Pertengahan November 2017. Cuaca Yogyakarta sedang cerah, saat saya meninggalkannya dengan kereta api ekonomi Joglokerto menuju Banjarnegara, Jawa Tengah. Saya hendak memenuhi undangan Famtrip Blogger dan Media Massa dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, yang bertajuk Plesir Maring Banjarnegara.
Banjarnegara, kota atau daerah yang nggak pernah terpikirkan saya datangi untuk berwisata. Bahkan untuk berkunjung ke Dieng Plateu yang terkenal seantero jagat itu, jarang terbersit di pikiran. Tahulah kenapa Dieng itu banyak dikunjungi orang. Kagum dan salut dengan mereka yang bisa sampai di dataran tinggi yang memiliki pemandangan indah tersebut, katanya.
Tapi buat saya, cukup dengar cerita saja dari orang-orang. Belum niat ke sana. Saya bukan tipe petualang atau eksplorer yang senang menggerakkan kaki dari satu gunung ke gunung yang lain. Dari dataran tinggi Dieng ke Kawah Ijen, misalnya. Bukan apa-apa, ukur diri sendiri. Jalan kaki sepanjang 5 kilometer saja, napas saya sudah Senin Kamis. Belum lagi, kaki yang suka ngambek, tiba-tiba terserimpet, kalau diajak berjalan jauh.
Satu-satunya yang terbersit di pikiran saya tentang Banjarnegara adalah minuman es dawet ayu. Saya penasaran ingin meminum dawet ayu langsung di kota asalnya. Apakah seenak dawet ayu yang dijual di pinggir jalan Pengok. Pastinya sih ya.
Lalu mengapa ikut Famtrip Banjarnegara?
Ya kan, nggak wisata Banjarnegara yang khusus ke Dieng gitu, walau dalam rundown ada trekking ke Bukit Pangonan, yang berada di Dieng, di hari terakhir. Melainkan ke desa-desa wisata di Kabupaten Banjarnegara, yang sedang giat-giatnya mempromosikan wisata unggulan lainnya.
Perjalanan dari Yogyakarta ke Purwokerto menggunakan kereta api selama tiga jam. Berangkat pukul 07.00 WIB, saya dengan tiga teman blogger Yogya (Dian Farida Ismyama, Yugo, dan Kak Ojo), tiba di Stasiun Purwokerto pukul 10.05 WIB. Kereta tiba tepat waktu.
Di Purwokerto, kami dijemput team dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Pemkab Banjarnegara, bersama teman-teman blogger dari berbagai kota seperti Jakarta, Semarang, Cilacap, yang sudah lebih dulu tiba. Dengan biu, kami melanjutkan perjalanan menuju Banjarnegara.
Perjalanan pertama kalinya ke Banjarnegara
Ini perjalanan pertama saya ke Banjarnegara. Menikmati perjalanan adalah keharusan, meski lelah dan ngantuk karena kondisi badan yang sedang ngedrop akibat flu. Ditingkahi suara teman-teman blogger yang asyik mengobrol, saya melihat ke kanan kiri jalan, menikmati pemandangan.
Tujuan pertama kami adalah Hotel Surya Yuda Park, tempat kami menginap dan meeting point untuk peserta dari Banjarnegara, sebelum menuju Pikas Singamerta Banjarnegara untuk melakukan rafting.
Perjalanan dari Purwokerto ke Banjarnegara, menurut sopirnya, bisa ditempuh selama satu setengah jam. Tapi karena kami harus menjemput teman blogger dari Cilacap di terminal bus, perjalanan pun jadi molor. Di tengah perjalanan, hujan tiba-tiba turun. Kala itu, Banjarnegara sering hujan. Bahkan sebelum saya berangkat dari Yogya, hujan deras dan angin topan sempat terjadi dan menyebabkan banyak korban. Beberapa teman menyarankan saya untuk berpikir ulang mengikuti kegiatan famtrip ini. Tapi kadung sudah berjanji ke Idah Ceris, Sahabat Blogger dari Banjarnegara, saya tetap berangkat.
Hujan rupanya sedang galau. Tiba-tiba datang,tiba-tiba juga berhentinya. Kadang deras, lalu gerimis. Hingga kami tiba di Surya Yuda Park Hotel, hujan tinggal rintik-rintik. Di hotel terbesar dan berbintang tiga di Banjarnegara ini, kami akan menginap semalam.
Saya dan Dian Ismyama mendapat kamar di lantai satu dengan pemandangan kamar ke kolam ombak tsunami dan di area samping, melintas aliran sungai Serayu. Untuk ukuran hotel daerah, bagus sih Surya Yuda ini. Sayang kami hanya menginap semalam, nggak sempat eksplor hotel yang berkonsep MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition) ini.
Rafting di The Pikas Resort
Setelah check in dan menaruh barang di kamar, sekitar pukul 14.00 WIB kami berangkat menuju The Pikas Resort untuk rafting. Walau dalam perjalanan beredar selentingan kalau rafting batal dilaksanakan karena hujan deras dan debit air Sungai Serayu meninggi, kami tetap antusias pergi. Yang penting melihat langsung keadaan sesungguhnya di Pikas, dibanding hanya dengar selentingan yang tak pasti.
Perjalanan dari Surya Yudha ke Pikas tidak lama. Niat mau tidur di bus batal, karena keburu sampai di resort bernuansa alam tersebut.
Benar saja, rafting batal dilaksanakan. Agar kami tidak kecewa, tim dari Banyu Woong Adventure (yang rencananya akan menjadi guide untuk rafting) mengajak kami melihat kondisi air Sungai Serayu yang melintas di Pikas.
Saat melihat air sungai yang sangat deras, saya sempat bergidik. Apa jadinya kalau kami nekat untuk rafting?
Oh ya, ada yang menarik dari sejarah The Pikas Resort ini, ternyata merupakan singkatan dari Pinggir Kali Serayu (Pikas). Resort ini menyediakan 10 cottage untuk tamu yang menginap, dan petualangan alam seperti rafting dan outbond, dengan tim yang berpengalaman mendampingi peserta rafting atau outbond.
Meski tidak bisa langsung rafting, kami sempat diajak untuk mengetahui apa dan bagaimana rafting itu. Siapa tahu ada kesempatan lagi buat datang ke The Pikas, sudah lebih siap menjelajahi Sungai Serayu.
Yang namanya blogger, nggak seru ya kalau nggak foto-foto apalagi lokasinya bagus dan kekinian. Jadilah kami berfoto-foto sampai puas sebelum kembali ke Surya Yudha Park Hotel, dan mempersiapkan diri untuk pengukuhan Genpi Banyumasan.
Pengukuhan Pengurus Genpi Banyumasan
Inti acara hari pertama Famtrip Blogger dan Media Massa yang diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan PemKab Banjarnegara adalah pengukuhan dan pelantikan pengurus Generasi Pesona Indonesia (Genpi) Banyumasan yang terdiri dari Kabupaten Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas dan Cilacap. Acara ini dihadiri oleh Sekda Banjarnegara Drs Suwarto, Msi, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Dwi Suryanto, S.sos, Msi, juga Sekjen Genpi nasional Shafiq P Lontoh.
Dengan adanya Genpi Banyumasan ini diharapkan bisa menggerakkan desa wisata-desa wisata di empat kabupaten Banyumasan, agar semakin dikenal dan menarik minat wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Banjarnegara tidak hanya Dieng dan Carica, tetapi banyak juga potensi wisata lainnya, seperti desa keramik Klampok, desa wisata batik Gumelem, juga desa wisata Kampung Kitiran yang punya alat musik tradisional yang nyaris punah, yaitu Gumbeng.
Malam semakin larut. Hujan kembali datang, meski tidak deras. Lelah tubuh membuat saya memutuskan untuk beristirahat di kamar, karena hari kedua famtrip ini banyak desa wisata yang dikunjungi dan butuh tenaga maksimal buat menikmatinya.
Oh ya ada yang menarik dari Surya Yudha Park Hotel ini. Saat saya dan Dian Imsyama menuju Balai Apung, tempat pengukuhan Genpi Banyumasan, kami terpana dengan patung besar singa yang mirip dengan Merlion di Singapura dan patung Liberty seperti yang ada di New York, Amerika Serikat.
Saya dan Dian pun langsung memanfaatkan kesempatan untuk berfoto ala-ala di patung Merlion. Sedangkan patung Liberty di pagi harinya.
Kedua patung ini dibangun dengan maksud agar wisatawan lokal dapat merasakan sensasi berfoto bersama ikon terkenal dari dua negara tersebut.
Menarik kan?
Tiga tahun lalu ke banjarnegara, krn keluarga Bapak mertua banyak di sana. Pertama merasakan dawet ayu banjarnegara langsung di tempatnya, langsung dibawain oleh bakulnya, wkwkwkwk. Krn sepupu paksu punya usaha itu. Masyaa Allah, gak mau berhenti Mbakkkkk. Jadi lupa sama food combining dan mindful eating. 😂😂😂
Ibu-ibunya seru banget, kepingin banget kayak kalian
Saya tau Banjarnegara justru karena mobil mogok, sewaktu perjalanan dari Jakarta menuju ke Jogja, mobilnya mogok hingga harus menunggu toko sparepart buka di 2 hari berikutnya. Tapi karena itu justru malah jadi bisa explore Banjarnegara…..
Selain Dawet, di sana juga banyak salak pondoh Mba…..
Akupun sempat mikir pas lihat foto rafting itu, “Gila nih rafting dg air bergolak kayak gitu.” Ternyata beneran gak jagi. Safety first yg penting, lain waktu bisa diulang.
Banjarnegara ini salah satu kota di indo yg ga akan prnh bosen aku datangi, termasuk diengnya :D. Udh jelaslah kenapa, krn aku ga kuat panas, dan 2 kota ini yg paling dingin :D.
Sayang raftingnya ga jd mba. Tp memang bahaya sih kalo rafting saat musim hujan. Aku jg ga senekad itu walo suka yg ekstreme2 begini 🙂
Loh, ada Merlion di Banjarnegara? 😀
Jadi nggak rafting, Mak?
Padahal aku ngebayanginnya seru banget tu rafting di ombak yang gede. Tapi bahaya ya?
done followed mba, salam kenal
Kebayang banget serunya famtrip di Banjarnegara.. Genpi ini bener2 memajukan pariwisata kotanya ya mak, salah satunya genpi Banyumasan. Seru…
Baru ngeh aku kalau di Banjarnegaralah, Merlion KW supernya berada hehehe. Saluuut sama mbak Injul yang gak takut rafting.
Makpuh, iyaya itu patungnya seperti yg di LN hihi, ternyata kita juga punya 😀
ah kapan2 mau fam trip gini, pasti seruuu..
wah belum pernah ke banjarnegara hanay numpang lewat, wah ada patungnya itu toh
Wah patungnyaaaa, jadi berasa jalan-jalan di luar negeri ya Mak Injul 😀
wah seru kyaknya.. belom pernah ke banjarnegara juga.. semoga kapan2 bisa mampir liburan disini
Aamiin, semoga bisa berwisata ke Banjarnegara ya 🙂
Aku inget mbak indah pas lg berjuang keras menaklukan bukit scotter???
hahahaha, terima kasih ya waktu itu sudah menyemangati diriku 🙂
Uuuwwwh…makasih banget sudah nyempetin waktu buat ikut Famtrip ya, Mbak. Aku terharu beneran yakin. Apalagi pas lihat udah di puncak bukit. Hihihi.
Hahahaha, pas sampai puncak scooter itu rasanya pengen teriak kencang 🙂
ngiri banget deh tahun ini banyak famtrip pas aku nggak bisa karena ada bayi. cuma bisa mupeng 🙁
Sabar, nanti juga ada waktunya, siapa tahu kita bisa ngetrip bareng 🙂
Ya ampuun aku kangen sungai dan mengarunginya..kangen petualangan. Pagi-pagi baca blog makpuh jadi mellow wkwkkwkw
Hihihihihi, ayo jalan-jalan, berpetualang ke negeri seberang #halah
Kirain Banjarnegara cuma Dieng hihihi..Dan dari kapan-kapan mau kesitu belum kesampaian..
Tambah semnangat deh jadinya pengen ke Banjarnegara:)
Tenang mak, nanti kalau sudah biasa jalan kaki pasti nyenengin loh hahahahhahaha
Dih :p