Anak Perempuan Kita Beranjak Dewasa? Ini 7 Cara Menemani Perjalanan Mereka!

Kalau ada istilah “like father like son”, maka tentu saja boleh ada “like mother like daughter.” Ya, memang anak perempuan kita itu harus mirip siapa lagi, kalau bukan mirip ibunya, ya kan?

Walau kadang karakter ayahnya bisa jadi lebih mendominasi, tapi kita mesti menyadarilah ya, bahwa anak perempuan itu role modelnya adalah kita, ibunya. Mamanya. Umminya, Bundanya, atau Innanya.

Anak Perempuan Kita Beranjak Dewasa?

Mereka tahu gaya bicara kita, hafal benar sikap kita, juga ingat hal-hal lain yang kelak akan mereka tiru. Tapi, apakah dengan menjadi pengamat terbaik ibunya lalu ia akan menjadi best friend kita? Oh belum tentu. Karena tanpa kita sadari, ada banyak sekali hal yang sebenarnya tidak ingin ditiru oleh sang buah hati, apalagi saat mereka beranjak remaja!

Akan ada banyak sekali perselisihan antara kita dan si anak perempuan, karena pada dasarnya sesama wanita itu memang cenderung lebih merasa terintimidasi antara satu dengan yang lain–bahkan yang statusnya adalah ibu dan anak!

Seperti yang terjadi antara daku dan anak-anak.

Alhamdulillah di rumah kecil kami ada dua anak remaja dan satu anak kecil yang pengen banget cepat gede, pengen jadi remaja, walau enggak setiap saat atau setiap hari berselisih paham, tapi ada aja pemicu yang awalnya ngobrol biasa menjadi debat kusir atau saling mempertahankan pendapat antara daku dan anak-anak.

Misalnya nih, daku itu pengen bangetlah anak-anak bangun pagi itu bangun sendiri, tanpa harus diketok-ketok pintu kamarnya supaya segera bangun. Dipanggil-panggil dari bawah (kamar dua anak remaja di lantai dua), mbok ya langsung nyahut atau jawab; Iya Inna, ada apa?

Sampai berkali-kali dipanggil, boro-boro dijawab, kedengaran pintu kamarnya terbuka saja enggak. Daku yang suka malas naik ke lantai atas, akhirnya merepet-repet di bawah. Nyuruh Tio untuk naik ke atas, membangunkan kakak-kakaknya.

Dan saat mereka turun ke bawah, daku yang mangkel pun melampiaskan kekesalan sambil berpetuah (yang pasti sudah dihapal anak-anak karena terlalu sering dicetuskan, seperti: “Ayam saja sudah bangun dan berkokok untuk mencari rezeki, masa kalian kalah sama ayam!

Atau petuah yang lain; “Anak gadis itu harus bangun pagi-pagi, biar bisa dandan cantik sebelum pergi. Gimana mau dilirik orang kalau enggak mandi, badan bau asem.”

Ibarat kaset yang diputer terus, anak-anak sebenarnya bosan dengan hal itu, tapi daku yang merasa superior dengan status ibu, ya mana peduli dengan kebosanan anak-anak. Jadi deh hal itu menjadi pemicu perselisihan.

Atau hal lainnya yang bisa juga menjadi perselisihan adalah Mandi Pagi! Sepertinya mandi pagi ini enggak hanya problem anak remaja ya, tapi sejuta orang (baik anak kecil, remaja atau orang dewasa).

Tapi, sebagai orang tua, ibu, mama, ummi atau inna, kita lebih ingin jadi orang terdekatnya, bukan? Dan sedapat mungkin menghindari perselisihan?

 

Nah, demi tetap menjadi ibu kesayangan, ini ada 7 cara untuk menemani perjalanan si anak perempuan yang sekarang beranjak dewasa

 

Anak Perempuan Kita Beranjak Dewasa?

1. Mendengarkan

Seperti halnya kita kalau sedang kesal, maka orang lain sebaiknya tidak usah menasihati. Kenapa? Karena yang diperlukan hanyalah telinga yang penuh, tidak yang lain.

Dan anak yang mulai remaja itu banyak sekali kesalnya, karena pengaruh hormon yang membuat mereka jadi moody. Jadi pasang telinga saja, apa pun itu cerita maupun keluhannya. Tidak perlu, atau setidaknya belum, memberi wejangan.

2. Bersikap netral

Kalau sedang mendengarkan, sebaiknya kita juga bersikap netral. Tidak perlu menilai-nilai apakah ini salah dan itu benar, apalagi menghakimi. Apa pun ide-ide, perkataan maupun perbuatannya, adalah sepenuhnya milik mereka yang sedang berada pada fase ekspresif.

Ingat, bisa jadi mereka mendapatkan gagasan “aneh” atau perkataan yang menyakitkan itu dari kita! Biarkan saja dulu, sampai waktunya tiba untuk memberi masukan.

3. Menghargai pilihan

Tidak ada orang yang tidak ingin dipuji, apalagi anak perempuan remaja yang “sok dewasa” yang sedang mengekspresikan diri. Maka lakukanlah.

Hargai pendapatnya bahwa cat kuku semestinya diperbolehkan di sekolah, misalnya. Hargai keinginannya untuk memangkas pendek rambut hitam lebatnya yang terurai indah, meskipun ingin berteriak “jangan” sekencangnya.

Hargai semua, karena dari sanalah mereka belajar banyak tentang berkreasi.

4. Memberi kepercayaan

Seperti pada umumnya anak yang “baru gede”, anak perempuan biasanya akan dengan senang hati memisahkan diri dari kita. Ia akan mulai susah diajak bepergian bersama, dan lebih memilih berada di kamarnya.

Biarkan saja, nggak perlu kepo dan mencampuri kesendiriannya. Beri ia kepercayaan untuk berteman dengan dirinya sendiri, di tempat yang baginya nyaman, tanpa gangguan.

5. Terapkan kejujuran

Karena kita memberinya kepercayaan penuh, mulai dari mengatur kamarnya sendiri, memilih sahabat-sabahat karib sampai naksir teman laki-laki, sampai membebaskan menggunakan gawai pada waktu-waktu tertentu, maka sepantasnya kita meminta mereka untuk jujur.

Kembalilah ke poin 1-4, demi mencapai kejujuran bersama. Buat mereka yakin, bahwa kejujuran mereka akan dihargai tanpa dihakimi, karena kita sudah menganggap mereka layak untuk dipercaya.

Anak Perempuan Kita Beranjak Dewasa?

6. Perlakukan sebagaimana usianya

Sebagai anak yang memasuki fase pubertas, anak perempuan kita bisa jadi mulai merasakan jatuh cinta pada lawan jenisnya. Beri ia kepercayaan untuk menyukai anak laki-laki yang memikat hatinya, tanpa perlu dilarang-larang atau dinyinyirin.

Hormon di tubuhnyalah yang menjadi sponsor atas perilakunya itu, jadi perlakukan ia sebagaimana usianya. Kalau masih susah, coba ingat-ingat gimana kelakuan kita dulu. Barangkali bisa jadi lebih maklum kan?

7. Beri nasihat pada saat yang tepat

Ini sangat “tricky”, memang, apalagi bagi anak perempuan yang beranjak dewasa, yang bawaannya sensitif alias baperan–lagi-lagi karena pengaruh hormon.

Jadi bersabarlah, dan baik-baiklah dalam menentukan waktu yang tepat untuk memberinya nasihat. Biasanya di saat-saat menjelang tidur, atau pada momen berduaan misalnya di salon, kita dapat menyelipkan satu-dua nasihat dan masukan. Bicaralah seringan mungkin, agar terterima dengan lebih nyaman.

Sungguh susah-susah gampang, ya, memiliki anak perempuan yang beranjak remaja. Tetap semangat dan tetap menjadi panutan terbaik bagi mereka, ya!

23 Comments

  1. Dian January 28, 2020
  2. Kyndaerim January 25, 2020
  3. tempatulas.web.id November 25, 2019
  4. Siska Dwyta November 18, 2019
  5. Cilya November 17, 2019
  6. Nyi Penengah Dewanti November 17, 2019
  7. Laksmi November 17, 2019
  8. Ola November 17, 2019
  9. Herva Yulyanti November 17, 2019
  10. artha November 17, 2019
  11. Melissa Olivia November 17, 2019
  12. Arum November 16, 2019
  13. Aulia Rizky Wijayanto November 16, 2019
  14. Andiyani Achmad November 16, 2019
  15. maya rumi November 16, 2019
  16. ainun November 16, 2019
  17. Tian Lustiana November 16, 2019
  18. Lily Kanaya November 16, 2019
  19. Mei November 16, 2019
  20. winda - dajourneys.com November 15, 2019
  21. Ceritaeka November 14, 2019
  22. Sandra Ihwani November 13, 2019
  23. Lisa Maulida R. November 11, 2019

Leave a Reply