Cerita Anak SMA : Puisi Cinta

Dari semua tingkat pendidikan yang saya jalani, masa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah masa-masa yang paling tak terlupakan. Karena di masa-masa SMA-lah saya mengenal arti persahabatan yang terjalin hingga saat ini. Masa-masa puber, cinta pertama (yang sesungguhnya?), masa-masa pemberontakan, dan masa-masa penuh prestasi.

Nggak salah deh, kalau ada film Gita Cinta dari SMA. Atau ada lagu Nostalgia SMA, yang saya lupa dinyanyikan siapa. Ada yang tahu?

Salah satu kenangan yang tak terlupakan adalah ketika pertama kalinya masuk SMA. Oh ya, saya bersekolah di salah satu SMA Negeri di wilayah Jakarta Barat. Kala itu, masa orientasi siswa atau dulu disebut ospek sedang melanda SMA-SMA di seluruh Jakarta, bahkan Indonesia kali ya. Ada yang bilang masa ospek itu saatnya pembalasan kakak kelas kepada adik-adik kelasnya, para siswa baru.

Dulu, salah satu acara ospek adalah membuat surat cinta kepada kakak kelasnya. Kalau diingat-ingat sekarang, ih amit-amit deh. Dulu, siswa baru perempuan pasti ngincar kakak kelas laki-laki yang paling ganteng, paling keren, paling tenar seantero sekolah. Begitu juga siswa baru cowok.

Karena tahu, teman-teman bakal ngincer cowok paling keren satu sekolah, maka saya pun menulis surat kepada kakak kelas yang biasa-biasa saja. Waktu itu, supaya tuh kakak kelas nggak merasa geer, saya nggak mau bikin surat cinta untuknya. Saya membuat puisi, kebetulan saya memang senang menulis dari SMP. Puisi yang saya buat ini :

Matahari dan Rembulan

Matahari tawaku
Rembulan senyumku

debur ombak semangatku
desir angin bisikanku

kicau burung ceriaku
laut biru rinduku

semua milikku

Tapi semua tak berarti
kalau kau tak kumiliki

aku rela menyerahkan semua
yang aku miliki

asal kau menjadi milikku

***

Ternyata, saya salah persepsi. Yang saya pikir puisi itu nggak ada artinya, eh oleh kakak kelas yang merasa dirinya “ganteng” itu, dipajang di majalah dinding (mading) sekolah. Yang menyebalkan banget, kala itu kan kita harus bikin nama si penerima surat dan si pengirim surat, ya terbaca dengan jelas dong oleh setiap siswa yang mampir ke mading nama siapa si pengirim surat itu.

Yang jelas, sempat jadi omonganlah teman-teman sekolah dan tentu saja kalau lewat kelasnya si kakak kelas itu, pastilah jadi bahan ledekan. Jadi nyesal tak terkira saat itu, kenapa juga bikin puisi kan puisi itu dianggap curahan perasaan. Kalau pun memang curahan perasaan bukan sama si kakak kelas itu lagi, pengen ngomong seperti itu rasanya saat itu 🙂

Nah, itulah salah satu kenangan semasa SMA. Banyak lagi kenangan yang lain, dan bisa juga jadi bahan cerita untuk menulis cerita pendek, lho? 😀

Oh ya, puisi diatas pernah jadi bahan tulisan di blongnya Om NH Trainer yang terkenal itu lho. Senang banget karena banyak yang suka sama puisi itu.

Notes: pic diambil dari sini

15 Comments

  1. Nh Her September 14, 2012
  2. heri_yeanto@yahoo.co.id September 3, 2012
  3. Zizy Damanik July 26, 2012
  4. Myra Anastasia July 25, 2012
  5. Sary Melati (@saryahd) July 24, 2012
  6. Lidya July 24, 2012
  7. http://catatan-cinta-bunda.blogspot.com July 24, 2012
  8. Rahmi Aziza July 24, 2012
  9. melly July 24, 2012
  10. IndahJuli July 24, 2012
  11. Nchie Hanie July 24, 2012
    • IndahJuli July 24, 2012
  12. Admin July 24, 2012
  13. Admin July 24, 2012
    • IndahJuli July 24, 2012

Leave a Reply