Bagi seniman, pameran tunggal itu adalah “pertanggungjawaban” kepada masyarakat, publik, pecinta seni akan publikasi karya-karya yang telah dihasilkannya.
Adalah RB Ali, pelukis muda kelahiran Lampung 37 tahun lalu, akan mengadakan pameran tunggal lukisannya di Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki, Jumat – Minggu, 19 – 28 Oktober 2012. Bersama dengan teman-teman dari Kompasiana, saya berkesempatan bertemu langsung dengan RB Ali, berbincang-bincang mengenai pameran tunggalnya dan suka dukanya selama menjadi pelukis. Pertemuan berlangsung di Cafe Galeri, TIM, beberapa waktu lalu.
Yang mau melihat video wawancaranya bisa lihat di :
http://www.youtube.com/watch?v=b2jv5ag3Y7k
Penampilan ala seniman terpatri jelas dalam sosok RB Ali. Rambut panjang gondrong diikat, memakai kaos dan bersepatu boot, dengan sebatang rokok yang kadang diisap saat jeda wawancara. RB Ali tak pernah menyangka kalau dirinya akan menjadi seorang pelukis, karena keinginan terbesarnya seusai tamat SMU adalah menjadi seorang tentara.
Pameran tunggal RB Ali yang berjudul, Memelihara Hasrat, rencananya akan diresmikan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta, Sutiyoso yang terkenal sebagai pemerhati dan pelindung seniman. Selain undangan khusus, pameran tunggal ini juga terbuka untuk umum, dan rencananya bakal ada lomba blog posting yang berhadiah satu lukisan keren dari RB Ali. Menarik kan?!
Tema Memelihara Hasrat, menurut RB Ali adalah sebuah keinginan dari dalam dirinya, keinginan yang sederhana yaitu ingin terus melukis sampai akhir hidupnya. “Sampai kapan pun, dan entah kapan, saya akan terus memelihara hasrat untuk melukis, untuk menghasilkan karya-karya terbaik,” tegasnya.
Sedangkan mengenai aliran lukisannya, RB Ali tidak pernah mengklaim dirinya fanatik terhadap satu aliran. “Ibaratnya begini, hari ini saya pakai kaos, besok boleh dong saya pakai kemeja. Sesuka-suka saya. Bagaimana saya berkarya pun sesuka hati. Saya tidak ingin mengkotak-kotak diri!”
Dari data Pusat Seni TIM, dijelaskan RB Ali dikenal sebagai pelukis yang cepat sekali melakukan perubahan-perubahan apabila dia rasa perlu tanpa adanya ‘gradasi’ yang linier ditengah periode seni lukisnya yang dia tetapkan. Bayangkan dari seorang’ ekspressionis’ yang dianut sebelumnya, tiba-tiba melukis dengan cara seperti seorang pelukis ‘geometris’.
Pada pameran tunggalnya yang pertama ini, RB Ali dominan mengetengahkan seni lukis ‘geometris’-nya, dan beberapa karyanya yang paling anyar dan sekali lagi dia melakukan perubahan nyaris tanpa gradasi, yaitu karya yang lebih bertendensi kearah ’surrealis pop’ yang terkadang dan terasa semi karikatural.
Dan tampaknya bagi RB. Ali ‘perubahan adalah kepribadian itu sendiri’ seperti juga kehidupan ini, mengikuti akan ‘hasrat terpendamnya yang terpelihara’ dengan baik. Untuk itulah kenapa pameran tunggalnya dia bertajuk ‘Memelihara Hasrat’.
Mengapa memilih Taman Ismail Marzuki?
Bagi RB Ali, TIM adalah barometer seni di Jakarta. Ali yakin orang-orang yang bekerja di TIM adalah orang-orang yang kredibel, tahu sekali tentang karya. Dan bukanlah hal yang mudah untuk disetujui bisa berpameran di Galeri Cipta Taman Ismail Marzuki. “Saya butuh waktu lebih dari 3 bulan untuk disetujui pameran tunggal di sini,” ungkap RB Ali.
Diakui RB Ali, meski dalam kurun 3 – 4 tahun ini dunia seni terutama seni lukis tidak terlalu booming, agak lesu, ia tetap berani untuk berpameran tunggal karena ia yakin tetap ada orang terutama pecinta seni yang menunggu-nunggu adanya pameran lukisan. Dan, jika pamerannya pun terimbas sepi, RB Ali siap menerima konsekuensinya.
Menyenangkan juga berbincang-bincang dengan pelukis yang lukisannya pernah dihargai satu mobil mahal seharga 5 M itu. Sebelum berpisah, RB. Ali menitip pesan kepada siapapun yang mempunyai cita-cita, terutama kepada pelukis-pelukis muda, “Hidup ini bukan sekedar katanya, tetapi hidup itu adalah apa yang dilakukan. Karena itu lakukan yang terbaik untuk hidup!”
Semoga sukses pameran tunggalnya, Mas Ali 🙂