Di hujan itu aku melihatmu,
Menatap dingin air yang jatuh.
Kusapa engkau dengan senyumku,
Namun hanya desahan yang terucap.
Di hujan itu aku melihatmu,
Berlari menentang air.
Butir-butir hujan yang menjatuhimu,
menyamarkan derasnya air mata
akankan hujan meluruhkan dukamu ?
ehm.. ini berprosa atau berpuisi apa yang terpikirkan ya madame? :-
ragu dan aku tetap dalam keraguan yang dalam
Wuaa.. baru tahu mak Indah suka berpuisi, tentang hujan pula 😀
Kita sehati, mak 😀
Dear mba Indah..
Ternyata saya ketemu dengan orang yang suka menuliskan tentang hujan juga. Bagi wanita seperti kita, hujan ternyata punya tempat yang istimewa ya. Bedanya saya kurang suka menulis puisi, sejujurnya karena saya tidka begitu bisa hehe. Mungkin lain waktu saya akan mencoba menulis, menulis saat hujan sedang turun 🙂
Jadi ada fotonya juga hehe
Salam
Tina
Aku pernah di teras itu memandangi air yang turun dengan begitu derasnya 😀
Hahaha, ayo datang ke rumah lagi.
aku was-was dengan hujan kalau sekarang mbak 🙂
di “hujan itu” ada sesuatu… link.
SEOnya jalan ini hahahahhaa….
“Dan Kami turunkan dari langit air yang penuh keberkahan lalu Kami tumbuhkan dengan air itu pohon-pohon dan biji-biji tanaman yang diketam.” (QS. Qaaf : 9)
Selalu suka dengan hujan.
asyik juga puisinya …
gua suka kata-kata “Di hujan itu”
cara yang cerdik untuk memulai sebuah puisi …
^_^