa kecil. PR banget buatku.
masa-masa remaja saya termasuk yang nggak sulit mak jul, taat sama mama, anak baik aja deh.
Tapi justru di masa itu saya paham rasanya jadi ibu saya, karena saya punya adik-adik yang : males sekolah, nggak mau belajar, suka nongkrong sampai malam, dan punya pacar. Hehehe. Jadilah ibu suka curhat ke saya dulunya.
Anakku sepertinya gak lama lagi akan jadi ABG. dari sekarang udah siap siap Kak. Apalagi anak cowok, kemungkinan lebih semau gue kayanya sih ya. Anyway makasih banget kak buat tips tips-nya. Saat ini sih paling berusaha untuk jadi teman terbaik mereka.
I feel you, Mak Indjoel!
This is soooooo me, too with my one and only, Yasmin.
I have to read slowly, biar bisa mencerna dengan baik dan bukan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, for sure!
Apalagi sesaat sebelum ini, abis baca quote dari Rumi, ” Raise your words NOT your voice!”
Makjelb, seperti ditempeleng dan dijedotin ke tembok!
YES, mari saling menguatkan as a MOM to teenager!
Aaah .. aku seperti mbak Anna ini
tahapan jadi ortu pun belajar belajar dan belajar, so ga bisa juga kita judge the teenager ini ya mak Injul
pasti sedih mereka, dan akan membekas seumur hidup
Nah itu, jangan sampai membekas seumur hidup anak-anak, nanti kita dicap orang tua toxic ๐
Amit-amit ya Mak.
Semoga kita diberi kekuatan dan terhindar dari toxic parent!
Aamiin…
Si sulungku memasuki masa ini nih makpuh…
Duuuh beneran bikin emosi deeeh…
.
Klo lagi waras sih ngelow aja akunya ngadepi rebellionnya dia tp klo lg lelah suka kalah jg akutu…
Jd pecah deh…
.
Tp klo km lg sama “waras” trus bicara berdua kami tahu sama tahu dan saling memaklumi hahaha
anak-anak gitu ya, mereka maunya dimengerti, sementara rasanya kita sudah berusaha mengerti ๐
wah makasi tipsnya mak indah :*
anaku yg sulung ga pernah ngelawan sih, yang ada hobi mager dan suka misuh2 ga jelas gitu kalo lagi kesel hahaha,
yang tengah kayaknya ada bakat memberontak. tapi skr sih masih adem ayem aja ๐
Alhamdulillah, jangan sampai berontaknya, nanti sakit kepala ๐
Remaja ini fase TERDAHSYAT, Ter-CHALLENGING, Ter-Arrghhh, pengin jedok-jedokin pala ke tembok –> buat para ortu, hahahaha.
Termasuk daku, Makpuh. Duuuh, beneran kudu kulakan stok sabar ๐
Hang in, there. Nikmati prosesnya ya. This shall too pass ๐ Makasiii tipsnya Makpuh
Mari bersama-sama menikmati proses, karena nggak ada sekolah buat jadi ortu yang sempurna ๐