Media sosial memang sudah seperti reality show. Selain sharing informasi, tak jarang juga kita menemukan status berisi curhatan, keluh kesah, atau gerutuan tentangΒ masalah yang dihadapi.
Dari orang biasa, sampai selebritas dan publik figure, tak segan menuangkan unek-unek mereka, tanpa menyadari bahwa media sosial sesungguhnya bersifat publik, dan apa pun yang diposting akan menjadi konsumsi publik. (Petty S. Fatimah, Pemimpin Redaksi Femina)
Pertanyaannya, perlu nggak sih, kita ikut campur, sampai berkomentar menghakimi tentang curhatan mereka ini?
Siapa Saya di Sosial Media?
Berkaca dari keramaian di jagat sosial media beberapa waktu yang lalu, teknologi sudah semakin maju. Internet semakin bebas.
Batas antara nyata dan tidak nyata, makin tipis. Susah membedakan mana yang curhat benaran atau settingan (untuk mengejar popularitas). Pamer untuk kebaikan atau pamer riya π
Tapi nggak mungkin juga kan kita menghakimi. Nggak bisa juga kita menyalahkan teknologi dan internetnya.
Paling ya buat koreksi diri kita saja, bahwa kita pun bisa jadi seperti mereka (who knows kan?) Atau bisa menjadikan itu kaca/cermin buat diri sendiri agar tidak sembarangan melakukan apa yang bisa menjadi ajang pem-bully-an di jagat maya.
Ujian Kedewasaan
Mengutip tulisan Eunice Kartini di sini, apa yang terjadi di Media Sosial merupakan Ujian Kedewasaan penggunanya.
Gimana nggak ujian kedewasaan, sebagai pengguna media sosial (Facebook, Twitter, Instagram, Steller, Path, dan lainnya), kita harus bisa menahan diri untuk tidak asal menanggapi apa yang yang ada di berbagai jejaring sosial.
Kita harus pintar-pintar saat membaca update status, sharing, foto-foto atau pun apalah itu yang ada di news feed/timeline media sosial. Ibaratnya, jangan asal like, share ataupun comment!
Kota orang bijak, di dunia ini ada hitam, ada putih. Ada yang bagus, ada yang buruk. Ada baik, ada jahat. Gampang saja tinggal pilih mau yang mana.
Tidak suka fotonya, jangan like.
Kesal dengan updatenya, unfollow.
Nggak percaya sama statusnya, jangan share.
Segampang itu, semudah itu kan.Β Yakin? Yakin nggak mau ngelike? Yakin mau unfollow? Yakin nggak mau share? Hihihihi
Kalau memang seperti itu, harus jadi orang yang kuat, jangan abu-abu. Unfollow, tapi kepo sama statusnya. Nggak share, tapi ikutan komen di lapak orang lain. Merusuh pula π
Kembali lagi, Seperti kata Eunice, media sosial itu Ujian Kedewasaan!
Kita belajar dewasa dengan mengambil sisi positifnya, saat orang mengupdate status Facebooknya, memperlihatkan kegembiraannya dengan prestasi yang diraihnya, kebahagiaan yang didapat, kesedihan/duka yang terjadi, atau apa pun itu.
Ambil manfaatnya sebagai informasi ketika orang men-share foto-foto perjalanannya, makanannya, anak-anaknya di Instagram, Path, dan sebagainya.
Ketika hal itu akan kita lakukan, harus bijak berpikir; siapkah kita menjadi ajang bully, cemoohan, atau komentar tak sedap? Ibaratnya, kalau kita belum siap jadi orang terkenal, femes (famous), ya lempeng-lempeng sajalah dalam bersosial media.
Nggak perlu neko-neko. Banyak jalan menuju Roma. Belajarlah sampai Negeri Cina.
Lagi-lagi kata orang bijak, jadikan media sosial sebagai ajang silaturahmi dan berbagi informasi, bukan menjadi pemicu perselisihan atau mencari keributan π
So, bagaimana media sosial sekarang ini menurut Sahabat Blogger?
Media sosial apa yang paling Sahabat Blogger sukai?
Seberapa sering Sahabat Blogger meng-update media sosial?
Seringkah Sahabat Blogger menjadikan Medsos Ajang Curhat?
Yuk yuk sharing, biar saya makin update dengan perkembangan media sosial sekarang ini π
Hehhe gimana ya kadang sosmed menghasilkan uang sih masa ditolak cuma lagi jenuh n pengen detox aja apalagi mau bulan puasa
Blogku… isinya curhat. Hehe
Sampe ada yang update masalah rumah tangga malahan. seorang isteri ngomongin suaminya. haduh
masi mending buat curhat, kadang ada teman yg suka bikin status untuk menyindir dan menyerang orang lain. cowok pulak.
Makasih curhatnya mbak Ijul :)) Setuju banget kalau Medsos itu ujian kedewasaan penggunanya. Awal-awal main FB tujuannya menyambung silaturahmi dan belajar, saat itu rasanya masih adem ayem haha hihi berbagi kabar gembira. Semakin kesini harus lebih selektif, menjaga emosi kalau baca status yang sliweran. Lebih baik nggak nimbrung kalau sudah berbau war-war an. Berusaha untuk sebijak mungkin bermedsos, memanfaatkan untuk hal-hal yang positif, kalau ada yang tebar-tebar status negatif yaa… biarin. Aku jarang ngepoin status orang yang berbau “sara atau War waran” sih, nggak setiap saat mantengin medsos juga. Dan alhamdulillah… sejauh ini sepertinya terhindar dari status-status nggak penting yang sliweran di depan mata hehe maklum bukan seleb beken
Dulu sempet kaget karena ada yg unfollow twitter saya krn beda ‘keyakinan’ di pilpres, mak. Tp makin ksini makin sadar itu mmg hak dia buat memilih follow/unfollow. Dan skrg saya malah jg bgitu. Ga tlalu suka selebgram atau temen di instagram yg postingannya kyk spam sehari puluhan kali ya tinggal unfollow :). Bukan krn benci tp masing2 kita punya hak u/memilih hal yg kita butuh u/dikonsumsi.
Waduh itu bener banget mak, aku suka unfollow kalo udah ada yg menjurus ke perdebatan di status2 yg ditulis, pas musim pilpres kemarin misalnya jadi ajang beresin socmed hahaha. Salam kenal mak π
Buat aku, medsos penting banget mak Injul…membantu banget dalam karir #tsah Banyak dapet untungnya daripada ruginya, bs nulis antologi bareng2 krn medsos, bisa kenal penulis2 keren ya medsos, sampe dapet pertemanan yg sangat mendukung produktivitas juga dr medsos. Emejing pokoknya. Update ga mesti sh, tapi sehari mesti ada. Yg powerfull bgt buat aku sampe skrg masih FB π Curhat tetep ada tapi digabungin ma fakta, jatuhnya biar bs diambil hikmah. Itu aja deh, kepanjangan π
Makpuuuuh, aku mah paling curhatnya di blog aja koooook *eh, sama aja yah?* hihihihihi
Medsos bagi saya itu selain untuk ajang curhat bisa untuk ajanh sharing ilmu. Ya, banyak teman sejawat yang berdiskusi lewat medsos
Sejak lebaran krn waktu itu mau upgrade kartu and hape, aku ubah semua settingan hape. Untuk sosial media notifnya aku off kan semua. Jd gak di push ke hp. Someday aku butuh kan msh ada notif via email. Tadinya buat test hape. Ehh keterusan sampe sekarang. Hidupku jd lebih nyaman. Gak kepoin status orang. Aku buka fb cuma sekali dalam sehari. Itupun cuma 10 menit.
Tapi yah jadi agak kudet sedikit. Ada berita apa2 di sosmed aku agak telat taunya jadinya. Apalagi yg berkaitan dengan dunia blogger.
Tapi yah.. gapapalah. hidup itu kan gak melulu mantengin sosmed kan? π
Medsos itu sebetulnya seperti dunia nyata. Cuma orgnya saja nggak keliatan. Seperti kita naik panggung, bagian penonton gelap Tp mereka ada dan jumlahnya itu lebih banyak daripada yg ingin ikut naik ke panggung juga.
haiiii makpuh π
sosmed itu nanonano banget buat aku mah. ada saatnya sosmed bikin hidup galau, ada saatnya juga teman2 di medsos bikin saya termotivasi abis-abisan.
aku pribadi masih jaim di sosmed, dan usaha banget buat ga curhat, walau kadang suka nyerempet sih. wakakak..
makasih sharenya ya mak π
sekarang ini kita memang dituntut untuk dewasa dan bijak dalam menggunakan medsos yah Mba Indah, jadi teringat awal-awal punya FB, apa ajah yang saya rasakan tak buat status, sekarang kalo mengingat hal itu saya jadi malu, hihihi π
sekarang FB lebih banyak saya jadikan sebagai tempat share postingan blog ajah sih π
Saya kurang sreg menulis ataupun membaca curhat di blog (entah setingan ata nyata) yg terlalu open. Sampai semua dijembreng. Apalagi yg hanya buat sensasi. Sebel.
Btw, makasih sharingnya mak. Mudah2an makin dewasa dlm menggunakan sosmed π
Saya curhat apa ya di medsos…. mikir.
Hai mBak Indaaaah.
Orang – orang selalu menyapa aku dengan “Raisa” kalau di medsos wkwk.
Padahal nama aku mah Tari π
Btw, untuk jaim di sosmed sih engga terlalu sih.
Cuma lebih disaring aja konten – konten yang bermanfaat untuk dibagi di sosial media.
Medsos aku buat terhubung dengan teman2 dan keluarga. Tapi lebih sering share video lucu2, bikin status ngasal, bagi link blog.
medsos skrg macam malaikat Atid dan Roqib yang mencatat amal perbuatan dan rekam jejak kita di dunia maya. Yang ngasih komentar pun tak jarang berasa Tuhan, menghakimi orang.
kalo buat curhat mah, cukup punya elo dan 2 pemilik jari silet lain … udah lebih dari cukup untuk gw. Hahahaha
Aku dulu orangnya emosian, mudah kepancing loh makpuh, tapi sekarang cenderung main aman, kebanayakan jadi penonton, haha cemen yooh. Tapi kalau udah ga tertahankan banget biasanya aku lebih suka menuangkan di blog daripada FB yang kesannya kalo FB itu terbuka banget.
Media sosial memang harus digunakan dengan bijaksana, ya, Mak Indah. Sekarang saya jarang update status di fb atau twitter, hanya liat-liat aja, sambil lalu. Paling banter digunain untuk share url postingan di blog he he he.
Memang yang paling aman dan nyaman, itu di IG, hanya liat foto aja, gak perlu komen panjang lebar kali tinggi… :))
Jadi, kapan kita ngumpulnya lagi?
Jadi kayak diingatkan lagi waktu acara Arisan Ilmu di Semarang dulu, Mbak.
Kalo aku medsos buat share postingan, sama info lomba yang kayaknya pengen aku ikuti. Kalo status orang lain, aku nggak cocok, ya no coment lebih aman deh. Kayaknya asyik di IG sih sekarang, apalagi kalo aku pasang foto makanan yang menggiurkan, seneng banget lihat banyak yang like. Eh paling juga baru dikit ding, hehehe
Sosmed aku manfaatkan buat sharing ilmu postingan dan buat kerjaan aja selebihnya share yg happy2 aja yg sedih n ga penting ga perlu diumbar ke sosmed kan masih ada Allah tempat curhat yg paling woke.
Tp aku termasuk jarang bgt update mak injul kadang mo nyetatus aja mikir 1789 x padahal blogger hrs updet selalu ya tp gitu deh prinsipku share yg seneng2 aja jd orang lain ikut seneng
Ah, Makpuh! Kemarin aku abis baca tulisan lama Mbak Dedew soal curhat-curhatan di media sosial. Tulisan itu ada karena pesan Kang Benny, Makpuh dan Ce Dian π
Hari ini nemu tulisan ini. Makasih ya, Mak :*
Aku masih banyak belajar soal sosial media. Masih sering bikin status ala-ala. Sekarang sedang berusaha puasa alias nahan jempol bikin status, komen, share dan ngelike π
Kalau kata teman baikku kemarin gini “orang lain tak perlu tahu apa yang kita rasakan. mau sedih, senang atau kecewa. cukup zero saja”
Aaakkk…ketahuan niih saya hobby curcol di medsos hiks
Nemu artikel ini langsung melek deeh . intinya jangan baper kalau sudah berselancar di sosial media. Keep woles dan syukuri hidup kita. Thanks mak Injul π
Betul, Kak Injul. Saya juga kadang suka curhat sih, di medsoa. Cuma biasanya pakai pertimbangan dulu. Posting nggak, ya? Baik dikonsumsi publik nggak, ya? Bakal menyinggung orang nggak, ya?
Soalnya nggak jarang, sih, terganggu sama status orang. Tapi ketimbang rusuh, bikin status nyindir2, komen2 pedes, saya pilih hidden aja status orang itu. Beres.
Suka medsosan. Tapi tetap berprinsip: tulis yang baik2, share yang baik2. Soalnya medsos juga akan dipertanggungjawabkan di hari akhir nanti.
Setuju pakai banget sama Izzah π
Lebih baik tak melihat dari pada terpancing ya.
Betul banget Bun, sampai sekarang aku masih belajar menahan emosi kalau lihat sesuatu yang aneh menurutku di media sosial. Bener-bener deh media sosial ini mengajarkan kita arti kedewasaan.
Hehehehe, dewasa dalam bersosial media ya, semoga kita bisa π
Jagat media sosial seperti dua sisi mata pisau. Pintar2 memanfaatkan dan mengendalikannya.. hhee
Beneeeeeeer, pisau yang bisa menusuk dan ditusuk ya π
Sering share karena os buku dan buat mwarnai hari saja share ttg pkembangan anak,ga suka buat status curhat pribadi
Crt2 ringan dunia anak
Kpenulisan
Ga suka nyinyir jg krn jarang ngamatin status org jd sering ga updatecsm gosip.
Paling suka facebook sm IG
AKu juga suka dengan Instagram, lebih damai π
Jadi Makpuh, mau socmed apa medsos hehe
Kalo saya sih lebih buat branding aja socmed kasih inpoh yang bae2 ke followers…
Hahahaha, socmed atau medsos keduanya okelah π
Iya lebih baik ngebranding yang bagus ya.
jarang sih.. paling cuma status gak penting..biar terlihat kekinian..hahahha
Hehehehehe, nggak apa, namanya juga sosmed ya harus kekinian π
Aku jarang nyetatus di sosmed, kecuali share link postingan aja, ngucapin selamat tahun baru atau ulang tahun, soalnya bingung mau bikin setatus apa hehehe. Sekarang malah suka upload foto di IG, bukan foto diri tapi kebanyakan makanan sih dengan jepretan hp yang ala kadarnya π
Duh aku udah lama nggak update Instagram, nggak ada stok foto-foto yang cetar π
Pas belum kenal blogging, aku bener-bener bisa bebas berekspresi, Makpuh. Nyetatus apa aja, tapi kadarnya juga biasa aja. Nah, pas udah kenal teman-teman blogger, makin ngeh dan makin aware aja kalau kita nggak boleh sembarangan nyetatus. Tapi kok jatuhnya karena terlalu hati-hati itu tadi, aku akhirnya jaraaaang banget nyetatus, wkwkwk. Takut dibilang pamer, takut dibilang pencitraan, gitu-gitu deh Makpuh. ‘Kerusuhan’ para blogger di socmed meninggalkan trauma mendalam buatku -___-
Aku mesti piye yo Makpuh? *malah konsultasi* xD
Hihihihihi, santai saja dengan dunia maya sekarang ini, Rotun.
Kalau sreg ya diikuti, nggak sreg ditinggalkan.
Saya menggunakan media sosial untuk bekerja, untuk aktualisasi diri, untuk menulis, menuangkan isi kepala supaya tidak terlalu penuh dengan berbagai macam pemikiran setelah mengamati berbagai hal di sekitar saya. Biasanya hasil pengamatan saya itu dituliskan di blog, atau di status. Itu pengamatan yang sangat umum. Maka biasanya status saya juga umum, tidak menuding, tidak mengajak perang ataupun nyinyir, tidak sempat. Terlalu mahal waktu saya untuk lebih banyak berperhatian kepada kiprah orang lain yang juga tak memberi input positif apapun untuk saya. Lebih baik saya fokus dan berkonsentrasi untuk berkarya daripada saya membuang waktu sekian menit untuk stalking ke akun orang lain yang kemudian membuat panas hati saya.
Barangkali itu sebabnya saya paling suka Pinterest dan Instagram, dimana aya tidak perlu banyak komen, tidak perlu bikin status, hanya konsen pada foto2 karya saya sendiri di Instagram dan pada gambar2 keren yang memberi saya banyak ide untuk memotret (di Instagram).
Salam hangat mbak InJul. Tulisannya asyik banget, sangat menggugah.
Terima kasih sudah berkunjung kembali, Kak Vivera π
Aku selalu senang dengan komentarmu yang mencerahkan π
Medsos memang surga virtual yang sering membuat kita utamanya akuh terlena, Makpuh. Dulu, di jaman2 blm ada FB dan teman2nya, aq sempat ga bisa jauh2 darinya. Berkomentar dan rajin sekali menanggapi mentionan teman2. Tak jarang malah sok2an ngasih solsi segala. Untungnya, dr dulu dan semoga hingga nanti, jarang banget jadi ‘hakim’ apalagi ‘jaksa’ deh. Hehe.
Kini, dengan semakin lama berkecimpung di dalam berbagai akun medsos, semakin banyak pembelajaran yang mendewasakan. Aku belajar banyak, termasuk dr Makpuh, nih, untuk tak sembarangan update status. Kudu make filter agar aman dan semua nyaman. Tak perlu fast response utk komen2 negatif, alay dan sejenisnya, ya kan, Makpuh? π
Setuju dengan dirimu, Alaika π
Apalagi sekarang ini, orang melihat kita berdasarkan update status kita di sosmed ya π
menurut saya sih boleh2 saja untuk curhat di sosial media, tapi akan lebih baik jika curhatnya ke Allah dengan cara berdoa setelah sholat wajib ataupun sholat sunnah. Curhat dengan allah insyaallah akan diberi jalan keluarnya
Aamiin, itu yang paling penting ya Pak Robby π
aku komen kalau pengen komen makpuh, tapi banyaknya emang nulis hurray2 aja kalau ditwitter
kalau di fb aku lebih milih xD
begitupun foto anak, makanya aku sampe bikin instagram raffi biar bisa puas aplot foto sehari 10 kali instilahnya wkwkkw.
hahahaha, Echa bisa aja π
ahh aku belajar dari makpuh ..
setuju dengan tulisannya diatas..
Buatku socmed ya sekedar pekerjaan have fun, sebisa mungkin ya selalu apdet buat branding juga, facebook, ig, twitter , g+ semua on.
Menjadi diri sendiri, dengan kesenangan sendiri (asik sendiri/blogger egois), terkadang tempat curhat juga (dikit kalo lg gawow) namun dikemas dengan bahasa yang nyaman lah (sok bijak) .
Begeto deh Makpuh..
Sebisa mungkin menghindari War2an, maluuu sudah menjelang udzur, mencari yang cinta damai sajaaa.
Etapi beneran loh, bersikap dewasa menghadapi sosmed ini wajib, kalo emang ga suka ya aku hide, anpolow, bahkan blokir yg penting ora ngedumel apalagi baperan eeeaa
sorii maaakpuh
komen kepanjangan
Setuju ama mbak mira, iya curhat klo abis nonton drakor hidup jong ki ya mak icoel, klo kehidupan pribadi gak semua harus dipublikasikan hehe, dan klo sharing kebahagiaan biar nular bahagianya sama yang lain, saya jarang publikasi yang sedih atau masalah, klopun curhat mending untuk memotivasi diri biar gak sedih dan semangat sehingga mensyukuri anugerah dari Alloh yang begitu banyaknya ?
Sekarang lebih ke jadi pengamat aja, Makpuh. Facebook, Google+ sama Twitter palingan buat share link blog doang, udah nggak aktif share apalah-apalah. Sering nongkrong di Instagram aja lihat foto-foto kece. π
aku mau jawab sosmed favorit aja ah mak, sosmed favoritku masih di FB nih, skrg makin powerful lagi fiturnya. Jaman dulu banget baru kenalan sm FB pernah alay juga, tulisannya pake huruf gede kecil, berasa paling imut sedunia. Sekarang sudah aku hapus2in, maluuu… haha…
klo sosmed yang lagi musuhan adalah Path. Sebelnya kalau kita posting hal yg sama, hasil love2 nya gak sama. Kalah tenar kakakk, terus baper, terus musuhan deh sama path.
balikan lagi sama fb, gitu2 aja terus mak.
Sangaat mewakili isi hatiku nih Mak Puh.
Awal kehadiran socmed dulu semua berjalan sangat menyenangkan, saling add friend, baik teman yang keberadaannya bersama kita, teman sekantor, teman sekomunitas atau mencari teman lama. Terkadang cuhat, tapi semua berjalan nyaman.
Berbeda bagai langit bumi dengan keadaan sekarang (lebay, hihihihihi)
Sekarang saya curhatnya ditulisan blog aja mak. Minimal nyisipin satu kalimat curhat kan nggak ketauan ahhahaha
Saya mah sosmed teh ajang cari pundi pundi rupiah mak π
Sebisa mungkin saya menghindari curhat di medsos, Mbak. Buka Facebook atau twitter buat bacar berita plus sharing post lomba aja hehe. Sekalian bertegur sapa sama sobat di belahan kota lain.
Dunia maya emang lebih gampang sih mba klo menurut saya.
Temenan di dunia nyata ga harus juga d dunia maya. Klo ga suka postingan2nya ya ga usah temanan, hihi..
Sebenar nya menyikapi nya gampang, tapi kadang manusia nya butuh eksis yg ngak jelas butuh perhatian sampai curhat2 di socmed #AhManusia
Kalo gw belajar untuk menahan diri ngak nyinyir dan ngak umbar aib2 di socmed, di socmed belajar untuk sharing kebahagiaan saja
Saya, dulu suka lebay dan alay di sosmed haha, tapi duluuu sekali sekarang mah mau update status suka mikir dulu takut ada yang kesinggung terus malahan jadi bikin status no mention buat saya, kan jadi sebel eh malah jadi tsurhat.
Btw saya paling suka instagram sih, bisa mamerin foto #eh. Hehe Dan saya paling senang curhat sama suami aja di rumah π dikasi solusi dan uang belanja π hahaha
Aku mah jaim di medsos hihihi, eh tapi kalau ga nahan suka bisikin di path atau status bbm aja. Itu pun masih mikir dulu, meskipun temen di sana terbatas.
Paling males jadiin starus wa buat curhat. Malu sama sodara yang terhubung.
Enaknya curhat sama temen dekat karena curhat sama Mamah Dedeh lama antriannya. π
Buatku… sosmed ajang seru-seruan ajah sih. Kadang buat menyimpan kenangan, berbagi kebahagiaan… atau menyebarkan kabar duka mapun suka. Tapi kalau curhat sampai yang pribadi banget, a BIG NO NO banget sih… khawatir jadi bumerang buat diri sendiri…. Dan biasanya malah diomongin yang aneh-aneh sama yang baca π
Aku mau curhat. Aku butuh lemari banget nget nget. Tolong dibantu yak.
Hmm… Bakalan panjang nih komen! *gaya :))
Social media buatku adalah tempat kehidupan kedua setelah kehidupan nyata, alias sebagai kebutuhan branding. Dalam kapasitasinya, jika seseorang memang ingin menjalankan peluang yang ada di dalamnya ya. Dan soal curhat, buatku nggak masalah, asal ya itu tadi, gimana mengemasnya supaya nggak terlalu lebay dan berlebihan. Buat aku sendiri, socmed aku pisahkan dengan beberapa kapasitasnya. Misal instagram, buat pajang foto2 selfie, tempat dengan caption yang menarik (meski bentuknya ada yang seperti curhat). Terus twitter kheseus buat info2 brand. Path, asli buat curhat2 umum ajah, fb, buat branding dalam arti sebenernya. Meski tak juga harus menjadi orang lain, namun tetap jadi diri sendiri aja. Dan sebisa mungkin menghindari war2an, atau bragging, nggak asik kalau udah gitu sik. Udah itu aja sudut pandangku, Makpuh π
Sudut pandang dari seorang Digital Community Manager π *kecupkecup*
Aku mau eksiskan S9ng Jong Ki ajalah di sosmed ku π
Wooooooi, udah cuci muka belum? Pagi-pagi udah heboh Jong Ki aja :p