Untuk pertama kali dalam hidup ini, dalam hidup semua orang sih ya, melaksanakan ibadah di bulan puasa, di rumah masing-masing. Tidak ada shalat tarawih di masjid, tidak ada giliran membuatkan takjil untuk buka puasa bersama kaum dhuafa dan jemaah masjid. Dan yang paling membuat hati ini terasa nelangsa ketika anak-anak yang selalu antusias menyambut bulan penuh berkah umat muslim ini, tidak ada kegiatan ramadan di masjid maupun tempat mengajinya (TPA). Edaran pemberitahuan menghentikan seluruh kegiatan masjid dan bulan puasa diinfokan dua minggu setelah pemerintah Indonesia memberlakukan Physical Distancing untuk menekan penyebaran pandemi covid-19. Marhaban Ramadan, berkahmu kutunggu angkat musibahku.
Setelah umat Hindu yang melaksanakan Nyepi tanpa perayaan besar, umat Kristen (Katolik dan Protestan) merayakan Paskah tanpa beribadah di gereja, Insya Allah, kita umat Muslim di seluruh dunia, terutama di Indonesia menjalankan ibadah puasa di bulan suci penuh berkah, Ramadan 2020, tanpa sholat tarawih jamaah di masjid atau mushola, tanpa kegiatan ramadan untuk anak-anak, tanpa festival malam takbiran dan ditiadakannya sholat Ied.
Menurut kalender dari sekolahnya Tiominar, hari pertama puasa (1 Ramadan) bersamaan dengan penanggalan Masehi, 24 April 2020. Sahabat Blogger yang muslim sudah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangan bulan ramadan dong ya.
Di keluarga kami, ada semacam tradisi (enggak tradisi juga sih, karena tidak berhubungan dengan kebudayaan, lebih ke kebiasaan dari yang saya terima sejak masih kecil) yaitu membersihkan rumah (seluruh bagian rumah, terutama dapur) dua atau satu hari sebelum puasa pertama. Dulu (dan sampai sekarang), sekolah diliburkan menjelang puasa. Nah saat libur itu disempatkan untuk bersih-bersih.
Selain bersih-bersih rumah, saya juga mengganti perlengkapan sholat seluruh anggota keluarga dengan yang lebih bersih dan harum, mengeluarkan peralatan makan yang biasa kami gunakan saat bulan puasa dan Idul Fitri, karena selama satu bulan berpuasa, Insya Allah sahur dan berbuka puasa dilakukan bersama-sama. Sahur dan buka puasa menjadi quality time kebersamaan keluarga.
Gimana enggak jadi quality time buat kita semua, karena sehari-sehari, hampir semuanya (saya dan anak-anak) punya kegiatan masing-masing yang bikin kita enggak sempat makan siang dan makan malam bareng. Apalagi dengan Mas Iwan yang bekerja di Jakarta. Makanya, moment sahur dan buka puasa di bulan ramadan itu berharga banget untuk tidak dilakukan bersama.
Kalau teman-teman, apa tradisi atau kebiasaan yang selalu dilakukan di bulan Ramadan?
Marhaban Ramadan, Bulan Penuh Keberkahan
Tapi, itu bulan puasa yang lalu. Bulan Ramadan tahun 2020 ini berbeda. Bagaimana ya rasanya bulan puasa tanpa tarawih, takbiran dan sholat Idul Fitri?
Saya dan anak-anak sudah lebih dari sebulan #dirumahaja. Sarapan dan makan siang bareng. Bahkan karena di rumah saja, tidak ke mana-mana (kecuali terpaksa pergi), Tiominar sampai bilang, “aku bosan ngobrol sama inna, rindu ngobrol sama teman-teman sekolah.”
Kita semua di rumah saja (belajar dan bekerja) karena adanya pandemi coronavirus. Kita “dipaksa” berkumpul bersama agar tak terpapar virus. Memang sih, tidak ada atau adanya pandemi covid-19 ini, bulan Ramadan tetap datang, tetap kita sambut dengan penuh kegembiraan di dalam kesedihan, tetap harus kita laksanakan puasa dan ibadah-ibadahnya. Meski #dirumahaja.
Perbedaan dengan Ramadan tahun-tahun yang lalu, di bulan mulia ini, khususnya keluarga kami, berpuasa sebulan penuh dan nantinya berlebaran atau Idul Fitri, tanpa kehadiran Mas Iwan, yang terpaksa memutuskan untuk tidak mudik Ramadan ini.
Saya dan anak-anak sudah biasa sih, hidup di Yogyakarta ini sehari-hari tanpa Mas Iwan yang bekerja di Jakarta. Tapi, rasanya tetap ada yang hilang karena sebulan penuh berpuasa terbentang jarak. Hanya bisa bertatap muka lewat teknologi. Biasanya, satu minggu sebelum Idul Fitri dan dua minggu setelah lebaran, Mas Iwan sudah mudik lebaran.
Ramadan kali ini berbeda, karena kami harus melaksanakan ibadah sholat tarawih di rumah. Saya dan anak-anak sudah berdiskusi dan merencanakan siapa yang menjadi imam sholat Isya dan Tarawih di hari pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Sudah woro-woro ke anak-anak untuk berhemat, karena kita tidak tahu kapan masa pandemi ini berakhir dan ammanya menerima gaji bulanannya tidak utuh. Terutama ke Tio nih, si bungsu, udah diwanti-wanti tidak ada baju baru lebaran. Ya namanya juga masih anak-anak umur 10 tahun, pengennya Idul Fitri itu baju baru, sepatu baru, dan pakaian dalam baru.
Kalau bercandaan saya dan Carolina Ratri, LDM (Long Distance Marriage) kali ini, bisa dibilang berat. Benar-benar tak bisa berjumpa, yang kita tak tahu sampai kapan. Bisa aja sih kalau mau nekat mudik. Tapi, seperti yang Kayla bilang ke ammanya, “aku kan baru dioperasi, aku nggak mau ngerasain rumah sakit lagi. Sudah amma di Jakarta aja, kita di Yogya. Biar semua sehat.”
Trus saya mikir, cemen amat enggak berjumpa sebulan lebih terasa galau. Lha gimana yang LDM-an terbentang jarak yang beribu-ribu kilometer dan direntangi waktu seperti teman baik saya, Retno De, yang suaminya, Mas Teguh tinggal dan bekerja di Qatar, sementara mereka (De dan kedua anaknya) di BSD, Indonesia.
Seperti cerita De, harusnya ramadan tahun ini, mereka bertiga menyusul ke Qatar. Tapi karena pandemi yang terjadi hampir di seluruh negara di dunia termasuk Qatar, rencana hanya jadi wacana.
Berpikir juga, meski Mas Iwan tidak bisa berkumpul bersama anak dan istrinya di bulan ramadan ini, tapi masih bekerja meski dilakukan dari rumah Setiabudi. Sesekali masih ke kantor untuk mengurus keperluan teman-teman kerjanya, masih terima gaji sehingga jatah bulanan keluarga aman.
Bagaimana dengan keluarga lain, yang mikir makan untuk hari ini saja. terasa berat. Apalagi buat persiapan Ramadan. Seperti yang dikatakan Ana Ike dalam obrolan kami di WAG, harus bersyukur masih bisa tersenyum enggak punya hutang di saat-saat ujian ini. Baca status teman-teman di media sosial, kadang bikin pengen nangis dalam hati.
Ramadan 2020 memang berbeda pelaksanaannya dengan ramadan-ramadan yang lalu. Walau begitu, kita harus bersyukur kan masih dikasih kesempatan untuk menjalankan ibadah puasa, masih bisa menikmati makan sahur dan buka puasa, Insya Allah. Masih bisa merencanakan menu sahur dan buka puasa, merencanakan kegiatan puasa untuk anak-anak selama di rumah saja.
Marhaban Ramadan 2020 yang Istimewa. Semoga kami dikuatkan untuk menerima segala ujian ini. Btw, Sahabat Blogger pada tahu kan Mostafa Atef, pelantun shalawat asal Mesir yang terkenal dengan lagu-lagu covernya di Youtube?
Kapan itu daku iseng ngeyutub, trus lihat channelnya Mostafa Atef ini, dan langsung nonton cover lagu Marhaban Ramadan yang dinyanyikannya. Eh di atas sudah ada ya. Lirik lagunya “dalem banget” dan cocok dengan keadaan dunia saat ini, musibah pandemi coronavirus. Seperti ini potongan liriknya:
Ramadhan
Hadirmu anugerah dari Sang Maha Rahman
Denganmu, beribu ribu dosa dihapuskan
Semua amalan
Dilipat gandakan bagi ummat rasulalllah ….
Hilalmu datang menerangi
Hariku yang trasa sunyi
Oooh ramadhan
Berkahmu kutunggu
Angkat musibahku
Selamat menjalani ibadah puasa, sahabat-sahabat blogger tersayang. Walau di rumah saja, rebahan tetap, ibadahnya pun dilancarkan. Sering-sering update blog siapa tahu pageviewnya jadi tinggi dan tawaran jobnya makin banyak, Aamiin.
Maasya Allah.. Ramadan kali ini memang benar2 beda. Betul kata mbak Ana Ike, meski kondisi sulit, tapi tetap harus bisa tersenyum karena ga ada hutang di masa ujian ini. Semangat buat kita semua, Insya Allah wabah ini akan segera berlalu.
sama. di rumah mama dulu jg selalu bersih3 sebelum ramadhan. tapi gegara gak boleh pulang kampung dan gak bs bantu jadinya yaaa gak ada deh kegiatan itu. gak ada cat rumah juga menjelang lebaran nih sepertinya
Ramadan 1441 H insya allah ada hikmahnya yah, salah satunya sih saya bisa berjamaah sama suami di rumah, kan biasanya enggak hehe karena suami ke mesjid.
Selamat puasa, Mak Indah
Keberkahan Ramadan selalu dinantikan meski jauh dari orang tua
Saya bersyukur masih bisa sama suami dan anak anak tahun ini
memang kondisi seperti sekarang sungguh tak terduga ya makpuh..dan kita harus siap karena tidak ada pilihan lain. Semoga Ramadhan kali ini menggugurkan dosa – dosa kita. Selamat berpuasa, maaf lahir dan batin yaa mbaaa
Anakku buat motivasi khatam quran kutawari mau apa? Dia bilang ga tau ga perlu juga duh terharu tau aja kami ortunya lagi hemat hehehe
Marhaban ya Ramadan Mak Injul dan keluarga sehat sll
Iya Ramadhan kali ini sungguh terasa beda banget buatku, buat anak2 juga. Anak2 sudah merasa bosan sekali, aku sedih 🙁
Ya setidaknya aku masih bersyukur jadi banyak waktu utk quality time bersama keluarga. Itu sih yg akh syukuri aja.
Semoga keadaan ini gak berlangsung lama2 ya. Aku sedih bgt.
Semoga kita semua dikuatkan. Semoga bangsa Indonesia juga bisa melalui ujian ini.
Maaf lahir batin ya mba Injul. Selamat berpuasa. Semoga ibadah puasanya lancar ya.
Terasa ada banyak yang hilang dalam Ramadan kali ini. Dan kita semua merasakan kehilangan itu. Apalagi buat anak-anak yang suka seru-seruan ngabuburit, pergi ke masjid, berburu takjil, ikut tarawih tadarus, pawai keliling bangunin buat sahur, lalu abis solat subuh jalan bareng muterin kampung bareng teman-teman. Kenangan para orang tua yang tidak dilakukan anak-anak lagi Ramadan kali ini.
Iyaa mba..semoga sekali aja Ramadhannya sepi kayak gini. Anakku yang kecil juga udah bilang kangen teman2 dan gurunya di sekolah..kmrn di editin foto+video aktivitas murid dan gurunya pas kegiatan di sekolah…anaknya seneng bngt…dilihat berulang2
Eh baru tahu Mak Injul LDM, semangat mak. Aku sedihnya sebenarnya ada planning awal puasa mau ke rumah mertua di Bjm eh tapi bandara jg udah lockdown dan sdng PSBB jg.
Semoga saja pandemi ini lekas usai dan mari semangat sama2 ya mak 😀
Iyaaaa, sudah 3 tahunan LDM. Aamiin aamiin, segera berlalu.
SUngguh ini diluar dugaan berada dalam kondisi seperti ini ya Mak. Tapi selalu saja ada hikmah di balik apa yang Allah berikan. Bismillah doa terbaik y
Insya Allah ya, hikmah selalu ada.
Awalnya saya sedih ketika mikirin kondisi Ramadan tahun ini, Mbak. Tetapi, lama-kelamaan saya merasa ini seperti berkah karena dikasih kesempatan untuk menikmati Ramadhan seistimewa ini. Tentu aja saya gak berharap akan terjadi lagi di tahun berikutnya. Tetapi, harapan saya dengan Ramadan kali ini akan banyak himah yang bisa saya ambil
Bener banget Chi, sekarang dinikmati saja, bersyukur masih dikasih kesempatan untuk menikmati ramadan di tengah pandemi dan jadi beribadah lebih khusu.
Alhamdulillah kabupaten kami statusnya zona hijau, jadi masih boleh taraweh berjamaah di masjid/musholla. Hanya dibatasi waktunya ngak boleh lewat dr jam 21.00 WIB. Jadinya tidak ada keseruan tadarussan hingga larut malam seperti biasa setelah taraweh. Kultum taraweh juga ditiadakan.
Btw. Selamat menunaikan ibadah Ramadhan ya mbak. Mhn maaf lahir batin
Alhamdulillah senang ya, Mbak Neti.
Ramadan ini kita benar-benar diberi kesempatan untuk lebih khusu.
Selamat menyambut bulan ramadhan ya, Mak Injul.
Walau ramadhan tahun ini berat dijalani, semoga ibadahnya tetap khusyuk.
Dikuatkan semuanya, sehat semuanya, hingga kelak bisa berkumpul kembali dengan lengkap 🙂
*peluk erat
Terima kasih Shasa, dirimu juga nggak bisa mudik ya.