Cita-cita Anak Sekarang? Menjadi Youtuber

Apa cita-cita/impian anak Generasi Z, generasi internet sekarang? Menjadi Youtuber!

“Setiap manusia memiliki mimpi. Ada yang mengejar dan mewujudkannya. Juga ada yang mundur dan membuangnya. Ada pula yang diam dan hanya menyimpannya sepanjang sisa hidupnya.” 
― Okke SepatumerahCinta Pertama

Coba ngacung, yang baca postingan ini, yang punya anak, adik, adik pacar, adik gebetan, keponakan, atau cucu tercinta, yang lahir dari tahun 1995 sampai 2014, yang punya impian atau bercita-cita menjadi Youtuber? Bahkan mungkin, sudah ada yang coba-coba untuk menjadi Youtuber cilik.

Jangan bilang nggak paham Youtuber itu apa. So last year year year banget. Malu sama gadget yang canggih dan keren, kalau nggak tertarik sama Youtuber-Youtuber yang sering wara-wiri di channel video milik mesin pencari raksasa, Google Inc.

Katanya, manusia itu wajib memiliki cita-cita, impian. Jadi, kalau anak, adik, keponakan, cucu, bercita-cita ingin menjadi Youtuber, biarin saja. Kalau perlu cita-citanya setinggi mungkin misalnya menjadi Youtuber terkenal seantero jagat. Seperti Tiominar, si bungsu kami.

***

 

Tentang Mimpi

“Impian itu seperti sayap. Dia membawamu pergi ke berbagai tempat. Kurasa, mamamu sadar akan hal itu. Dia tahu, kalau dia mencegah mimpimu, itu sama aja dengan memotong sayap burung. Burung tersebut memang nggak akan lari, tapi burung tanpa sayap sudah bukan burung lagi. Dan manusia tanpa mimpi, sudah bukan manusia lagi.” 
― Windhy PuspitadewiLet Go

 

Youtuber Cilik

Calon Youtuber

 

Ini cerita tentang Tiominar, umur 8 tahun, kelas 3 SD.

Sepertinya daku udah sering deh, pamer di sosial media, sedikit cerita di blog ini, kalau Tio bercita-cita ingin jadi seorang Youtuber. Bahkan nih, katanya, saat berulang tahun ke-8 tanggal 18 Juni 2017 lalu, dia berdoa dan berharap supaya bisa punya smartphone dan kamera sendiri. Biar bisa bikin vlog tanpa minjam handphone Amma, Inna, pinjam kamera kakak Tiur, atau pinjam kamera DSLRnya mbak Lily.

Seperti kutipan dari Windhy Puspitadewi di atas, kala Tio mengutarakan cita-citanya, walau cuma mesem-mesem saja, daku mengaminkan dan berjanji tidak akan mencegahnya. Karena, manusia tanpa mimpi, sudah bukan manusia lagi, seperti halnya burung tanpa sayap.

Sebagian besar, mungkin ya, anak-anak Generasi Z bercita-cita menjadi Youtuber. Beberapa teman daku yang punya anak seumuran Tio, ternyata ingin jadi Youtuber cilik juga. Di antara mereka malah sudah ada yang dibuatkan channel video sendiri/pribadi oleh orangtuanya.

Kalau daku? Nah, ini yang galau. Sampai sekarang belum berniat bikin, walau Tio sudah nagih terus-terusan sampai kuping rasanya pengeng. Bahkan daku pernah curcol di Instagram dan Facebook, beberapa komentar menyarankan untuk membuatkan Tio channel sendiri.

 

Cita-cita Anak Sekarang? Menjadi Youtuber

Menjadi Youtuber rasanya bukan hanya impian anak-anak seumuran Tio. Orang dewasa, anak remaja, kawula muda, banyak juga yang pengen jadi Youtuber. Lihat saja dengan banyaknya channel Youtube yang bermunculan dan ratusan channel Youtube sudah menangguk rezjeki dan terkenal dengan konten-konten kreatifnya.

Daku sendiri, kalau internet lagi lancar jaya, nyaris setiap hari mantengin Youtube. Buat dengarin musik, atau video-video inspiratif yang berhubungan dengan dunia digital.

Sedangkan Tio itu kalau lagi libur sekolah, dan saya bolehin main internet, pasti juga lihat Youtube. Kalau nggak Minecraft, ya dia nonton vlog-vlog dari Raditya Dika, Agung Hafsah, dan lain-lain.

Tio malah jarang nonton video dari Youtuber cilik. Cuma satu yang sering dia tonton, yang memang udah terkenal seantero jagat Youtube, yaitu kakak beradik Lifia dan Niala. Tahu mereka kan? Browsinglah kalau nggak ngeh. Pakai kata kunci Youtuber anak atau Youtuber cilik, artikel tentang mereka berdua masih terus bertengger di halaman satu (Page One) Google.com

 

 

Youtuber Adalah Profesi

Menjadi Youtuber sepertinya sudah jadi profesi yang menggiurkan atau menjanjikan. Seperti Lifia dan Niala itu, dari hasil browsing daku, satu konten video mereka bisa menangguk rupiah sampai Rp 50 juta-an. Uang semua itu, bukan daun.

Tapi itu kan hasil sekarang. Ada proses dan perjalanan panjang dari ide awal sang bapak dari Lifia dan Niala ini, yang membuatkan konten-konten video anaknya. Tidak jauh dari keseharian anak-anak lainnya, seperti membuat mainan, pelajaran sekolah, dan lain-lain.

Jujur sih, Tio tertarik untuk jadi Youtuber karena pengen terkenal, dan banyak uang tentunya. Hahahaha, anak-anaklah.

“Kalau aku sudah jadi Youtuber, nanti kalau videonya bagus, trus terkenal, trus banyak dapat uang.”

“Weh, adik Tio pengen jadi Youtuber karena pengin banyak uang? Ya nggak gitu jugalah,” kilah mamak-mamak sok bijak.

“Kalau aku punya uang banyak, kan Inna senang juga. Udah nggak perlu cariin uang buat aku dan kakak-kakak lagi.”

Hihihihi, ya nggak gitu juga sih, Dik. Tetaplah tugas orang tua untuk mencukupi anak-anaknya *cuci muka, ambil wudhu*

Terkenal, banyak uang. siapa yang nggak mau?

 

Perlukah Anak-Anak Punya Channel Youtube Sendiri?

Lifia dan Niala itu punya channel Youtube sendiri yang dibuat anak atas nama orang tuanya. Karena Google punya aturan tersendiri untuk persyaratan memiliki akun personal yaitu berumur 13 tahun ke atas. Kecuali, Akun Google yang dibuat di Family Link untuk anak-anak berusia di bawah 13 tahun

Karena alasan itulah, daku belum niat membuatkan channel pribadi untuk Tiominar. Belum terpikir juga untuk membuat Family Link, karena merasa belum waktunyalah Tio untuk punya akun sendiri.

Daku juga belum tahu tema konten yang seperti mana yang bagus untuk Tio. Karena nyaris semua konten Youtube anak-anak, ya kalau nggak tentang hobi, dan mainan. Malah ada yang nggak sesuai dengan umurnya, ngebahas soal makeup. Memang sih makeup buat anak kecil.

Tio itu belum ketahuan hobi yang diseriusin apa. Sekarang lagi senang berenang dan naik sepeda. Kemarin sempat heboh dengan slime, squisshy, juga spinner.

Kalau bahas pelajaran, ya Tio anaknya biasa-biasa saja. Kadang males belajar, kadang rajin, tergantung ada ulangan atau tidak.

Sebenarnya berguna nggak sih kalau anak seumuran Tio punya channel Youtube biar jadi Youtuber yang mumpuni?

 

Youtuber Cilik

Syuting Ala-ala

 

Amankah Bagi Anak-Anak untuk Punya Channel Sendiri?

Dari komentar teman-teman di Instagram saat saya mengupload video yang direkam Tio sendiri, nyaris sebagian besar mendukung untuk membuatkan channel Youtube untuk Tio. Beberapa di antaranya memberikan komentar seperti ini:

  • Daripada dilarang, trus main belakang, lebih baik dibuatkan channel sendiri. Mamanya yang moderasiin, sekaligus konsultannya, jadi terkontrol.
  • Kalau ingin buat channel video untuk anak, sebaiknya email terpisah atau email yang berbeda. Karena jika ada masalah, tidak mengganggu email utama.
  • Dengan membuat channel Youtube, anak tidak hanya sekedar main smartphone untuk hal yang nggak penting, tapi bisa jadi challenge untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti vlog sederhana tentang lagu atau mainan kesukaan.
  • Kesempatan nggak datang dua kali, mumpung lagi pengen dibuatkan saja. Siapa tahu nanti saat remaja malah bosan dan malas (hahahah ini sih jangan sampai ya)

Satu hal lagi yang agak jadi pikiran buat daku, khawatir dianggap mengekspos anak kalau masih seumuran Tio udah punya sosial media. Belum lagi banyaknya masalah yang menyangkut keselamatan anak-anak. Dilema sih.

Tapi menurut temanku, Nunik, jangan pedulikan omongan orang yang nggak penting. Selama niatnya baik dan dikelola dengan baik, Insya Allah aman.

Jadi semangat deh mau buat channel Youtube untuk Tiominar. Biar anaknya bisa kreatif, nggak hanya nonton channel orang saja 🙂

 

Beberapa Tip untuk Menjadi Youtuber

Dari hasil browsing, berikut ini kesimpulan beberapa tip kalau mau jadi Youtuber yang konten-kontennya menarik dan ditonton banyak orang, juga banyak yang subscribed

 

Cita-cita Anak Sekarang? Menjadi Youtuber

 

1. Buat konten yang menarik

Seperti konsep videonya seperti apa, temanya, nama channelnya. Sebagian besar dari kita yang menonton Youtube pastilah butuh hiburan dan ingin tahu, ingin belajar, mencari solusi dari masalah, dan kalau bisa, mencontoh apa yang sudah didapat.

Buatlah konten berdasarkan apa yang banyak dicari orang, disukai orang. Misalnya tentang mainan anak-anak. Tema ini nggak ada habisnya, tapi biar banyak yang nonton, harus dibuat menarik dan kreatif. Berbeda dari video tentang mainan yang sudah ada.

 

2. Durasi pendek dulu

Kalau masih amatir, buat video dengan durasi pendek. 10 menit, misalnya. Karena di atas 10 menit, orang bisa bosan.

 

3. Perhatikan pencahayaan

Karena video itu merupakan gambar yang bergerak, unsur pencahayaan sangat penting. Sayang kan kalau karena kurang cahaya, videonya blur dan tampak jelek karena tidak terang?

Apalagi kalau pakai kamera smartphone. Secanggih apa pun, masih tetap butuh pencahayaan yang baik. Kalau mau serius menjadi Youtuber, yang beli lampu atau sumber cahaya yang profesional.

 

4. Edit!

Setelah merekam video, jangan lupa diedit dulu, jangan langsung diupload.

Editing diperlukan agar menghasilkan video yang menarik, sesuai konsep dan tema. Saat editing kan bisa ditemukan hal-hal yang tidak penting atau kalau kurang menarik. Bisa juga ditambahkan suara atau properti lainnya.

Yang pasti, untuk musik atau latar suara sebaiknya ambil yang disediakan Youtube, yang free, biar nggak melanggar hak cipta.

Jangan lupa buat judul dan deskripsi video yang sesuai, biar mudah ditemukan di mesin pencari.

 

5. Update!

Penting banget lo membuat video secara reguler atau minimal setiap hari ada video baru di channel Youtube kita. Karena, semakin sering kita menyajikan video-video baru, kalau udah punya subscriber, akan ditunggu video barunya.

 

6. Bantu share!

Biar video anak kita dikenal, jangan lupa dibagikan di sosial media yang kita miliki. Wajib banget ini sih ya, hehehe. Sharing di Facebook, Twitter, Instagram, Path, dan lainnya.

Katanya, berbagi di media sosial ini bisa menambah viewers channel Youtube, dan siapa tahu anak kita jadi dikenal sebagai Youtuber cilik.

 

7. Tonton yang lain juga

Yang penting lagi nih, jangan hanya nonton channel sendiri. Tapi juga berkunjung atau subscribed channel orang lain, untuk menambah pertemanan dan tentunya juga networking.

Bisa juga jadi inspirasi buat video kita lo.

 

“Children aren’t coloring books. You don’t get to fill them with your favorite colors.” 
― Khaled Hosseini

 

Jadi, jadi, sudah buat channel Youtube sendiri buat Tio?

Hahaha, belum. Masih males ini.

Sudah niat sik, tapi nanti sajalah. Matengin dulu konsepnya, biar menarik kontennya.

Teman-teman pembaca ada yang sudah punya channel Youtube atau yang punya anak, cita-cita anaknya apakah menjadi Youtuber juga? Sharing dong bagaimana mengelola konten Youtubenya 🙂

25 Comments

  1. pulau pantara June 5, 2018
  2. Omali October 26, 2017
  3. Liswanti August 19, 2017
  4. widcah August 18, 2017
  5. Tukang Jalan Jajan August 12, 2017
  6. Aji Sukma August 11, 2017
  7. ungayossydotcom August 11, 2017
  8. Bibi Titi Teliti August 11, 2017
  9. kirim dokumen aman August 11, 2017
  10. Ayun August 10, 2017
  11. Inayah August 10, 2017
  12. Rane August 10, 2017
  13. Stephanus Christiono August 10, 2017
  14. rachma August 10, 2017
  15. herva yulyanti August 9, 2017
  16. lianny hendrawati August 9, 2017
  17. HM Zwan August 9, 2017
  18. Wijaya Kusumah August 9, 2017
  19. Ika Puspitasari August 9, 2017
  20. Irly August 9, 2017
  21. Nasirullah Sitam August 9, 2017
  22. Fanny Fristhika Nila August 9, 2017
  23. Hastira August 9, 2017
  24. Tanti Amelia August 8, 2017

Leave a Reply