Mana Tahan Ulangan Umum

Sebentar lagi, ulangan umum untuk kelas V SD kebawah, sudah diambang mata. Lily, yang duduk di kelas II SD, juga akan ulangan umum mulai tanggal 12 Juni 2008.  14 mata pelajaran, yang akan diuji yang terbagi dalam dua kelompok, ulangan praktek dan ulangan materi.

Banyak yah ? Beginilah resiko kalau sekolah di setengah madrasah, setengah sekolah umum (ini satu-satunya sekolah yang deket sama rumah gw).

Dari perbincangan di milis perempuan yang gw ikutin, nyaris sebagian besar orang tua (ibu-ibu terutama), yang laksana kebakaran jenggot kalau anaknya mau ulangan umum. Tapi sih bukan ibu-ibu di milis itu aja, di sekolahnya Mbak Lily, ibu-ibunya malah ikutan sekolah (belajar, ini ungkapan gw buat ibu-ibu yang suka antar jemput anaknya sekolah),  dengan repot-repot bertanya sama bapak/ibu guru tentang apa materi yang akan diujikan.

Atau sibuk sana-sini cari contoh-contoh ujian dari tahun sebelumnya. Bikinin ringkasan atau materi yang kira-kira mau diuji. Pokoknya segala cara deh biar anaknya bisa berhasil di ujian.

Salutlah gw buat para orang tua itu yang melakukannya demi kecintaannya kepada anaknya, demi keberhasilan anaknya. Tapi kalau dibandingin ke gw, yang jelas ngak mampu berbuat seperti itu. Gw aja datang ke sekolah cuma hari Sabtu (itupun kalau Mas Iwan ngak bisa jemput), dimana hari itu ngak ada pelajaran selain ekstra kurikuler.

Hari-hari biasa ? Meski gw selalu menyempatkan diri memeriksa buku-buku Lily, nemenin dia ngatur jadwal buat hari besoknya (sekolah Lily jarang kasih PR. Kata gurunya, pelajaran sehari-hari disekolah aja udah banyak dan berat, kalau ditambahin sama PR, bisa-bisa anaknya malah takut belajar), biasanya gw sekedar bertanya tentang pelajaran dia hari itu.

Kenapa tanya sekedarnya, karena tampangnya akan langsung bete kalau gw banyak bertanya. Mungkin dia kecapean karena dari pagi sampai sore belajar di sekolah, begitu dirumah ditanya-tanya lagi soal pelajaran.

Buat gw sendiri sebagai orang tua, siapa sih yang ngak bangga kalau anaknya berprestasi. Dapat rangking satu, dua atau tiga. Tapi bukan itu yang gw cari. Gw lebih senang Lily bisa mengikuti seluruh pelajarannya dengan baik. Saat ditanya gurunya dia bisa menjawab dengan benar. Saat ulangan umum, nilainya ngak malu-maluin alias merah.

Buat apa ranking satu, dua dan tiga, kalau Lily merasa tertekan. Lily belajar karena keinginannya sendiri bukan karena orang tuanya. Buat apa dia berprestasi kalau itu bukan hasil jerih payahnya sendiri, tapi karena orang tuanya.

Gw harus yakin, Lily punya cara belajar sendiri, karena terbukti nilai-nilainya ngak malu-maluin (apalagi gw sebagai ibu yang bekerja, yang katanya kuantitasnya mengasuh anak diragukan…he…he…)

Lagi pula (bukan mencari pembenaran nih), kalau gw melatih Lily untuk tidak bergantung dengan kemauan orang tuanya, melatih Lily mandiri, bukan berarti gw ngak bertanggung jawab sebagai orang tua kan ?

 

21 Comments

  1. liza June 5, 2008
  2. Fitra June 2, 2008
  3. hanggadamai June 2, 2008
  4. vi3 June 2, 2008
  5. Evy June 1, 2008
  6. Yanti Wyant May 31, 2008
  7. indocoolz May 31, 2008
  8. Eucalyptus May 31, 2008
  9. si momi May 31, 2008
  10. tintin May 30, 2008
  11. Faradina May 30, 2008
  12. achoey sang khilaf May 30, 2008
  13. ime'... May 30, 2008
  14. elkaes May 30, 2008
  15. Ani May 30, 2008
  16. nh18 May 30, 2008
  17. IndahJuli May 30, 2008
  18. JoEy D`JuVe May 30, 2008
  19. mikow May 30, 2008
  20. Dinot May 30, 2008
  21. linda May 30, 2008

Leave a Reply