Homeschooling bukan sekedar memindahkan sekolah ke rumah. Homeschooling juga bukan sekedar mengundang guru ke rumah.ย Apakah homeschooling atau sekolah rumah menjadi solusi atau alternatif terbaik untuk para orangtua yang galau dengan pendidikan buah hatinya karena situasi masa-masa pandemi Covid-19 ini belum ada kepastian kapan akan berakhir, dan aturan pemerinah yang berubah-ubah tentang penanganan virus yang menyerang saluran pernapasan ini, malah membuat hati tak tenang dan nyaman. Yakin mau melepas anak-anak ke sekolah di masa pandemi?
Mengapa Homeschooling atau Sekolah Rumah?
Rabu, 27 Mei 2020 lalu, saya mengikuti Webinarjam tentang Menimbang Homeschooling yang diselenggarakan oleh Rumah Inspirasi, dengan narasumber Aar Sumardiono dan Mira Lala Julia, yang merupakan praktisi Homeschooling dan founder dari Rumah Inspirasi. Mas Aar dan Mira sudah 18 tahun menjadi orangtua pelaku homeschooling untuk tiga anaknya.
Oh ya, Mira Lala Julia adalah teman bloger zaman dulu kala. Blognya Lala menjadi inspirasi untuk orang tua yang ingin tahu tentang homeschooling dan belajar bagaimana menjadi keluarga pembelajar, bukan hanya sekedar belajar di rumah tapi juga yang anaknya belajar di sekolah formal. Lala ini juga jago desain blog, dan banyak teman bloger yang blognya didesain oleh Lala.
Ikut Webinarjam Menimbang Homeschooling
Saya tertarik mengikuti Webinarjam tentang Menimbang Homeschooling atau Sekolah Rumah ini, bukan karena ingin menerapkan homeschooling ke Kayla dan Tiominar tapi ingin tahu lebih dalam lagi tentang homeschooling dari praktisinya langsung, setelah selama ini hanya baca-baca dari hasil Googling atau baca pengalaman pelaku homeschooling di media sosial.
Gimana mau homeschooling, wong saat saya menyimak Webinarjam itu, Tiominar yang suka ingin tahu apa yang dikerjakan innanya berlama-lama di depan komputer, begitu lihat temanya, langsung ngomong: “Inna, aku enggak mau homeschooling lho. Aku mau sekolah biasa, mau ketemu teman-temanku. Bisa “mati” bosan aku kalau belajar di rumah saja,” tegas Tio.
Oh ya Tio tahu tentang homeschooling karena pernah ikut test kepribadian dan finger test untuk potensi anak, dan ada hasil yang menyatakan kalau Tio itu sering enggak fokus saat belajar di dalam kelas. Mungkin karena Tio itu tipe anak kinestetik. Tio lebih fokus kalau belajar itu dengan visual dan gerakan. Kalau belajarnya monoton, hanya menyimak penjelasan satu arah dari guru, pasti deh nggak konsen. Enggak ingat apa yang dipelajari tadi.
Kala itu, saya dan Mas Iwan mencari-cari informasi bagaimana kalau Tiominar belajar dari rumah, dengan bimbingan guru tentunya, bukan dari saya, karena jelas-jelas saya enggak sanggup kalau mengajari anak sendirian. Tapi terus mandeg, karena kami merasa homeschooling atau sekolah rumah itu, kurang cocok untuk keluarga kami.
Kurang cocok karena saya bukan tipe ibu yang kesabarannya tingkat dewa (yang nemanin anak belajar biasa saja, suka stress sendiri karena lihat materi belajarnya) dan masih suka terima pekerjaan online yang butuh konsenstrasi juga. Sementara Mas Iwan, yang nggak mungkin juga direpotkan dengan urusan belajar anak. Dia bagian cari uang sebanyak-banyak buat pendidikan anak-anak. Itu saja.
Begitu mendengar penjelasan yang detail dari Mas Aar dan Lala Julia, saya merasa bersyukur tidak cepat-cepat mengambil keputusan untuk meng-homeschooling-kan Tiominar. Dari hasil mengikuti webinarjam Menimbang Homeschooling, menurut Mas Aar dan Lala, jika ingin homeschooling, orangtua perlu belajar dan mengenal tentang homeschooling karena bukan suatu lembaga pendidikan (seperti sekolah normal) dan homeschooling itu pendidikan berbasis keluarga.
Apa Itu Homeschooling?
“Tantangan buat orang tua yang ingin anaknya homeschooling, siap enggak belajar, belajar, dan belajar karena orangtualah yang menjadi penanggungjawab dari pendidikan tersebut.” Mas Aar Sumardionoย
Yang paling penting perlu diingat juga, Homeschooling itu bukan suatu lembaga atau institusi pendidikan. Homeschooling atau sekolah rumah, suatu model pendidikan yang mana keluarga memilih untuk bertanggungjawab sendiri atas proses pendidikan yang dijalani anak-anaknya – Web Rumah Inspirasi, Pengantar Homeschooling.
Dengan adanya pandemi Covid-19 ini, Homeschooling kembali marak menjadi wacana pendidikan untuk orangtua yang galau dengan keadaan sekarang ini. Galau karena penanganan virus Corona belum pasti kapan berakhir, sementara ada info tentang New Normal, di mana anak-anak akan kembali ke sekolah. Orang-orang pun sudah mulai dipersiapkan untuk kembali bekerja di kantor, dan pusat-pusat perbelanjaan akan kembali dibuka.
Orang tua pun khawatir jika anak tercinta berada di sekolah, berkumpul bersama teman-temannya. Adakah yang bisa menjamin tidak terjadi penyebaran virus yang mematikan tersebut?
Apalagi selama tiga bulan belajar #dirumahaja, School From Home (SFH), orangtua merasa terlatih menjadi pengajar materi-materi belajar untuk anak-anaknya. Ternyata, menurut Mas Aar dan Lala Julia, tidak seperti itu dan tidak semudah itu memberlakukan homeschooling pada anak-anak.
Homeschooling Bukan Solusi Karantina Pandemi Covid-19
Kondisi pendidikan di Indonesia saat ini memang bikin galau. Sudah hampir 3 bulan, anak-anak belajar dari rumah. Seperti sekolah Tiominar. Setiap hari, Ibu Wali Kelas 5, mengirimkan materi-materi pelajaran melalui blog sekolah (kebetulan ibu wali kelas Tio senang nulis dan ngeblog). Dari blog tersebut, materi pelajaran bisa dipelajari dan diunduh, atau ditonton via Youtube Channel. Selain materi belajar, anak-anak juga mengerjakan soal yang kemudian dikirim via email.
Sesekali, pertemuan online diadakan via Zoom Meeting dan Google Meet Up. Yang ada sih, selama zoom meeeting atau Google Meet Up itu, anak-anak bukannya belajar malah curhat sama Bu Guru, kangen belajar di kelas. Kangen dengan Bu Estin dan teman-teman sekelas.
Ketidakpastian pendidikan ini, jadi membuat orangtua berpikir tentang homeschooling atau sekolah rumah. Dari pada anak belajar dalam ketidakpastian, orangtua harus bersikap demi kelancaran pendidikan anak-anak kan?
Menurut Mas Aar, Homeschooling bukan solusi dari masalah pendidikan terimbas pandemi saat ini. Homeschooling adalah opsi atau pilihan model pendidikan berbasis keluarga. Banyak orang yang salah memahami pengertian homeschooling sebagai lembaga pendidikan dengan adanya lembaga-lembaga yang menamakan kelompok homeschooling atau komunitas homeschooling.
Homeschooling itu bukan lembaga pendidikan, karenanya tidak perlu mendaftar, tidak memerlukan uang sekolah, dan tidak membayar gedung sekolah. Homeschooling itu tidak ada pungutan apa pun. Kalau pun ada materi yang dikeluarkan, ya dari keluarga pelaku homeschooling sendiri. Misalnya untuk membeli perlengkapan materi ajar yang dibuat oleh keluarga.
Kalau di keluarga Mas Aar dan Lala Julia, mereka banyak mengeluarkan biaya untuk koneksi internet, belajar online tentang homeschooling, membeli buku-buku dan perlengkapan materi ajar. Dan karena homeschooling tidak hanya sekedar belajar di rumah, tetapi juga belajar dari tempat-tempat lain.
Mempertimbangkan Sekolah Rumah?
Buat orangtua yang terpikir untuk homeschooling anaknya, silakan belajar sebanyak mungkin tentang homeschooling. Apa saja keuntungan dan kerugiannya terutama untuk anak yang akan menjalani proses belajar di rumah itu. Jika sudah memutuskan ingin homeschooling, jangan khawatir anaknya tidak bisa melanjutkan ke sekolah formal (jika tertarik) atau tidak memiliki ijazah.
Homeschooling di Indonesia sudah diakui secara legal. Homeschooling atau Sekolah Rumah telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 129/2014 tentang Sekolahrumah. Dan untuk ijazahnya, melalui Ujian Kesetaraan atau Ujian Paket yang diselenggarakan di PKBM (Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat.
Aku malah sedang mikir banget tentang HS ini gara-gara ada kemungkinan pindah kota lagi. Sampai kelas lima ini sudah tiga sekolah dijalani si sulung. Kalau sampai pindah lagi, duuuh…
Yang pasti nanya bocahnya juga sih, karena untuk HS ortu sama anak harus sejalan.
TFS mak Indjul ๐
baru paham aku, ternyata model home schooling itu seperti ini. dulu pernah mau nanya sama mak irul tapi daku malu haha
ini saya banget mak, hehehe, merasa di dukung nih, hihihi
saya juga bukan tipe emak sabaran sama anak dengan tingkat maha dewa. tapi bukan berarti nyerah bimbing anak-anak
Naah ini, yang selalu jadi hal yang dirisaukan orangtua. Bagaimana soal ijazahnya. Ternyata sama dengan penyetaraan ya MakPuh. Saya sih yess banget homeschooling, tapi suami belum mau, tapi pas pandemi ini kemungkinan ke arah sana jaid terbuka walau ga akan selamanya juga HS
Kayaknya saya ga bakalan bisa kalau anak HS huhuh suka cepet emosi soalnya wkkwkkww, apalagi kalau laper. BAblas deh.
Homeschooling emang ga sekadar mindahin sekolah ke rumah ya Mba. Harus ada konsep dan filosofi yang disiapkan untuk dipahami anak-anak. Aku dulu pernah mengikuti pembahasan homeschoolingnya Charlotte Masson barengan praktisi HS Mb Ellen Christi. Tapi aku masih pilih anak2 sekolah di tempat formal siiy…
sempat kepikiran mau anak Homeshooling aja tapi kok berat banget ya, kerjaan domestik aja susah kelarnya, ini tugas anak malah kayak dikejar2 haha… tapi biaya juga membengkak saat semua minta daftar ulang haha… ya bismillah aja deh keluarga kami memilih sekolah
Homeschooling bisa jadi pilihan tepat bagi yang cocok ya kak.. kalo aku masih suka yang sekolah di luar rumah sih alias spt yang selama ini berlangsung.. Cuma gara2 pandemi ini aja jadi kepikiran homeschooling hehe
Aku banyak banget dijapri para ortu tentang hs makpuh. Dan ada yang ga ta jawab sama sekali. Karena khawatir kalo aku jawab mereka salah persepsi. Bayangin aja pas para ortu diminta mendampingi anak sfh aja banyak yang ribut di sosmed terus pada bicara ttg hs. Kan gimana gitu karena kami sendiri para pelaku hs event aja masih belajar terus bareng anak-anak. Kan hs itu prinsipnya bertumbuh dan belajar bersama. Ga cuma anaknya yang belajar
jadi gak hanya ibu, peran ayah juga ada di dalam homeschooling ini ya. wah berarti jg gak cocok untuk keluarga kecil saya, apalagi basic saya jg bukan pendidik dan suka gemas sm yg suka ngulang2
Anakku yang masih TK aja ini kemarin membuat kesabaranku di uji dan aku tuh sempat bilang ke pak suami “masya Allah habt guru-guru ini ya kalau di sekolah ngajar anak-anak begini”. Selama belajar di rumahpun kegiatan zoom seperti biasa masuk sekolah. Nanti jam 4 sore belajar lagi agama dan bacaan surat pendek, entah suaraku sudah naik berapa oktaf.
Hahahahah, I feel you, mayoritas orangtua seperti itu sekarang ini, tiba-tiba menjadi penyanyi sopran. Makanya ku nyerah deh kalau homeschooling.
Kemaren sempat terpikir untuk ini mbak. Tapi panjang pemikiran ke home schooling :”) Belum sanggup kayaknya aku hiks. Sepertinya aku seperti mainstream lain di sekolah aja biar anak banyak temannya juga
Sama Cha, anakku Tio ke sekolah karena senang ketemu dan main sama temannya ๐
Menarik juga home schooling ini. Cuma memang butuh kesiapan orang tua dan juga anak dalam menerapkannya. Harus konsisten memfasilitasi anak. Dan ini yang sulit. Apalagi jika kedua orang tua bekerja. Tapi memang hasil dari pendidikan home schooling banyak yang berhasil juga. Karena dari awal fokus ke bakat dan kemampuan anak
Anak bungsu ku dulu sempat mau aku pilihkan home schooling, tapi akhirnya gak jadi. Suamiku yang gak setuju karena aku masih kerja juga waktu itu
kayaknya anak bungsu aaku mau home schooling aja nih, apalagi kondisi pandemi belum jelas. ia baru seharusnya TK tahun ini. maulah belajar banyak dan siap belajar soal ini
Ayo mak Milda, direalisasikan, nanti bisa sharing dengan kami, homeschooling yang mak Milda lakukan.
Aku punya dua anak yang beda karakter & cara belajar. Yang satu antusias belajar di rumah sedangkan yang satu di sekolah bisa ketemu temen-temen. aku minat sih sebenernya sama home scholling tapi masih belajar ngatur waktu dulu semuanya dikerjakan sendiri ( eh gak deh sama suami) hehehe maksudnya gak ada yang bantu
Iya juga sih mak, aku juga sempat mikir gimana persiapan orangtua yang anaknya ingin di ‘homeschooling’ kan.. karena ortu yang utama harus siap mental ya mak
Ini nih yang jadi pikiranku beberapa waktu ke belakang. Kepengen anakku homeschooling aja. Ngelihat keadaan persekolahan di kita yang gak jelas. Takut juga kalo sekarang2 ini masuknya. Covid19 kan masih merajalela. Tapi ternyata bukan solusi ya? Waduh… kudu dipertimbangkan ulang eh kayaknya. Dan satu hal juga yang aku takutkan. Aku takut anak-anak gak bersosialisasi dengan temen2nya kalo ikut homeschooling. Kalo belajarnya sih, aku yakin gak ada masalah. Aku dan bapaknya sudah mulai memperkenalkan ini.
Aku belum bisa homeschooling mba, tapi dengan adanya corona ini jadi pengen tahu lebih banyak tentang HS, sering diceritain Mba Aan Wulandari juga..
aku malah kelewat webinar Rumah Inspirasi yang ini. Udah beberapa kali ikutan event mereka.
Homeshooling jadi topik menarik yaa tapi ga semudah itu juga keluar sekolah formal trus langsung HS. Ada proses deschooling dan sebagainya.
Kalau soal biaya, tergantung gimana HS-nya. Keluarga kami jalanin homeschooling usia dini pakai resource yang ada. Syukurlah tinggal di Jakarta. Fasilitas publik banyak yang oke dan free buat belajar.
Aku mau sih tapi tydac mungkin ๐ karena ada Ugo #alasan. . Nah aku nggak langsung ingin hs makpuh. Aku masih berharap sfh aja kan Kaina masih kelas 1 sd nanti. Kmungkinan aku masih sanggup klo 1 sd hahaa.
Ini masih nunggu pihak skul buat kelanjutan sekolah seperti apa..
Sebelum meng HS kan anak, ortu harus paham betul gimana itu HS ya.
sepertinya ini bukan pilihan yang paling pas untuk aku makpuuuh..tapi tentu saja aku salut dengan mereka yang menjalaninya dengan baik.
Sebelum anakku Mada masuk PAUD, aku sempat mencoba sistem homeschooling.
Ternyata biayanya lebih mahal, karena harus menyediakan materi belajar yg semuanya kudu dibeli dulu (suamiku bukan wong kantoran yg gajihan bulanan, mak hehe).
Ini belum termasuk biaya untuk mengikuti kelas2 bermain bersama komunitas yg berbayar (rata2 tarifnya Rp 100 ribu), supaya Mada tetap interaksi dengan anak2 sebaya. Bayangin dalam sebulan ada 3 kelas bermain. Mayan deh.
Dan akhirnya aku give up. Aku daftarin Mada ke BKB PAUD dekat rumah. Guru2nya oke banget, kegiatan juga banyak sering field trip dan biaya juga murah. Dan yg lebih penting Mada punya banyak teman.
Wah webinarnya mengedukasi sekali ya Makkk. Anak aku juga homeschooling di rumah. Dia sekarang udah 4 tahun tapi memang dari dalam kandungan juga udah aku stimulasi jadi pas usianya 4 tahun juga sama2 stimulasi ama aku di rumah. Banyak juga sih yang nanya kenapa belum sekolah atau mu sekolah kemana. Cuma aku pengen anak aku bebas dulu bermainnya dan stimulasi aja ama aku di rumah hahaha ๐.
Maklum bertahun2 aku ngajar, bertahun2 juga kuliah pendidikan, jadi sekarang lagi momennya aku mendidik anak aku langsung dan belum ada adiknya juga. Jadi masih ada waktu fokus untuk ke 1 anak. Mksud aku, sikonnya aku masih nyaman untuk home schooling anak aku. Doain ya maaaak ๐
Insya Allah, mak Yeni pasti berhasil kelola homeschooling untuk anaknya, karena bisa fokus.
Wow, aku baru nge-draft Mak. Aku pribadi mengakui value yang diterapkan dalam keluarga homeschooler itu bagus. Misalnya tentang menumbuhkan minat, tanggung jawab, membentuk leadership. Namun balik lagi, homeschooling bukan pilihan dalam kondisi seperti sekarang karena bisa jadi kita hanya merasa tertarik sesaat namun belum menyelami sampai dalam makna homeschooling yang sebenarnya. Aku pribadi tidak berniat homeschooling tapi benriat mengambil value dari model pembelajaran berbasis rumah ini.
HS ini emang suatu kebanggaan bagi orang tua yang berhasil ya MAkpuh. Tapi emmang bener butuh kesabaran tingkat dewa dan aku pun ga punya stok itu.
Untungnya anak udah gede, jadi bebas, udah bisa menentukan pilihhan sendiri.
Kalo akuu pribadi ga berminat HS, mendingan menyekolahkan anak pada tempat yang memang sesuai kebutuhannya, emak bapaknya tinggal nyari pundi2, menikmati hidup hiiii.
Gara2 nonton webinar mba Lala kemarin, aku jadi cari tau lebih jauh kurang lebihnya soal HS ini ๐
Sempet terbersit ada wacana sedikit soal HS kan anak2 mengingat kondisi corona sekarang.. Tapi ingat lagi, aku tipe yg stress banget kalo apa2 dikerjakan sendiri di rumah. Belum nulis, belum pekerjaan rumah tangga yg seabrek, ditambah lagi aku kudu ngajar anak2 HS. Duh bisa mati akuu :))
Lagipula suamu kagak bisa bantuin jugak, dia kerja kantoran, aku bakalan kewalahan ngajar sendirian :))
Hahahaha, sama aku pun nggak cocok sama homeschooling ini. Walau pun kalau lihat yang berhasil, jadi pengen.
Selain akunya yang nggak sabaran, anak-anakku tipe yang senang ada di sekolah ๐