Kayla : Inna, kenapa aku nggak boleh lagi fesbukan?
GW: Karena umurmu belum cukup, dan sekarang facebook itu nggak aman buatmu.
Kayla: Kok nggak aman?
—–
Itu sepenggal percakapan saya dengan anak tengah saya, Kayla yang berumur 9 tahun.
Kenapa saya bilang Facebook itu nggak aman? Saya harus berterus terang kepadanya karena tipe anak-anak saya, tidak bisa hanya sekedar dilarang tetapi harus ada alasan, fakta dan realitas dalam pelarangan tersebut.
Awal pembicaraan saya dengan Kayla terjadi ketika saya menerima undangan dari Mas Donny BU, salah seorang penggiat Internet Sehat. Saat saya membaca undangan yang dikirim via email itu, kebetulan Kayla sedang ada disamping saya dan ikut memperhatikan TOR yang sedang saya baca. TOR yang berisi tentang pedofil yang beraksi di dunia online, sosial media terutama Facebook.
Kayla lalu bertanya tentang anak-anak yang ada di TOR tersebut. Saya lalu menceritakan sebagaimana yang ada di dalam TOR. Saat menceritakan itu, saya hanya bisa miris, tanpa tahu harus melakukan apa, kecuali melarang anak saya untuk berhati-hati di dunia online, karena sudah tidak aman lagi, seperti perkiraan saya, di awal-awal mengenal internet.
Mengapa dunia online, dunia maya terutama sosial media sekarang ini sudah tidak aman lagi?
Dalam diskusi yang saya ikuti bersama teman-teman yang peduli dengan keamanan internet untuk anak-anak, diperlihatkan bagaimana satu akun di Facebook di profiling.
Apa maksudnya Profiling? Seseorang yang mengumpulkan data-data terutama anak-anak yang aktif di Facebook, dan bermaksud buruk terhadap anak tersebut. Dan, yang membuat saya shock sebagai perempuan dan sebagai seorang ibu dari 3 anak perempuan, tanpa butuh waktu yang lama, sekitar 30 menit, akun tersebut berhasil mengumpulkan data anak yang diincarnya, dengan sangat detail. Predator online tersebut bahkan berhasil berhubungan dengan sang anak, tanpa diketahui oleh orangtuanya.
Apa yang terjadi dengan anak tersebut?
Anak tersebut mengalami kekerasan seksual di dunia maya. Anak tersebut mengalami pelecehan. Bahkan dalam satu tayangan video yang diperlihatkan kepada kami, seorang anak yang mengalami pelecehan dan kekerasan seksual di dunia maya tersebut, karena tidak tahan menanggung malu akibat foto-fotonya yang “tak pantas” beredar di dunia maya terutama Facebook, ia pun bunuh diri.
Mengapa para pedofil online itu mengincar anak-anak yang berinteraksi di Facebook?
Karena Facebook adalah sosial media yang paling mudah berinteraksi antar sesama pengguna, dan paling banyak yang mengaksesnya.
Dari data yang diberikan kepada kami, dijelaskan Media Tempo, belum lama berselang melakukan investigasi kecil di ranah maya. Dengan menggunakan identitas samaran dengan nama Lisa, anak perempuan berusia 14 tahun, dalam waktu 7 jam, berhasil menarik setidaknya 75 diduga predator online yang menawarkan berbagai aktifitas seksual. Sejumlah aktifitas seksual tersebut semisal chat esek-esek, video chat porno, atau bahkan ada yang terang-terangan mengajak untuk bertemu muka.
Ini nyata, bukan karangan! Dan terjadi di Indonesia. Menurut Komnas Perlindungan Anak, sepanjang 2012 lalu setidaknya ada 27 kasus penculikan anak yang awalnya melalui perkenalan via Facebook. Dan 1 dari 27 korban tersebut, ditemukan dalam keadaan sudah tak bernyawa.
Shock, pastilah, apalagi saya ibu dari tiga anak perempuan yang hidup di era digital natives . Saya tidak memungkiri kalau si sulung kami, Taruli, termasuk aktif berinternet terutama di media sosial seperti Facebook dan Twitter. Walaupun memang ia bersekolah di Pondok Pesantren, yang terbatas untuk berinteraksi di dunia maya, namun ketika ia liburan, kami cukup membebaskan untuk browsing dan online sosial media.
Taruli sudah berumur 14 tahun, meski kami memberikan kebebasan untuknya berinternet, namun kami tidak sembarangan membiarkannya berinternet sendirian. Segala aktivitas dan teman-temannya, kami tahu. Email untuk sosial media pun menggunakan email saya atau Amanya, sehingga setiap ada notifikasi kami ketahui.
Tanpa mengurangi rasa hormat kepada orangtua yang membebaskan anaknya berinternet, membuat akun di Facebook atau sosial media lainnya, mari kita bersama-sama peduli kepada keselamatan anak kita di internet, dunia maya atau online. Mari kita peduli apa yang anak-anak kita lakukan saat berinteraksi di dunia maya. Dan utamanya, benar-benar mematuhi aturan yang telah dibuatkan, misalnya oleh Facebook, yang menetapkan usia minimal 13 tahun untuk bisa membuat akun pribadi. Membatasi penayangan foto anak-anak kita yang bersifat pribadi.
Sekarang ini dunia maya sudah tidak ada lagi bedanya dengan dunia nyata. Internet ibaratnya pedang bermata dua.
Bisa dibilang dunia maya pun tak luput dari kejahatan. Dan kejahatan itu mengincar anak-anak. Kita memang tak mungkin menghindarkan era digital dari anak-anak, karena anak sekarang lebih canggih. Jika kita tak memberi informasi yang dibutuhkan, mereka akan mencari ke teman-temannya.
Orangtualah yang harus peduli terhadap keselamatan anak-anak. Orangtua harus tahu tentang apa yang baik dan tidak baik bagi anak-anaknya. Belajar dari pengalaman orangtua yang anak-anaknya menjadi korban, dan bentuk kepedulian kita terhadap apa yang dialami anak-anak tersebut, mari kita satukan tangan untuk keamanan berinternet bagi anak-anak Indonesia. Jangan tunggu sampai anak-anak kita yang mengalaminya.
Sahabat blogger mau kan peduli terhadap keselamatan anak-anak di dunia maya?
setuju mah sama si teteh 🙂 harus memberi pengetahuan juga sama anaknya supaya si anak tidak merasa di kekang
iya sebagai orang tua harus selalu berperan aktif dalam perkembangan anak, terutama di jaman yang serba modrn kayak ini harus benar” di kontrol
TOP nih mak ulasannya,
ide bagus tuh bikin fb si kecil pakai email kita, supaya kita bisa pantau aktivitasnya *betul banget* ^^
wah trimakasih informasinya mak, saya banyak belajar dan harus mempersiapkan diri kelak jika anak sudah mulai mengerti dunia sosmed.. bermanfaat sekali 🙂
saya juga lagi memikirkan nih mak, ntar kalo thifa udah bisa internetan bagaimana menjaga dia dari kejahatan dunia maya itu. Anak tambah gede kok jadi tambah waswas ya saya
Hihihi, kalau nggak was-was nanti dianggap nggak peduli sama anak lho 😀
Kita nggak bisa menghalangi anak-anak kenal internet, tapi tetap harus diawasi.
saya dan istri termasuk cerewet dg anak-anak yang bersosmed. kita selalu pantau interaksi yang mereka lakukan. mengekang? jelas bukan. ini adalah bentuk lain menumbuhkan kedekatan dg cara sekarang
Setuju, Kang Syaifuddin. Bukan mengekang tapi menyayangi mereka agar jangan sampai menjadi korban.
Setuju, mbak ijul! Harus segera ngingetin adik paling kecil nih..
Yuk, bergandengan tangan untuk kebaikan anak-anak Indonesia 🙂
social media seperti FB dan twit memang harus di waspadai untuk anak di bawah umur karena banyaknya kejahatan jejaring social ini..
Setuju, Tozca. Orangtua harus bijaksana ya.
kalau bukan orang tua, siapa lagi yang filter itu semua ya mak…Bo memang masih 7 tahun, tapi sudah termasuk avid user of internet..selain Fb, YouTube juga perlu diperhatikan mak…walaupun anak saya seneng nonton kartun atau melihat iklan anak2, tetap saja bisa kecolongan. tapi FB memang ngeri, saya sempat lihat beberapa kasus kejahatan yang memang diawali di FB, di Indonesia maupun di luar negeri. Thanks for the warning mak, dan mari kita lindungi anak-anak kita.
Terima kasih sudah sharing ya, Indah Nuria 🙂
Setuju, yuk bergandengan tangan kita lindungi anak-anak 🙂
Aku juga sempat ikuti twit-twit mas DonnyBU, kak.
Benar, aksi predator ini memang nyata. Semoga banyak yang memperoleh pengetahuan akan ancaman ini dan lebih bijak dalam mempersiapkan (dan mempersilahkan) anak-anaknya untuk berinteraksi di dunia maya.
Betul sekali, Nich.
Harus bijak karena kita juga nggak bisa membiarkan mereka tidak melek teknologi kan? Thanks sudah sharing ya.
Melarang atau membatasi anak-anak untuk tidak berhubungan dgn sosial media memang sudah tidak mungkin lagi. Jalan satu-satunya adalah memberikan pendidikan yang baik kepada anak, agar hati-hati dan bijak dalam menggunakan sosial media.
Setuju!
Terima kasih sudah berkunjung ya 🙂
Wah, anaknya yg 14 tahun itu sudah diajari cari duit di internet belum mbak?
hahaha.. jangan dulu ding ya, biar fokus sekolah dulu..
Jitak Ndop :p
Adek punya facebook sih, tp aku set privat biar hy temen2 sekolahnya yg bs ngeadd
Kandang aku cek juga siapa aja yg ngeadd dia, kalau aneh avatarnya aq reject 😐
Kalau dilarang sama sekali, belum bisa..
Di rumah cmn ada mama papa yg udah berumur 😐
Wah iya bener nih. FB harus diawasi juga ya terutama bagi anak muda agar tidak ada yan9 sembarangan
Udah bagus tuh di set privat, karena memang sekarang kita nggak bisa menghalangi anak-anak untuk nggak melek teknologi.
thks utk share ini Mak Injul. Kebetulan Vivi sulungku sebaya Kayla dan dia juga berfesbuk ria. for one and other reason saya memang yg membuatkan dia akun. nah, perlu ini saya perhatikan lebih lanjut pemakaian sosmed utk dia.
Sama-sama, Mak Uniek 🙂
Iya, anak tetap harus kita perhatikan saat berinteraksi di internet karena nggak mungkin juga kita melarangnya nggak kenal internet 😀
innalillaahii…kejadiannya udah sampai Indo ya mak? Dulu jaman frenster, saya pake blog buat share cerita ke temen n sodara. Pas dimigrate krn FSnya mati, terpaksa hrs bny disensor dulu, terutama sama suami.Smp skrg msh suka nyensor, krn cukup bny.
Di belanda, walaupun dulu blm kencang jaman FB, mnrt suami kejadiannya sudah banyak, bahkan cuma dgn gambar n cerita, pedofil jd tau ttg latar blkg anak, jd bisa buat nyulik anak segala. Apalagi sejak jaman socmed makin deras. Saya tdk pernah psg foto anak dgn jelas di fb n blog n ga berani lagi pasang perkembangan anak di blogger. Tapi bbrp tmn n sodara suka nanya2in, knp saya ga mau ditag, knp foto anak ga ada, knp saya minta fotonya dikirim aja ke private email.. Pusing ngejelasinnya, krn dulu kejadian spt yg mba bilang belum umum di Indo. More than that sih, suami maunya privasi lbh terjaga juga. *jd curcol.
Thanks for sharing Vica.
Betul kalau di luar negeri, sudah lebih preventif untuk penanganan masalah keselamatan anak di internet ini.
Ini pelajaran juga buat saya untuk lebih berhati-hati mengekspos anak-anak di internet, dan lebih ketat pengawasannya 🙂
wah,,pengetahuan baru bwtku mak indah,,ternyata sampai sejauh itu yaa,,smoga kita dan keluarga termasuk dalam orang2 yg selalu dilindungi oleh Allah SWT ya mak 🙂 makasih bgt infonya
Sama, aku juga baru tahu saat diundang diskusi kemarin.
Aamiin, aamiin Ya Rab.
Thanks sudah berkunjung ya 🙂
Mengerikan menang Bunda 🙁
bahkan saya yg belum berkeluarga, membayangkannya saja ngeri. Semoga kelak dimudahkan mendidik anak. Mengetahui apapun yang datang pada anak dr sisi mana pun. Terima kasih Bunda Indah.
Aamiin Ya Rabb, sama-sama ya, semoga bisa bermanfaat untukmu nantinya 🙂
dunia maya rumantir, dunia maya yang bikin khawatir
tapi pilih maia apa mulan?
*gubrax*
jiaaah, bhai ih :p
Oh iya, aku ngikuti kultwit Donnybu ttg ini. Mau aku rangkum di blogku tapi udah diblog duluan sama beliau heheheee…. Teman2 FBku banyak yg naif. Anak2nya masih kecil2 punya akun FB dg alasan supaya komunikasi keluarga jalan terus dg cara gaul. Menurutku socmed itu bukan utk komunikasi keluarga tp utk kegiatan sosial. Komunikasi keluarga seharusnya secara langsung. Belum lagi yg posting foto2 anaknya lagi mandi telanjang dg alesan lucu, seakan di FB isinya saudaranya semua. Ada lagi yg berpikir anak kecil cowok telanjang itu wajar saja. Hadeh
Hiks 🙁
Sekarang ini memang yang perlu dikasih informasi adalah orangtua, karena anak-anak hanya menikmati fasilitas yang diberikan orangtua.
Kemarin dalam diskusi juga ada yang bilang seperti dirimu, Lusi. Masih banyak orangtua yang beranggapan kalau hal-hal yang lucu itu bisa disharing sekadarnya 🙁
Thanks sudah berbagi informasi ya.
setuju mba Indah, anak saya 12 tahun, belum saya ijinkan ber FB an, satu2nya alat komunikasi yg boleh dipakai ngobroldg teman hanya line 🙂 itu jg sy sidak temannya. Alhamdulillah dia gak protes, setelah saya jelaskan bahwa dia belum cukup dewasa. Lihat youtube sukanya jg masih film kartun disney. Semoga anak2 kita selau terlindungi dari hal2 negatif internet ya mba
Aamiin Ya Rabb.
Thanks sudah sharing ya, Lina 🙂
menarik dan sangat perlu dibaca bagi orang tua sibuk macam kakak saya sendiri nih mak indah.krn anaknya yg kelas 4 udh minta dibuatkan akun facebook sama sama..cuma saya tolak karena saya rasa terlalu bahaya bagi anak2…memang sih jaman sekarang ga keren kalo anak2 ga apdet..tapi ya harus dilihat dl juga seberapa perlunya mereka mengenal dunia maya terutama di jejaring sosial facebook…
Betul, era digital natives gini nggak bisa juga anak nggak kenal internet, apalagi di sekolah ada pelajaran TIK.
Dan bukan hanya tugas guru, tetapi juga tugas orangtua untuk tahu tentang keselamatan anak di internet.
Thanks sudah sharing ya 🙂
Mak Indah… makasih informasinya ya, harus lebih berhati2 lagi.
Sama-sama, senang bisa bermanfaat untuk para orangtua 🙂
orang tua memang harus tanggap situasi dan bijaksana, kasihan masa depan anak-anak di pusaran jagad edan sekarang ini…..
Benar, Mas Nanang.
Walau anak anteng di rumah, kita tetap harus waspada apa yang dilakukannya di dunia maya, jangan sampai kita kecolongan 🙂
Anakku baru berusia 3,5 tahun sekarang, untuk saat ini media televisi dan internet saya putuskan karena dikuatirkan tayangan-tayangan negatif akan mempengaruhi pola pikir mereka nantinya. Kasus pdefolia yang semakin meningkat belakangan ini menunjukkan bahwa tingkat keamanan berinternet semakin rentan. Langkah preventif pemblokiran IP tidak bisa lagi dilakukan karena media yang digunakan untuk melakukan kejahatan adalah facebook, ngga mungkin kan kita ngeblok IP facebook? Ya sebenarnya mungkin aja sih, sama seperti apa yang dilakukan oleh China. Tapi apa iya pemerintah kita berani??? So, langkah paling mudah adalah memblok mereka untuk mengakses akun-akun social media. Salam hangat dari Blogger Borneo… 🙂
Salam hangat juga mas Yudi 🙂
Setuju, seminimal mungkin membatasi anak kita yang di bawah umur untuk berinteraksi di dunia maya tanpa bimbingan dan pengawasan kita.
Serem ya, Mbak -_-
Anak2ku dulu juga punya FB untuk main game yg terkenal itu loh. Terus temenannya sama temen2ku juga (ibu2). Tapi kadang2 status orang dewasa tidak pantas dibaca dan diketahui anak-anak, sementara status itu muncul di news feed mereka. Itu saja sudah salah, apalagi para pedofil itu 🙁
Akhirnya aku bekukan akun FB mereka. Umur 13 th pun, melihat kondisi sekarang, belum tentu kukasih. Unggah ungguh foto pun kubatasi dan kudelete secara berkala. Pengennya sih bener2 gak ekspose anak2 di socmed, tapi beberapa keluarga hanya bisa terhubung lewat FB. Beberapa hari ini aku malah berpikir untuk tutup akun socmed dan pure ngeblog aja kaya dulu. Tapi kayaknya gak mungkin, bisa-bisa disembur sirih setruk 😀
Iya serem, Sary.
Makanya sekarang aku menutup akunnya Kayla, apalagi dia itu suka dengan KPop kan, wuih khawatirnya berlipat-lipat.
Hahaha, karena pekerjaan kita berhubungan dengan digital, ya susah dong kalau tidak bersosial media, cuma membatasi dengan hal-hal yang penting kali ya 🙂
Setuju bund… dunia nyata dan dunia maya kini seperti tidak ada bedanya… dan anak seusia Kayla jangan dulu diijinkan mempunyai akun facebook… yah kita lihat dg data2 dan fakta yang ada, mengerikan.
Yup, Tuteh, benar.
Thanks sarannya, aku sudah membatasi Kayla berinteraksi di sosial media 🙂
Ow.. jadi ini ada acaranya ya? Berturut-turut aku baca artikelnya mas Donny, trus mba Ainun, eh sekarang ada dari mba juga. Akhirnya sampai juga kesini ya. *sigh*
Bismillah, tugas ortu untuk terus belajar!
Benar, orangtua harus terus belajar walau tidak ada sekolah untuk menjadi orangtua 🙂