Dari Blogger Jadi Penulis Buku

Blogger jadi penulis buku, memang bisa? Bisa bangetlah. Wong sama-sama kegiatannya menulis kok, hanya medianya saja yang berbeda. Lagi pula, sudah banyak contoh bloger yang sukses menjadi penulis buku. Contoh nyata yang paling fenomenal adalah Raditya Dika. Jangan ngaku jadi bloger kalau enggak kenal siapa Raditya Dika dan enggak tahu awal kisah suksesnya. Coba saja searching di seluruh jaringan mesin pencari, ketikkan kata kunci bloger sukes, nama pemilik blog kambingjantan dotcom (nama blog kemudian diganti menjadi radityadika karena kambingjantan dijadikan buku dam film) di jajaran paling atas. Enggak hanya sukses di buku dan film, Radit juga jadi bloger pertama yang menjadi bintang iklan salah satu bank terkenal di Indonesia.

Dari Blogger Jadi Penulis Buku

Selain Radit, ada juga Trinity Traveler, Alitt Susanto (Shitlicious), Benakribo, Agnes Davonar dan tentu saja Cosa Aranda, bloger yang sukses dengan internet marketing dan Google AdSense. Dan jangan ngaku juga sebagai pakar SEO blog kalau tidak tahu blog CosaAranda ya. Bersama dengan Max Monroe dan Sugengid, mereka adalah bloger yang sukses mendulang uang dari artikel-artikel blognya, lalu cerita keberhasilan mereka itu dijadikan buku.

Oh ya mereka-mereka itu bloger seangkatan dengan saya, bloger jadul yang mengawali kegiatan ngeblognya di era tahun 2000-an. Kalau sekarang sih sudah bertebaran bloger yang menjadi penulis buku seperti Muhammad Assad, Carolina Ratri, Winda Krisnadefa, Nunik Utami, Dewi Rieka, Iwok Abqary, Elisabeth Murni, Aji Sukma, dan banyak lagi.

Oh ya, mereka ini yang mengawali karier menulis bukunya dengan ngeblog. Kalau penulis buku kemudian menjadi bloger, sudah nggak heran. Wong kerjaannya sehari-hari menulis cerita (fiksi atau pun nonfiksi), gampillah nulis di blog itu. Ngetik sambil tutup mata saja sudah jadi satu blogpost.

By the way, kenapa bikin postingan blogger jadi penulis buku sih?

Tadinya enggak kepikiran, tapi karena diajakin sama team Bentangkids untuk jadi salah satu narasumber di Festival Literasi Daring 2020 yang diadakan oleh Bentang Pustaka Group, dan karena mereka tahu kalau saya seorang blogger yang kemudian membentangkan sayap meluaskan jangkauan jejaring dengan menjadi penulis buku, jadilah saya berbagi cerita tentang awal ngeblog dan menulis buku, khususnya menulis buku bacaan untuk anak dan bagaimana seorang bloger jadi penulis buku.

Bisa Banget Lho Blogger Jadi Penulis Buku

Yang penting punya niat dan keinginan untuk menulis buku yang kuat, kuat, kuat. Kalau masih seperempat atau setengah-setengah niatnya, enggak usah saja. Dari pada buang-buang waktu dan pikiran, fokus saja ngeblog yang keren, menjadi bloger mumpuni, inceran para agency dan pemberi job sponsored post.

Kok gitu sih mbakInd? Bukannya pongah atau asal nulis, tapi benaran lho dari pengalaman saya menulis buku secara serius sejak tahun 2011, pasang surut menulis buku itu sudah saya alami berkali-kali hanya karena niat yang tidak serius. Dulu sih alasan tidak serius menulis untuk jadi buku karena masih bekerja di salah satu stasiun televisi nasional, Indosiar.

Dari Blogger Jadi Penulis Buku

Buku antologi dan buku cerita anak solo pertama

Begitu pensiun dini di tahun 2011, saat mau fokus menulis buku, banyak alasan, ngeyelan, dan selalu nanti-nanti dalam mengerjakan draft menulis buku, yang harusnya sekarang ini sudah bisa punya puluhan buku seperti teman-teman bloger yang barengan menulis bukunya, saya baru punya 15 buku solo (nama sendiri dan sebagian besar adalah buku cerita anak). Sebagian lagi (sekitar 9 buku, mencantumkan saya sebagai bagian dari antologi buku cerita).

Awal Mulai Menulis Buku

Saya ngeblog untuk blog pribadi di tahun 2003. Kala itu masih menggunakan blog gratisan dari Bloggercom dan nama blog masih pakai nama panggilan anak, Lily lan Kayla. Blogpost sebagian besar tentang personal, cerita tentang perempuan bekerja dengan dua orang anak yang masih kecil (balita).  Ngeblog tahun segitu sebagian besar memang cerita curahan hati (curhat), belum ada yang namanya paid atau sponsored post.

Di tahun 2004 saya bergabung dengan komunitas bloger pertama di Indonesia, Blogger Family (BlogFam), yang sebagian besar membernya adalah bloger-bloger Indonesia yang tinggal dan bekerja di luar negeri. Hingga sekarang saya masih tercatat sebagai anggota BlogFam, walau forumnya sudah mati suri, padahal dulu tempat yang paling asyik buat bloger berkumpul di duna maya.

Dari BlogFamlah saya memulai awal untuk menulis buku, dengan ikutan lomba menulis cerita yang sering diadakan forum bloger tersebut setiap memperingati hari ulang tahunnya, 6 Desember. Hasil lomba menulis cerita ini kemudian diterbitkan jadi buku, hasil kerjasama BlogFam dengan beberapa penerbit.

Dari beberapa kali ikutan lomba, baru lomba ketiga, cerita fiksi karya saya lolos seleksi untuk dijadikan kompilasi cerita (antologi) dan diterbitkan jadi buku.

Lalu, di tahun 2009, bersama dengan beberapa teman BlogFam, yang sering mengikuti kelas online menulis cerita anak, mendapat tawaran menulis novel anak bertema Little Muslim Explorer dari Penerbit DAR Mizan. Kami ditantang menulis novel anak dengan minimal halaman, 120 halaman cerita dalam waktu 3 minggu.

Awalnya saya ragu bisa enggak. Tapi dukungan dari teman-teman bloger seperti Iwok, Ichen, dan Nunik Utami, saya pun berhasil menuliskan novel tersebut di sepulang dari bekerja. Setiap malam, sekitar pukul 10 malam, saya mengetik naskah cerita. Saya menargetkan diri mengetik selama 2,5 jam (sekitar setengah 12), sudah selesai karena saya perlu beristirahat, tidur, untuk berangkat kerja besok paginya.

Dari kerja keras dan begadang selama tiga minggu itu akhirnya saya punya buku cerita anak pertama yang tercetak nama saya sebagai penulisnya. Indah Juli. Buku Khadijah, Bunda Orang-orang Beriman pun terbit di tahun 2009, kemudian dilanjut terbit novel anak Khalid bin Walid, Panglima Perang Termashyur di tahun yang sama dan dikerjakan juga selama 3 minggu.

Dari dua buku solo itu dan beberapa buku antologi, akhirnya saya memantapkan diri menjadi penulis buku. Ada rasa bangga tersendiri punya karya berbentuk buku. Karya fisik yang bisa dipegang-pegang dan mejeng di toko buku. Gimana dengan ngeblognya?

Tetap dong. Hasil tulisan secara online itu berbeda dengan karya fisik, meski sama-sama membanggakan sebagai orang yang senang menulis. Kalau boleh bilang, karya online itu lebih mendunia, bisa dilihat dari seluruh penjuru.

Tapi  niat menulis buku saya kala itu belum terlalu kuat. Tahun 2013 sampai pertengahan tahun 2017 (hampir 4 tahun), saya sama sekali tidak menulis buku. Ada sih beberapa kumpulan cerita tapi itu naskah-naskah yang sudah lama. Bapak, Mama dan adik saya, Bulan, yang meninggal dunia berturut-turut (3 tahun 3 kematian), membuat saya oleng tak berdaya. Karena tidak punya karya itu, sementara saat itu sedang booming group Facebook Penulis Cerita Anak, saya terlupakan sebagai penulis buku cerita.

Dari Blogger Jadi Penulis Buku

Bersama teman-teman Blogger Ngopi Tiap Pekan Yogyakarta

 

Orang-orang lebih mengenal saya sebagai bloger parenting dan memang saat itu saya lebih senang menulis blog. Ya jujur saja, di tahun 2010, beberapa bloger di Jakarta mulai mendapatkan job untuk menulis blog post bersponsor/berbayar, yang feenya sangat lumayan untuk satu artikel sponsorship. Dibandingkan dengan menulis buku cerita, yang feenya baru bisa kita dapat berdasarkan royalti (per tiga bulan), fee job blog itu, maksimal satu bulan pembayarannya.

Dan saya beruntung mendapatkan job-job blog itu di masa awal bloger bekerjasama dengan agency atau brand. Tapi ya, karena belum ramai yang dapat sponsor post itu (tidak seperti sekarang, yang hampir setiap hari ada tawaran menulis untuk blog) menulis blogpostnya itu beban banget. Jangan sampai hard selling kalau enggak mau dinyinyirin sejagat blogosphere.

Dan agency atau brand juga enggak mau tulisan di blog kita semacam alat jualan mereka. Mereka ingin tulisan memang hasil pengalaman bloger. Nggak jarang, untuk mendapatkan satu tulisan yang benar-benar soft selling, bisa dua atau tiga kali revisi draft. Wajar sih ya, karena agency atau brand sudah membayar tulisan tersebut dengan harga yang layak.

Kembali ke Kittah!

Di tahun 2017, kerinduan untuk menulis buku menggebu-gebu. Adalah teman penulis saya, Tria Ayu dan Nita Chandra, yang selalu mengompori saya untuk menulis buku kembali, apalagi sejak saya tinggal di Yogyakarta, sedaerah dengan mereka.

Kerinduan saya terbalaskan dengan tawaran menulis buku cerita dari Penerbit Bentangkids (buku Fun Cican) dan dari teman sesama bloger, Ayun, yang menjadi Redaktur di Penerbit Diva Press. Di tahun 2018 dan 2019, saya pun punya buku. Tiga buku cerita anak dan 1 buku nonfiksi. Lalu di tahun 2019 juga, saya lolos seleksi Penulis Bahan Bacaan untuk Anak Gerakan Literasi Nasional (GLN) 2019 yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Kemendikbud.

Dari Blogger Jadi Penulis Buku

 

Jadi, kalau memang Sahabat Blogger ingin jadi penulis buku, niatlah yang kuat, jangan setengah-setengah. Sedikit tip dari saya untuk jadi penulis buku (berdasarkan pengalaman).

  • Bergabung di forum menulis buku. Dengan jejaring baru akan menambah wawasan kita untuk menulis buku.
  • Aktif di komunitas bloger dan berteman baik dengan teman-teman bloger lainnya. Saya mendapatkan tawaran menulis buku nonfiksi dari Ayun, seorang travel blogger (yang sering menjuarai lomba menulis wisata), Ayun juga sering mengajak bloger lain untuk menulis buku.
  • Ketika mendapatkan tawaran menulis buku, langsung dikerjakan, jangan pakai nanti-nanti. Saya ingin curhat bagaimana menunda-nunda pekerjaan, akibat nanti-nanti menulis dan mengirimkan draft naskah jadi, kehilangan kesempatan untuk satu buku nonfiksi baru di tahun 2020 ini.

Dan, hanya bisa nyengir sedih, ketika teman-teman penulis buku mendapatkan rezeki tak terduga dari hasil penjualan bukunya yang dibeli oleh pemerintah untuk buku pengayaan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Nilai uang yang fantatis untuk ukuran penulis buku cerita.

  • Harus kooperatif dan bekerjasama yang baik dengan editor ataupun redaktur, karena dari mereka, kita bakal dapat banyak ilmu tentang menulis cerita yang menarik.
  • Jangan bosan untuk belajar menulis karena selalu ada pengetahuan baru bagaimana menjadikan tulisan cerita kita menarik untuk dibaca atau siapa tahu bisa jadi best seller.

Kalau pun tidak tertarik untuk menjadi penulis buku, Sahabat Blogger harus jadi bloger yang mumpuni. Bloger yang inspiratif, dengan menambah wawasan gaya menulis blog yang menarik, bukan copy paste atau pun hasil dari press release.

Bagaimana mau dapat sponsored post seharga blogpostnya Alodita, Diah Didi (Bunda Didi), Inijie, atau pun Diana Rikasari (yang blognya masih bertahan di blog gratisan), kalau kita ngeblog sekadar ikut-ikutan, asal nulis tanpa diolah dengan bahasa semenarik mungkin. Katanya pengen naik kelas jadi bloger papan atas.

 

55 Comments

  1. Dzulkhulaifah May 4, 2020
  2. Eni Martini May 3, 2020
    • Indah Julianti Sibarani May 3, 2020
  3. Rosanna Simanjuntak May 2, 2020
  4. acer May 1, 2020
  5. avis May 1, 2020
    • Indah Julianti Sibarani May 1, 2020
  6. kiky April 30, 2020
    • Indah Julianti Sibarani May 1, 2020
  7. Hidayah Sulistyowati April 30, 2020
    • Indah Julianti Sibarani May 1, 2020
  8. Dian Restu Agustina April 29, 2020
  9. Neti April 29, 2020
  10. Herva yulyanti April 29, 2020
  11. Wiwied Widya April 29, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  12. Lina W. Sasmita April 29, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  13. Damar Aisyah April 29, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  14. Nanik Nara April 29, 2020
  15. Farida Pane April 29, 2020
  16. Nurul Sufitri April 28, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  17. Uniek Kaswarganti April 28, 2020
  18. Rach Alida April 28, 2020
  19. lianny hendrawati April 28, 2020
  20. Ophi Ziadah April 28, 2020
  21. Alix Wijaya April 28, 2020
  22. Akarui Cha April 28, 2020
  23. Dian April 28, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  24. Fenni Bungsu April 28, 2020
  25. Maria G Soemitro April 28, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  26. Ida Tahmidah April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  27. Yeni Sovia April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
  28. Nasirullah Sitam April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 28, 2020
  29. Kartika April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 28, 2020
  30. Emma April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 28, 2020
  31. Nchie Hanie April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 27, 2020
      • Keke Naima April 28, 2020
        • Indah Julianti Sibarani April 29, 2020
        • Nchie Hanie April 29, 2020
  32. Titis Ayuningsih April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 27, 2020
  33. Rudi G. Aswan April 27, 2020
    • Indah Julianti Sibarani April 27, 2020
      • Rudi G. Aswan April 29, 2020

Leave a Reply