Cerita Melatih Anak Puasa nan Penuh Huru-Hara

Bulan Ramadhan telah tiba. Saatnya berpuasa selama 30 hari. Syukur-syukur bisa penuh selama tiga puluh hari itu. Kalau perempuan sih, ada halangannya, karena menstruasi atau pun hamil (kalau nggak kuat lho ya). Asal ingat membayar hutang puasanya, yang terasa lebih berat dibandingkan saat berpuasa di bulan Ramadhan. Di rumah daku, Insya Allah puasa semuanya. Tak terkecuali Tiominar, si bungsu yang berusia 7 tahun lebih. Melatih Anak Puasa, apalagi anak seperti Tio itu, butuh hati ikhlas seluas Samudera Hindia. Susah-susah gampang, penuh intrik dan janji-janji surgawi.

 

Cerita Melatih Anak Puasa nan Penuh Huru-Hara

 

Melatih Anak Puasa

Ramadan 2017 (1438 Hijriah) merupakan Ramadan Tiominar yang kedua secara serius melaksanakan ibadah puasa. Saat ini Tio di kelas dua SD dan sebentar lagi akan berusia 8 tahun. Karena itu, saya dan Mas Iwan meminta Tio untuk benar-benar melaksanakan ibadah puasa tanpa bolong-bolong atau puasa setengah hari.

 

Sudah Harus Dimulai Meski Belum Wajib

Kok gitu sih? Kan puasa wajibnya itu dijalankan oleh Umat Islam yang telah akil baligh? Wajib bagi laki-laki yang telah mengalami mimpi basah dan puasa wajib bagi perempuan yang telah menstruasi.

Baca juga: Kayla dan Haid Pertama

Ya gitu, mungkin ini warisan (hihihi) dari orangtua daku yang mengajarkan anaknya berpuasa sejak dini (sejak usia 5 tahun, ketika kita sudah sekolah di TK). Makanya, ketiga anak kami (Taruli, Kayla dan Tiominar) pun diajarkan berpuasa sejak dini secara serius.

Malah, Tio ini termasuk telat belajar puasanya. Β Kalau kakak-kakaknya sudah diajarkan puasa sejak usia 4 tahun (TK A), Tio baru belajar puasa sejak umur 5 tahun (TK B). Itu pun karena Tio yang minta ikut berpuasa karena di sekolahnya saat itu, mayoritas teman-temannya berpuasa. Bahkan ada yang sudah berpuasa sampai Maghrib.

Harap maklum, Tio lebih longgar dalam pembelajarannya, mungkin karena dia anak ketiga, saya dan Mas Iwan lebih santai berdasarkan pengalaman mendidik dua anak sebelumnya. Ya gitu deh, udah mulai males juga terlalu ketat atau keras dalam mendidik anak-anak. Sudah nggak butuh lagi eksistensi sebagai orangtua yang sempurna. Super parents.

Dengan dua anak sebelumnya, sudah kenyang uji coba model parenting segala rupa. Dengan anak ketiga, kami lebih santai tapi tetap fokus.

Baca juga: Sulung, Tengah, dan Bungsu

 

Cerita Melatih Anak Puasa nan Penuh Huru-Hara

 

Sebenarnya, di usia 3 tahun, kami sudah melatih anak puasa, mulai dengan membiasakan Tio ikut sahur bersama. Tapi yang namanya anak balita, jam 7 pagi sudah sarapan lagi, puasa hanya pengenalan saja.

Seperti yang daku tulis di atas, Tio baru menjalankan ibadah puasa dengan benar di usianya yang kelima tahun. Mulai dari berpuasa hanya sampai pukul 10, 11 dan 12, dan di usia 6 tahun sudah mulai campur-campur, puasa hingga jam 2 siang dan sehari penuh sampai Maghrib.

 

Pengalaman Melatih Anak Puasa Tahun LaluΒ 

Ini cerita pengalaman Tio berpuasa tahun lalu. Di usia 6 tahun kala itu, Tio mengenal puasa yang sebenarnya,. Selama 30 hari berpuasa, tiada hari tanpa huru hara antara Tio, kakak-kakaknya, budenya dan daku.

Seperti yang daku bilang, melatih anak puasa di usia yang dini memang penuh tantangan. Serasa ingin jedotin kepala ke bantal, tapi kan bulan puasa harus bisa menahan nafsu amarah. Sabar, sabar.

Untuk urusan sahur bukan masalah buat Tio. Di usianya yang 6 tahun, Tio termasuk anak yang gampang bangun pagi. Kalau hari biasa, pukul 5 atau setengah 6 pagi, Tio sudah bangun tidur. Mayoritas bangun sendiri, karena tidur malamnya cepat, sekitar pukul 8 malam sudah tidur.

Sebelum memasuki bulan puasa, kami memang sudah sering membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan ibadah puasa. Dan melibatkan Tiominar dalam pembicaraan itu. Seperti misalnya:

  • Bagaimana nanti bangun sahur supaya nggak terlambat
  • Menu buka puasa yang sesuai selera anak-anak, terutama selera Tio
  • Puasa setengah hari atau satu hari penuh
  • Bagaimana nanti sholat tarawihnya, di musholla atau masjid.

 

Tantangan Paling Utama: Ngambek

Daku dan Mas Iwan sendiri sih mempersiapkan diri juga untuk puasanya Tio (seperti pada dua kakaknya). Hari gini, banyak informasi bertebaran di internet, bagaimana persiapan untuk melatih anak puasa. Kami juga meminta kakak-kakaknya dan Bude untuk ikut melatih Tio berpuasa. Salah satu yang kami tekankan, jangan bikin kesal hati Tio πŸ™‚

Anak seumur Tio kan cepat banget ngambeknya. Nggak dipenuhi keinginannya, marah. Diledekin kakak-kakaknya, marah dan nangis. Trus nangisnya dijadiin alasan untuk buka puasa.

Itu yang terjadi di hari pertama puasa.

Sahur berlangsung sukses karena Tio bangun sendiri. Makannya tetap disuapin, karena kalau makan sendiri bisa satu jam sendiri. Yang ngunyahnya lama. Makan sambil ngobrol dan main. Belum lagi kalau makan sambil nonton tipi. Bisa itu udah nyendok makanan tinggal masuk mulut, tapi karena nonton, sendok menggantung di depan mulut.

Dan masalah dimulai setelah sholat Subuh. Tio, kalau sudah bangun pagi itu, nggak bisa tidur lagi. Sementara daku, setelah beres semuanya termasuk sholat dan baca Al Quran, pengennya tidur lagi. Lagi-lagi mesti sabar, meski dalam hati bete, nemenin Tio yang nggak bisa tidur, dengan ngajaknya main congklak, baca buku atau main yang nggak bikin capek.

Baca juga: First Time Moment

 

Tantangan Kedua: Sudah Lapar dan Haus Sebelum Waktunya

Masalah pertama: jam 7 pagi Tio minta makan lagi. Katanya lapar dan haus.

 

Cerita Melatih Anak Puasa nan Penuh Huru-Hara

 

“Lho kan Adik janjinya puasa setengah hari,” kata saya mengingatkan janjinya.

“Kan nanti aku bisa puasa lagi setelah makan,” ucap Tio sambil merengut.

“Ih, Adik gimana sih. Masa baru sahur udah lapar lagi. Makanya tadi waktu sahur tuh makannya yang banyak biar nggak cepat lapar.” Rentetan kalimat meluncur dari daku, berusaha menggagalkan keinginannya untuk buka puasa.

“Ya udah, minum aja deh. Nanti aku puasa lagi.”

Bete nggak sih? Daku berusaha mengundurkan keinginannya dengan bilang, minumnya nanti jam 8 atau 9 ya. Tapi nanti puasa lagi.

Teror pun dimulai. Setiap menit, Tio nanyain jam berapa sekarang, aku mau minum, katanya. Uring-uringan sambil ngomong, aku haus, aku haus, aku udah nggak tahan lagi nih. Badanku lemas kalau nggak dikasih minum.

Daku teteup bertahan baru boleh minum jam 8. Daku bilang, “Adik tau kan kalau puasa itu melatih kesabaran? Adik Tio harus sabar dong, biar puasanya nggak percuma.”

Diam sejenak. Setengah jam kemudian, uring-uringan lagi sampai jam 8 pagi dan baru diam setelah dikasih minum. Aman sentausa sampai saatnya Dhuhur. Nggak pakai ba, bi, bu, begitu dengar adzan, langsung buka kulkas, cari makanan.

 

Kian Hari Semakin Banyak Tantangannya

Begitu terus selama berpuasa. Penuh huru hara dan taktik biar Tio semangat berpuasanya. Apalagi kami pun mulai mengajak untuk berpuasa lebih lama, dengan menambah jam berbuka. Dari jam 10 ke 11, 12, 13, sampai akhirnya di akhir-akhir bulan puasa, Tio berhasil berpuasa seharian penuh. Nggak banyak sih, sekitar satu mingguan.

Karena bulan puasa sekolah tidak libur, bahkan melaksanakan Ujian Kenaikan Kelas (UKK), tantangan bikin anteng Tiominar berpuasa sambil sekolah, lebih banyak lagi. Dan janji-janji surgawi pun bermunculan demi puasa Tio, seperti:

  • Kasih dapat uang seribu rupiah kalau puasanya sampai waktunya berbuka puasa yang dijanjikan.
  • Dapat THR dari Amma, Inna, dan Bude.
  • Beli buku bacaan yang dipilih sendiri sama Tio
  • Beli mainan yang dipengenin sama Tio

Bangkrut deh orangtuanya. Tapi mau gimana lagi? Namanya anak-anak ya, walau kita ajari bagaimana berpuasa itu, tetap saja dia dan keinginannya, dan kita nggak bisa maksain kehendak karena belum wajib juga puasanya.

Rewel selama menjalankan ibadah puasa, tapi untuk urusan sholat tarawih, Tio nggak rewel dan mau dengarin apa yang orangtuanya bilang. Walau ada teman-temannya yang ikut ke masjid, tapi masih main-main saat sholat, kalau Tio tetap sholat. Meski kelihatan mupengnya, pengen main juga, hehehe.

Tahun 2017 ini, tahun kedua Tiominar berpuasa dengan lebih serius. Seperti yang saya tulis di atas, untuk bisa puasa seharian penuh.

Memang sih, walau dalam prakteknya nanti, saya dan Mas Iwan nggak akan memaksa kalau sekiranya nanti Tio nggak kuat puasa seharian, tapi tetaplah daku akan berjuang sekuat tenaga untuk melatih anak puasa sampai maghrib. Hwaiting!

 

Ramadan 2017

 

Anak di Era Digital

 

Ini hari kedua melaksanakan Ibadah Puasa 1438 Hijriah.

Hari pertama kemarin (Sabtu, 27 Mei 2017), Tio sukses berpuasa sampai Maghrib. Dan, bukan Tio namanya kalau hari pertama tidak penuh dengan huru hara.

Pagi pukul 7, Tio udah kelaparan lagi, dan minta makan. Udah tahu taktiknya, kami diam saja menanggapi keinginannya. Merasa nggak ada yang tanggapi, dia minta mainan handphone ammanya. “Biar aku nggak kelaparan,” katanya.

Kami diamkan saja, karena hari libur juga, anak-anak bebas bermain gadget dan internet.

Siang harinya, Tio berulah lagi. Kehausan. Kali ini, biar nggak kehausan dan panas, dia buka kulkas dan memasukkan kepalanya ke dalam kulkas.

“Adik ngapain?” tanya saya saat melihat ulahnya.

“Aku haus dan kepanasan. Kasihan tenggorokan dan kepalaku,” jawabnya.

Hadeeeh, bisa saja alasannya.

Mungkin, karena sudah berjanji untuk puasa sampai Maghrib dan karena permintaannya di pagi hari nggak dipenuhi, kali ini tidak ada permintaan buka puasa.

Kakak-kakaknya pun terkena imbas. Dari mulai ikutan sahur biar Tio semangat puasanya (kebetulan Taruli dan Kayla tidak berpuasa karena menstruasi), sampai menemani Tio main supaya tetap semangat puasa sampai Maghrib. Dan Alhamdulillah terpenuhi.

 

Semoga Bisa Berpuasa Penuh Tahun Ini

Iya, mudah-mudahan sih dan harapannya Tio bisa berpuasa penuh selama sebulan ini. Anak, bukan miniatur orang dewasa memang. Fungsi dan susunan tubuhnya berbeda dengan orang dewasa. Tapi daku yakin, selama kita mengajarkan dan melatihnya dengan baik, anak juga bisa berpuasa sejak dini, sesuai dengan perkembangannya. Anak itu punya tekad dan semangat juga lho.

Ya seperti itulah, cerita hari pertama puasa di tempat kami, terutama soal melatih anak puasa. Bagaimana dengan cerita Sahabat Blogger tentang bulan Ramadan ini? Pasti ada banyak kenangan juga yang tentang puasanya.

Atau punya tips dan trik bagaimana melatih anak puasa? Bagi dong πŸ™‚

16 Comments

  1. Andrew Pradana September 28, 2017
  2. Nofan June 20, 2017
  3. indah nuria June 17, 2017
  4. momtraveler June 1, 2017
  5. HM Zwan June 1, 2017
  6. Primastuti satrianto May 31, 2017
  7. Hastira May 31, 2017
  8. damarojat May 31, 2017
  9. Anggarani Ahliah Citra May 30, 2017
  10. Fanny f nila May 30, 2017
  11. Ardiba May 30, 2017
  12. herva yulyanti May 30, 2017
  13. Kartika Nugmalia May 30, 2017
  14. deddyhuang.com May 30, 2017
  15. Prima Hapsari May 30, 2017
  16. Mirwan Choky May 28, 2017

Leave a Reply