Kalau ada istilah “like father like son”, maka tentu saja boleh ada “like mother like daughter.” Ya, memang anak perempuan kita itu harus mirip siapa lagi, kalau bukan mirip ibunya, ya kan?
Walau kadang karakter ayahnya bisa jadi lebih mendominasi, tapi kita mesti menyadarilah ya, bahwa anak perempuan itu role modelnya adalah kita, ibunya. Mamanya. Umminya, Bundanya, atau Innanya.
Mereka tahu gaya bicara kita, hafal benar sikap kita, juga ingat hal-hal lain yang kelak akan mereka tiru. Tapi, apakah dengan menjadi pengamat terbaik ibunya lalu ia akan menjadi best friend kita? Oh belum tentu. Karena tanpa kita sadari, ada banyak sekali hal yang sebenarnya tidak ingin ditiru oleh sang buah hati, apalagi saat mereka beranjak remaja!
Akan ada banyak sekali perselisihan antara kita dan si anak perempuan, karena pada dasarnya sesama wanita itu memang cenderung lebih merasa terintimidasi antara satu dengan yang lain–bahkan yang statusnya adalah ibu dan anak!
Seperti yang terjadi antara daku dan anak-anak.
Alhamdulillah di rumah kecil kami ada dua anak remaja dan satu anak kecil yang pengen banget cepat gede, pengen jadi remaja, walau enggak setiap saat atau setiap hari berselisih paham, tapi ada aja pemicu yang awalnya ngobrol biasa menjadi debat kusir atau saling mempertahankan pendapat antara daku dan anak-anak.
Misalnya nih, daku itu pengen bangetlah anak-anak bangun pagi itu bangun sendiri, tanpa harus diketok-ketok pintu kamarnya supaya segera bangun. Dipanggil-panggil dari bawah (kamar dua anak remaja di lantai dua), mbok ya langsung nyahut atau jawab; Iya Inna, ada apa?
Sampai berkali-kali dipanggil, boro-boro dijawab, kedengaran pintu kamarnya terbuka saja enggak. Daku yang suka malas naik ke lantai atas, akhirnya merepet-repet di bawah. Nyuruh Tio untuk naik ke atas, membangunkan kakak-kakaknya.
Dan saat mereka turun ke bawah, daku yang mangkel pun melampiaskan kekesalan sambil berpetuah (yang pasti sudah dihapal anak-anak karena terlalu sering dicetuskan, seperti: “Ayam saja sudah bangun dan berkokok untuk mencari rezeki, masa kalian kalah sama ayam!
Atau petuah yang lain; “Anak gadis itu harus bangun pagi-pagi, biar bisa dandan cantik sebelum pergi. Gimana mau dilirik orang kalau enggak mandi, badan bau asem.”
Ibarat kaset yang diputer terus, anak-anak sebenarnya bosan dengan hal itu, tapi daku yang merasa superior dengan status ibu, ya mana peduli dengan kebosanan anak-anak. Jadi deh hal itu menjadi pemicu perselisihan.
Atau hal lainnya yang bisa juga menjadi perselisihan adalah Mandi Pagi! Sepertinya mandi pagi ini enggak hanya problem anak remaja ya, tapi sejuta orang (baik anak kecil, remaja atau orang dewasa).
Tapi, sebagai orang tua, ibu, mama, ummi atau inna, kita lebih ingin jadi orang terdekatnya, bukan? Dan sedapat mungkin menghindari perselisihan?
Nah, demi tetap menjadi ibu kesayangan, ini ada 7 cara untuk menemani perjalanan si anak perempuan yang sekarang beranjak dewasa
1. Mendengarkan
Seperti halnya kita kalau sedang kesal, maka orang lain sebaiknya tidak usah menasihati. Kenapa? Karena yang diperlukan hanyalah telinga yang penuh, tidak yang lain.
Dan anak yang mulai remaja itu banyak sekali kesalnya, karena pengaruh hormon yang membuat mereka jadi moody. Jadi pasang telinga saja, apa pun itu cerita maupun keluhannya. Tidak perlu, atau setidaknya belum, memberi wejangan.
2. Bersikap netral
Kalau sedang mendengarkan, sebaiknya kita juga bersikap netral. Tidak perlu menilai-nilai apakah ini salah dan itu benar, apalagi menghakimi. Apa pun ide-ide, perkataan maupun perbuatannya, adalah sepenuhnya milik mereka yang sedang berada pada fase ekspresif.
Ingat, bisa jadi mereka mendapatkan gagasan “aneh” atau perkataan yang menyakitkan itu dari kita! Biarkan saja dulu, sampai waktunya tiba untuk memberi masukan.
3. Menghargai pilihan
Tidak ada orang yang tidak ingin dipuji, apalagi anak perempuan remaja yang “sok dewasa” yang sedang mengekspresikan diri. Maka lakukanlah.
Hargai pendapatnya bahwa cat kuku semestinya diperbolehkan di sekolah, misalnya. Hargai keinginannya untuk memangkas pendek rambut hitam lebatnya yang terurai indah, meskipun ingin berteriak “jangan” sekencangnya.
Hargai semua, karena dari sanalah mereka belajar banyak tentang berkreasi.
4. Memberi kepercayaan
Seperti pada umumnya anak yang “baru gede”, anak perempuan biasanya akan dengan senang hati memisahkan diri dari kita. Ia akan mulai susah diajak bepergian bersama, dan lebih memilih berada di kamarnya.
Biarkan saja, nggak perlu kepo dan mencampuri kesendiriannya. Beri ia kepercayaan untuk berteman dengan dirinya sendiri, di tempat yang baginya nyaman, tanpa gangguan.
5. Terapkan kejujuran
Karena kita memberinya kepercayaan penuh, mulai dari mengatur kamarnya sendiri, memilih sahabat-sabahat karib sampai naksir teman laki-laki, sampai membebaskan menggunakan gawai pada waktu-waktu tertentu, maka sepantasnya kita meminta mereka untuk jujur.
Kembalilah ke poin 1-4, demi mencapai kejujuran bersama. Buat mereka yakin, bahwa kejujuran mereka akan dihargai tanpa dihakimi, karena kita sudah menganggap mereka layak untuk dipercaya.
6. Perlakukan sebagaimana usianya
Sebagai anak yang memasuki fase pubertas, anak perempuan kita bisa jadi mulai merasakan jatuh cinta pada lawan jenisnya. Beri ia kepercayaan untuk menyukai anak laki-laki yang memikat hatinya, tanpa perlu dilarang-larang atau dinyinyirin.
Hormon di tubuhnyalah yang menjadi sponsor atas perilakunya itu, jadi perlakukan ia sebagaimana usianya. Kalau masih susah, coba ingat-ingat gimana kelakuan kita dulu. Barangkali bisa jadi lebih maklum kan?
7. Beri nasihat pada saat yang tepat
Ini sangat “tricky”, memang, apalagi bagi anak perempuan yang beranjak dewasa, yang bawaannya sensitif alias baperan–lagi-lagi karena pengaruh hormon.
Jadi bersabarlah, dan baik-baiklah dalam menentukan waktu yang tepat untuk memberinya nasihat. Biasanya di saat-saat menjelang tidur, atau pada momen berduaan misalnya di salon, kita dapat menyelipkan satu-dua nasihat dan masukan. Bicaralah seringan mungkin, agar terterima dengan lebih nyaman.
Sungguh susah-susah gampang, ya, memiliki anak perempuan yang beranjak remaja. Tetap semangat dan tetap menjadi panutan terbaik bagi mereka, ya!
Bersikap Netral itu yang paling menggemaskan ya mom.. alias suliiiiiiiiiiiiiiit 🙂
Ya ini nih enaknya punya anak perempuan, emaknya jadi banyak yg nemenin. Hehe..
Salam kenal mbak..
Persiapan banget untukku, karena anak udah mau beranjak remaja. Rasanya, sudah deg-degan. Semoga saja nanti aku bisa jadi ibu yang baik untuk anakku.
Anak saya laki-laki sih, tapi boleh juga bih tipsnya diingat, kali aja dianugerahi anak perempuan juga, hehe. Memang menghadapi anak perempun beda ya dengan menghadapai anak laki2. Dan tentunya peran ibu sangat dibutuhkan di sini Apalagi ketika mereka sudah mulai beranjak dewasa
Anak aku nih mba cowo dan lagi beranjak ABG, jd sudah tdk bisa satu arah kalo komunikasi. Harus dua arah dan kita musti seperti sahabatnya
Barokallah bisa jadi panduan buat aku ini Mba Indah kalo ntar punya anak ketika dewasa. Memang menjadi ibu untuk anak perempuan harus lebih waspada ya Mba. semangat!
Benar bgt! yang terkadang sulit adalah memberi kepercayaan.. padahal sebenarnya karena ketakutan kita sendirilah yang menyiksa batin kita
Memberi kepercayaan adalah hal utama yang aku rasa anak perempuan butuhkan dari Ibunya ya mba, thank you sharingnya ya mba
lah kirain aku aja yang tiap pagi suka merepet wkwkwk nih anak-anakku masih pada cimit Mak Injul makanya aku cerewet luar biasa 😀 btw mendengarkan memang itu perlu, anak pertamaku masih kelas 1 SD suka cerita kalau dia naksir kakak kelasnya ya udah aku dengerin aja sampe dia nanya “bunda gmn caranya biar aku berhenti ketawa” karena hatinya gembira wkwkwk
nasehat yg penting dan ibu jg mau mendengar ini penting. biasanya kan ibu ngomel melulu tanpa mau dengarkan alasan dari apa yg dilakukan sang anak
Aku punya anak perempuan, masih batita sih tapi juga kan suatu hari bakal jadi remaja. Artikelnya bagus banget mba, jadi mengilhami saya nanti buat menghadapi anak abg hehehe
Baca blog mba pencerahan banget buat aku nih nanti makasih sharingnya mba berguna banget buat aku yg punya anak gadis
sebagai anak perempuan yang blm menikah 7 hal tadi tepat bgt sih mba. apalagi ketika beranjak dewasa, lingkungan beda, pola pikir makin berubah, lg proses mencari jati diri kata org, saat2 ini ga butuh di judge sebenarnya cm didengar dan dukung aja. kalaupun salah, nanti jga akan belajar sendiri. spy paham mana yg benar dan salah sendiri hihi
masyaaallah mba, amanah yang diemban membesarkan dua anak gadis memang luarbiasa, aku mau hah nyontek pola asuhnya kalo dikasihh rejeki anak perempuan
walaupun anakku yang perempuan baru usia 2 bulan, hihihi ilmunya akan tetep bisa kepake dan diterakpkan ke anak laki juga deh mba di modifikasi sesuai dengan umurnya aja.. mba ini anak 3 perempuan semua, sama loh kaya mamaku, anaknya perempuan semua 3 orang…
tips untuk aku nanti calon ibu-ibu hehehe
iya cewek lebih mudah moody-an ya, aku mencoba memposisikan diriku jika aku masih remaja dulu mungkin akan berperilaku seperti itu
Anaknya makpuh udah gadis – gadis ya cantik – cantik sekali. Iya bener kalau memberikan nasihat memang harus pada waktu yang tepat.
aku bakal save ini kak, supaya nanti ketika anakku udah rada gede aku bisa mencoba tidak menasehati ketika dia sedang curhat, senyum2 bacanya sambil bayangin Glow anakku udah gede nanti
ini persis banget yang dilakukan oleh ibuku ke aku Mba Jul, senangnya saat kita sudah dikasih kepercayaan, mau ke mana aja diizinin karena beliau percaya aku bisa jaga kepercayaannya itu. merasa kita itu dihargai sebagai perempuan dewasa, meski kadang ada satu moment yang kita masih dianggap anak kecil heheheh
wah, terima kasih sekali mbak buat tipsnya, kebetulan anak perempuan aku juga mulai besar nih 🙁 mulai ada jarak dengan saya, padahal dulu pas kecil ga mau jauh dari saya 🙂
Udah gede-gede aja siiiiiih….. Kayaknya baru kemarin masih TK hahaha
Waahh kocak ni konten.. saya membaca dan melihat fotonya sampai membolak mbalik laptop. aaihh.. ntr tak buat foto yang jungkir balik sekalian. wkwkwkkw nice post tanteehhh. aku seumuran dengan anak pertama tanteeh
Uwuwuwuwuuu mbak.. Saya jadi takut Kia cepat beranjak dewasa… Tapi sarannya embak ngena banget ya,, mau saya terapkan nanti kalau Kia sudah ngga balita lagi ikikik. Trimss mbak 😀