Lagi-lagi cerita Pancasila yang tak bisa dilaksanakan tanpa pemahaman sejarah yang benar. Sejarah yang harus diberitahukan, diceritakan atau diajarkan kepada generasi penerus bangsa Indonesia. Siapa yang harus menceritakan? Tentu saja orang-orang tua atau guru, pendidik bangsa. Guru Sejarah, Guru Pancasila atau Guru Seni Budaya karena sejarah bisa diaktualisasikan melalui seni budaya.
Cerita Pancasila di Persamuhan Nasional Pendidik Pancasila
Demikian sekelumit kesimpulan yang saya pahami saat mengikuti Persamuhan Nasional Pendidik Pancasila yang berlangsung awal Desember 2019 lalu di Surabaya Jawa Timur yang digelar oleh Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Bersama Asosiasi Guru Sejarah Indonesia (AGSI).
Dua kali mengikuti persamuhan nasional tentang Pancasila yang diselenggarakan BPIP, saya mendapatkan pandangan baru tentang Pancasila, hubungan/relasi baru dan juga wawasan baru tentang kehidupan berbangsa. Di Persamuhan pertama, relasi baru dari kalangan pembakti desa. Persamuhan nasional kedua ini, selama tiga hari dua malam saya dan teman-teman blogger dari beberapa kota di Indonesia, berinteraksi dengan 500 guru sejarah, PKN dan Seni Budaya dari 34 provinsi Indonesia.
Guru, pahlawan tanpa tanda jasa, ungkapan yang sering kita dengar. Guru adalah panutan yang mengajarkan, mendidik, dan membimbing kita dalam memperoleh ilmu.
Untuk saya, guru adalah profesi yang tidak asing karena almarhumah Mama, seorang guru (SMP dan SMA) hingga pensiunnya di tahun 2005. Mama menjadi guru selama 35 tahun. Setengah bagian kehidupannya didedikasikan untuk mengajar dan membimbing murid-muridnya di dua sekolah di Jakarta Barat.
Makanya, berada di tengah-tengah para guru yang mengikuti persamuhan nasional pendidik Pancasila ini, memori tentang sekolah dan kehidupan Bersama Mama, menyentuh perasaan. Ada saat rasa haru ketika melihat para guru tersebut dengan antusias mengikuti seluruh rangkaian acara, terutama ketika sessi penutupan persamuhan.
Tuntutan Guru di Zaman Sekarang
“Bagaimana Bu Putri bisa mengikuti persamuhan nasional pendidik Pancasila ini?” tanya saya kepada Ibu Putri, seorang guru sejarah di SMU Negeri 1 Jambi, perwakilan dari Provinsi Jambi.
“Selain aktif di organisasi (AGSI) terutama organisasi provinsi, guru yang ingin ikut persamuhan ini harus mengirimkan karya tulis,” jelas Bu Putri.
“Wow, bikin tulisan ya. Tulisan tentang Pancasila pastinya ya, bu,” ucap saya.
Dan, membuat karya tulis ini bukan hal yang susah untuk Ibu Putri, karena beliau senang menulis sejak masa sekolah SMA di Jawa Barat.
“Dulu waktu di Bandung, saya pernah mengikuti pelatihan ngeblog. Saya mau juga jadi blogger,” kata Bu Putri, yang pindah ke Jambi mengikuti tugas suaminya.
Perbincangan kami menjadi akrab karena kami menyukai hal yang sama. Menulis dan membaca buku. Bu Putri bercerita tentang kesibukannya sebagai guru dan kegiatannya mengikuti persamuhan di Surabaya itu. Saya bercerita tentang pernak Pernik dunia blogger.
Dari Bu Putri, saya mendapat wawasan baru bagaimana guru-guru zaman sekarang ini dituntut aktif untuk update dengan dunia pendidikan, aktif berkegiatan dan berorganisasi.
“Makanya saya senang banget bisa terpilih menjadi salah satu peserta persamuhan pendidik ini,” ungkap Bu Putri dengan mata berbinar.
Ya gimana enggak senang ya. Para narasumber yang dihadirkan BPIP adalah tokoh-tokoh yang berkompeten di bidangnya masing-masing seperti Kepala Pelaksana Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. DR. Hariyono, Ibu Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, Budayawan Sujiwo Tedjo, Sejarahwan JJ Rizal dan Iskandar Zulkarnaen, dengan tema persamuhan; Pancasila dalam Narasi, Rasa dan Laku Lampah. Sesuai banget kan ya temanya untuk 500 guru yang hadir di acara persamuhan tersebut.
Guru Menjadi Agen Pancasila
Dalam pengarahannya saat membuka Persamuhan Nasional Pendidik Pancasila, Prof.DR. Hariyono meminta agar 500 guru dari 34 provinsi di Indonesia yang hadir, menjadi perantara, agen Pancasila kepada murid-murid atau siswa siswi di masing-masing sekolah untuk membudayakan Pancasila dan menjadikan cerita Pancasila jadi menarik.
“Melalui para guru, terutama guru sejarah, harus ditunjukkan betapa pentingnya Pancasila dalam memperkokoh bangsa. Dan tanpa pemahaman sejarah yang benar, Pancasila tak bisa dilaksanakan. Untuk itu lalu, Pancasila harus diceritakan dari masa lalu, sekarang dan Pancasila di masa depan,” tegas Prof. Hariyono.
Persamuhan hari ketiga dengan para narasumber yang sudah dinanti-nanti para guru, peserta persamuhan pendidik Pancasila. Ya jarang-jarang kan bisa bertatap muka langsung dengan Ibu Risma, Sujiwo Tedjo dan JJ Rizal. Karenanya, ketika beliau-beliau memaparkan narasinya, semua peserta serius mendengarkan.
Walikota Surabaya Ibu Risma, adalah pemateri pertama. Beliau tepat waktu lho. Datang on time dan 15 menit sebelum tampil di panggung pembicara, sudah siap di dalam ruangan. Dan para guru pun enggak mensia-siakan kesempatan untuk berfoto dengan Bu Risma. Kalau enggak ditertibkan oleh panitia dan pihak protokol Pemerintah Kota Surabaya, mungkin sudah jadi ajang foto-foto.
Menurut Bu Risma, dalam pengenalan dan pembelajaran tentang Pancasila, peran seorang guru sangat besar dan guru harus mampu menarasikan Pancasila dengan menarik agar murid-muridnya tertarik. Guru harus bisa mengajak siswanya merasakan Pancasila di pikirannya dan menerapkan Pancasila dalam tingkah laku atau kegiatan sehari-hari. “Guru dan muridnya harus bisa mengamalkan apa yang diamanatkan Pancasila,” papar Bu Risma.
Untuk itu, lanjut Bu Risma, rasa cinta tanah air harus ditanamkan sejak dini, sejak anak-anak, terutama di masa-masa sekolahnya. Karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa dan jika anak-anak mencintai negerinya, tidak akan menyakiti sesamanya.
Setelah Bu Risma, giliran Budayawan Sujiwo Tejo yang menyampaikan narasinya. Dengan gayanya yang khas, blak-blakan, Sujiwo Tejo sempat mengatakan jika ada yang hilir mudik ke luar masuk ruangan saat ia berbicara, ia tak akan segan-segan untuk mengakhiri pemaparannya. Ia juga tidak begitu suka dengan orang yang sibuk dengan smartphone atau gadget sementara ada orang lain yang mengajak bercakap-cakap.
Dalam narasinya, Sujiwo Tejo mengingatkan para guru, peserta persamuhan nasional pendidik Pancasila, kalau tugas mereka dalam mengamalkan amanat Pancasila kepada siswa-siswanya sangat berat karena di era digital ini, anak-anak bisa belajar dari berbagai media digital terutama belajar dari Youtube.
“Tapi, anak-anak itu enggak dapat berkah dari guru. Belajar dari Youtube ya begitu saja. Sementara dengan guru, murid-murid mendapatkan berkahnya. Ngalap berkah dari guru itu hanya bisa didapat melalui ruang dan tatap muka. Belajar sopan santun itu dari para guru. Begitu pun dengan Pancasila. Kecintaan terhadap Pancasila dan tanah air hanya didapat dari para guru.”
Tak kalah menarik narasi yang disampaikan sejarahwan JJ Rizal. Di Persamuhan Pembakti Negeri, JJ Rizal juga menjadi narasumber.
Di Persamuhan Nasional Pendidik Pancasila, JJ Rizal mengatakan memahami Pancasila itu erat kaitannya dengan belajar sejarah. Belajar Pancasila adalah belajar sejarah. Bagaimana Pancasila itu di masa perjuangan kemerdekaan. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Pancasila sebagai laku lampah bangsa Indonesia.
Guru, terutama guru sejarah adalah kunci dalam pembelajaran Pancasila sebagai ideologi bangsa. Cerita Pancasila harus disampaikan dengan menarik agar murid-murid memahami Pancasila seutuhnya. Karena itulah guru (guru sejarah) harus banyak membaca agar menambah wawasan dalam menyampaikan Pancasila, yang sekarang ini dirasakan sebagai pembelajaran yang berat bagi generasi Alpha.
Kesan yang Mendalam
Terkesan berat ya materi-materi yang disampaikan para narasumber, tapi karena dituturkan dengan santai dan tidak menggurui, para guru tetap antusias mengikuti hingga selesai. Apalagi materi ditutup dengan penyampaian cerita Pancasila dengan gaya mendongeng.
Acara Persamuhan Nasional Pendidik Pancasila 2019 meninggalkan kesan mendalam. Saya lebih banyak lagi belajar kehidupan dari para guru yang hadir, menambah wawasan tentang Pancasila melalui cara pandang para guru. Sampai jumpa di Persamuhan Pancasila yang lainnya.
Sujieo Tejo inspirasiku
Tuntutan guru zaman sekarang semakin banyak ya tapi maklum karena mengikuti zaman juga. Dan benar banget nih, guru memang pantas dianggap sebagai agent pancasila karena dari merekalah (terutama guru sejarah dan PKN) murid2 mengenal pancasila yang menjadi dasar negara kita ini.
Wah bu putri keren ya, mak Indah juga nih. Ada Sujieo Tejo pula, petuah2nya bikin ngangguk2in kepala. Pancasila memang cm ada 5 tp pengaplikasiannya sangat luas dalam kehidupan sehari2
Luar biasa guru2 ini ya mbak.. mau belajar lebih dalam lagi mengenai nilai-nilai Pancasila.
Guru yang ikut acara persamuhan ini sungguh guru yang ingin belajar juga ya Makpuh, seperti Ibu Putri itu.
Blogger Makassar yang ikut tempo hari ketua komunitas blogger kami. Sepertinya dia tak sempat berkenalan dengan Makpuh karena begitu banyaknya orang di sana ya.
Event yang keren. Di zaman kayak sekarang ini, nilai-nilai Pancasila terasa banyak yang hilang ya. Jadinya pastinya tantangan banget buat para guru untuk menyampaikan Pancasila ke anak-anak sekolah. Terpujilah wahai para guru. Tugas yang sangat berat untuk mengajarkan dan menanamkan nilai-nilai Pancasila ke anak-anak sekarang.
Bener, Nia.
Jangankan anak-anak, kita yang dewasa saja mungkin lupa dengan nilai-nilai Pancasila.
Semoga ya para guru nggak bosan membimbing anak-anak.
Sebenernya pelajaran P4 jaman dulu itu bagus, tanpa sadar dengan menghafalkan pasal, meski waktu itu kesannya males banget, tapi efek kesininya jadi bikin makin cinta negeri kita ini. Sedih, kalau lihat generasi sekarang yang di keluarganya pun gak dikenalkan nilai Pancasila, jadi semacam acuh aja dengan segala yang terjadi di negaranya sendiri dan malah lebih bangga dengan budaya negara orang
Nah itu yang dikhawatirkan ya. Semoga para guru nggak bosan-bosan menanamkan nilai-nilai Pancasila ke para siswanya.
woaaa ada bu risma yg hadir dan menjadi pemateri pertama. baik sekali adanya acara ini memang bisa kembali mensosialisasikan jiwa pancasila yg rasanya mulai memudar. peran guru jd utama untuk didik oara generasi muda
Hihihihi, dan Bu Risma jadi rebutan para guru buat foto-foto.
Narsumnya keren banget ini, Bu Risam, Suniwo tedjo dan JJ Rizal..
Kagum dan bangga dengan Bu Risma dan setuju dnegan Sujiwo Tedjo, menuntut ilmu pada Guru itu sekalian ngalap berkah, jadi tatap muka itu masih utama
Juga,pengenalan Pancasila dengan cara menarik seperti persamuhan ini pasti bikin orang makin mengerti tentang seputar Pancasila
Terima kasih buat Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) yang membuat persamuhan Pancasila 🙂
Mengenalkan dan mengajarkan nilai pancasila kepada anak sangat wajib ya Mbak. Dengan begitu diharapkan anak-anak akan terus mencintai Indonesia, saling menjaga satu sama lain, dan berprilaku positif.
Nah ini sepakat banget 🙂
Guru dan orang tua harus bersinergi agar bisa mengenalkan anak mengenai pancasila secara kontinyu.
Anak saya sering banget semangat menceritakan pelajaran baru di sekolahnya, salah satunya tentang pancasila dan saat dia cerita, saya mendukungnya, dengan memberikan contoh-contoh hal yang bisa dilakukan sebagai wujud dari pancasila 🙂
Wah Mbak Rey, senang banget ya kalau anak sudah mengenal dan mengamalkan Pancasila.
Salut untukmu dan si Kecil.
Peran guru sangat penting dalam pendidikan karakter yang selaras dengan pancasila. Sekarang ini seiring kemajuan zaman dan globalisasi, rasa cinta pada budaya sendiri seolah perlahan meluntur. Semoga kecintaan terhadap pancasila dan Indonesia tetap terjaga mbak.
Aamiin.
Cinta tanah air dan budaya sendiri itu sangat penting ya.
Salam Pancasila, Mak Indah. Tepat juga menurut daku guru sebagai agen of change agar nilai-nilai Pancasila bisa lebih mudah dipahami dan diterapkan oleh para siswa.
Bener bener, guru itu agen of change ya.
Baru baca tentang persamuhan, ternyata artinya konggres atau pertemuan ya?
Sangat menarik, terutama berkaitan dengan Pancasila, rumusan yang ngga sederhana
Iya, persamuhan itu pertemuan/kongres, yang mempopulerkan BPIP.
Guru jaman now harus lebih kreatif dan eksploratif lagi ya Makpuh
Supaya bisa menginternalisasikan nilai2 Pancasila pd para muridnya
Nah kan, dirimu sepakat juga toh kalau Guru harus kreatif 🙂
Peran guru memang penting banget untuk mengajarkan tentang Pancasila ya, Mak. Akan lebih bagus juga selain diajarkan oleh guru di sekolah, di rumah juga dilanjutkan pengamalannya oleh orang tua. Jadi generasi anak-anak kita akan bisa jadi generasi hebat berlandaskan nilai-nilai Pancasila.
Setuju, orang tua di rumah juga harus menanamkan nilai Pancasila ke anak-anaknya.
Salam kenal kak
Pengen bgt ketemu bu Risma, Sujiwo Tejo dan JJ Rizal
Nilai-nilai pancasila memang harus terus di tanamkan, yang kalau di rasakan nilainya kian menurun alibat gempuran budaya asing. Salut buat guru sebagai agen pancasila ??
Iya ya, apalagi generasi sekarang yang cepat banget menerima budaya asing.