Kami Akan Selalu Mencintaimu, Mbah Kung

Hai dunia, bagaimana kabarnya menjelang akhir tahun ini ? Di penghujung tahun 2005, tepatnya tanggal 20 Desember pukul 08.30 di Jetis Pasiraman, Yogyakarta Kota, Daerah Istimewa Yogyakarta, telah berpulang Bapak dan Mbah Kung kami, M. Kusnan Hanafi.

Ini merupakan akhir perjalanan Mbah Kung di dunia fana, setelah menderita sakit kanker kandung kemih selama dua tahun. Meski sempat dioperasi di Rumah Sakit Panti Rapih, Yogyakarta, dan menjalani kemoterapi, tetapi Allah SWT lebih menghendaki Mbah Kung kembali ke haribaanNya.

Kami sekeluarga (Mbah Uti, Ayah + Ibu + Lily + Kayla, Bulik Santhi, dan Om Yan) ikhlas dan tabah karena ini merupakan yang terbaik buat Mbah Kung. Apalagi saat lebaran kemarin, Mbah Kung sudah memberikan pesannya bahwa apapun yang terjadi, kami harus selalu satu dan tidak boleh saling menyakiti. Mbah Kung juga mengatakan terutama buat Mbah Uti, hidup harus tetap berjalan dengan atau tanpa Mbah Kung.

Cuma satu yang bikin Mbah Kung menangis, beliau tidak bisa menggendong-gendong de’ Kayla dari lahir hingga de’ Kayla berumur satu tahun. Dan mungkin Mbah Kung saat itu sudah punya feeling, berkata gak bisa mendampingi cucu-cucu hingga dewasa.

Meski baru 7 tahun menjadi anak Mbah Kung, buat Ibu banyak kenangan yang tak terlupakan terutama jika kami pulang ke Yogya, Mbah Kung dengan si pitungnya (honda jaman dulu..he…he..) selalu menjemput kami baik di Stasiun Tugu atau Bandara Adi Sucipto. Ini selalu dilakukannya bahkan pada saat beliau sakit (sebelum masuk ke rumah sakit). Sementara buat Kak Lily, sebagai cucu pertama Mbah Kung, cinta kasih Mbah Kung tak terhingga. Mbah Kung tidak pernah marah, selalu membangga-banggakan cucunya, bahkan menyisir rambut dan menyuapi Kak Lily, Mbah Kung jagonya.

Mbah Kung menderita kanker kandung kemih sudah sejak dua tahun yang lalu. Awalnya Mbah Kung tidak bisa buang air kecil, waktu diperiksa ke rumah sakit dikatakan Mbah Kung menderita prostat. Saat itu Mbah Kung sudah disuruh untuk operasi tetapi Mbah tidak mau malah memiliki pengobatan alternatif. Ternyata pengobatan alternatif itu tidak berpengaruh buat Mbah Kung (ada orang yang cocok, ada yang tidak). Karena ternyata pengobatan itu malah membuat racun baru pada tubuh Mbah Kung sehingga penyakitnya sudah menyerang paru-paru.

Akhirnya setelah Mbah Kung berobat selama setahun di alternatif dan diyakinkan untuk operasi, maka pada bulan Maret Mbah Kung dioperasi kandung kemihnya. Untuk memulihkan kesehatannya, dokter meminta dilakukan kemoterapi, entah bagaimana kemoterapi itu malah membuat ketahanan tubuh Mbah Kung berkurang. Mbah Kung yang berat badannya tadinya 65 kilogram, kemudian saat sakit 50 kg, pada saat lebaran kemarin hanya 32 kg ! Bayangkan betapa kurusnya Mbah Kung.

Karena tidak tahan dengan kemoterapi, Mbah Kung tidak mau menjalaninya lagi padahal tinggal 2 kali kemo. Sejak itulah, kesehatan Mbah Kung semakin menurun namun Alhamdulillah hingga menjelang kematiannya, Mbah Kung tidak pernah koma bahkan mampu mengucapkan syahadat sebelum meninggal dunia.

Seperti kata Mbah Kung, hidup mesti berjalan namun kenangan Mbah Kung tetap tak akan terlupakan hingga akhir jaman. Selamat jalan Mbah Kung, cinta kami menyertaimu. Ya Allah, tempatkanlah Mbah Kung ditempatmu yang terbaik dan semoga amal ibadahnya semasa hidup Engkau terima. Amiin.

Leave a Reply