Kalau saya sih sudah pasti setuju, karena sudah merasakan bagaimana networking atau hubungan dengan orang lain/organisasi/lembaga itu membawa berkah dan kemudahan dalam setiap kegiatan atau hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan sekarang ini, yaitu menulis dan media sosial. Bahkan ya dalam mewujudkan mimpi kita, perlu lho membangun hubungan yang luas, karena dalam mewujudkan mimpi itu kita terkadang butuh bantuan orang lain, relasi, teman, saudara, atau lingkungan sekitar.
Networking Adalah Asset Bagi Saya
Sedikit cerita mengapa networking itu adalah asset. Di minggu kedua bulan Juli, tepatnya hari Sabtu tanggal 14 Juli 2018, saya menjadi narasumber di Kelas Penulisan Media Sosial yang digelar oleh Komunitas Perempuan BPS Menulis (account IG: @perempuanbpsmenulis) dengan media diskusi di WhatsApp Group komunitas tersebut. Ada sekitar 250 orang member group tersebut. Sempat shock juga saya melihat banyaknya anggota di WAG tersebut. Khawatir, kalau diskusi tidak menarik buat kelompok menulis tersebut.
Menjadi narasumber di Komunitas Perempuan BPS Menulis tersebut sebenarnya ketidaksengajaan. Adalah Nurin Ainistikmalia,ย member Emak Blogger yang menjapri saya di WhatsApp meminta bantuan untuk merekomendasikan orang yang layak menjadi narasumber untuk komunitas menulis yang digagasnya.
“Mbak Indah, maaf ganggu via japri, mau tanya punya rekomendasi ย untuk mengisi kelas untuk seluk beluk kepenulisan di dunia medsos?”
“Seminar online?” tanya saya.
“Iya, seminar daring untuk memperbaiki wajah BPS di dunia medsos.”
Saya kemudian memberikan Nurin beberapa nama untuk menjadi calon narsum di kelas penulisannya. Dari obrolan itulah saya tahu tentang Komunitas Perempuan BPS Menulis, kegiatannya dan mengapa diadakan kelas-kelas penulisan daring tersebut.
Singkat cerita, karena berbagai hal dan jadwal sudah terencana dengan baik, akhirnya Nurin meminta saya untuk menjadi narasumber kelas penulisan media sosial dengan tema: Media Sosial dan Peranannya.
Saat Nurin menyodorkan tema tersebut, saya sempat kaget karena merasa temanya terlalu berat buat saya yang bermedia sosial sesuka hati, atau bisa dibilang bermedia sosial ala emak-emak yang jarang terencana.
Tentang Saya di Media Sosial, Yuk Dibaca Juga
Sempat cerita sama Mas Iwan, katanya, lah selama ini kamu ngapain di media sosial, enggak belajar? Kalau kurang ilmu, pergi ke perpustakaan, cari bahan bacaan. Huuh! Nggak nolong banget solusinya. Sedangkan teman baik saya yang di Perancis, mengirimkan berbagai bahan sumber bacaan. Dalam bahasa Inggris. Hell yeah!
Jujur saja, saya sempat nggak pede dengan tawaran ini, karena baru pertama kalinya saya sharing di WhatsApp Group, secara online. Biasanya offline, tatap muka, bertemu langsung dengan pesertanya dan tahu bagaimana ekspressi mereka saat menyimak sharing. Sedangkan kalau online kan, bagaimana mau tahu reaksinya, wajahnya saja belum kita tahu.
Percaya diri adalah kekuatan, sumber energi positif. Dengan Bismillah, saya pun menjalani sharing daring ini. Tekad saya berusaha semaksimal mungkin, mencoba memberikan yang terbaik, apalagi saya adalah narasumber pertama dari Kelas Penulisan Media Sosial Perempuan BPS Menulis.
Bagaimana Rasanya Sharing Secara Daring?
Nano! Tahu kan permen yang kalau diemut di mulut, banyak rasanya. Seperti itulah saya saat sharing di WAG Komunitas Perempuan BPS Menulis.
Sebelum sharing dimulai tepat pukul 15.00 WIB, saya sudah mempersiapkan gambar-gambar untuk materinya dan pembahasan materinya saya tulis di Notes, agar diskusi nggak terlihat kaku. Dalam hati, duh semoga nanti peserta sharing paham apa yang saya sharing. Saya nggak mau memikirkan pesertanya banyak yang minat atau tidak. Banyak pertanyaan atau tidak. Kalau mikirin itu, tambah grogi nanti ๐
Sharing secara daring ini adalah pertama kalinya buat saya. Tetapi sharing secara offline (tatap muka) yang berkaitan dengan penulisan media sosial atau blogging untuk kalangan bukan blogger atau yang paham tentang media sosial, untuk komunitas Perempuan BPS Menulis, ini yang kelima kalinya.
Pertama kali sharing tentang blog dan media sosial pada tahun 2014 (sebelum pindah ke Yogyakarta), untuk siswa siswi SMK Itaco asuhannya Suzie Icus. Senang sekali berbagi dengan anak-anak yang ingin melanjutkan sekolahnya namun terkendala biaya.
Sharing kedua untuk kalangan bukan blogger/media sosial di depan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Yogyakarta dan umum yang diadakan oleh Dompet Dhuafa pada tahun 2015. Kesempatan ini datang juga berkat networking, yaitu dari teman blogger sesama member di KEB, yaitu Fadlun.
Sharing ketiga, dan ini benar-benar sepanjang sessi sharing seperti roller coaster adalah sharing di depan para editor dan penggagas buku yang tergabung dalam IKAPI DKI Jakarta pada tahun 2016.
Dalam hati saya, editor adalah mahadewa bagi para penulis (apalagi penulis seperti saya, yang angin-anginan). Di hadapan para mahadewa ini, saya harus menguraikan tentang peranan media sosial terkait dengan fungsi editor di era digital. Kesempatan ini saya peroleh dari teman kuliah saya saat di IISIP Jakarta, Tatang, yang menjadi salah satu pengurus IKAPI DKI.
Dan, sharing keempat tentang blog dan media sosial datang dari Mbak Ainun Chomsun, founder Akademi Berbagi, pada tahun 2017. Kali ini pesertanya adalah para karyawan Bank Indonesia seluruh Indonesia yang mengikuti workshop Jurnalistik, yang diselenggarakan di Yogyakarta.
Sharing di depan para karyawan Bank Indonesia ini paling epic. Karena saya tidak tahu bakal menjadi narasumber tentang manfaat ngeblog, mendampingi mbak Ainun. Karenanya saya tahunya menjadi mentor pendamping untuk pelatihan blog. Saat sharing, saya tidak ada materi, hanya berbagi tentang apa yang selama ini saya alami atau pengalaman ngeblog, ikut komunitas blog dan bermedia sosial.
Tentang Workshop Bank Indonesia ini bisa dibaca di blognya:
- Carolina Ratri (Carra) di sini
- Lusi Tris di blog beyourselfwomannya
Untuk workshop Bank Indonesia ini, di tahun 2018 saya mendapat kesempatan lagi mendampingi Mbak Ainun, kali ini di Kota Solo. Kalau tahun 2017 di Yogyakarta, saya bersama dengan Lusi Tris dan Carra, di Solo, selain Lusi, saya juga mengajak dua orang member KEB di Solo yaitu Ety Abdoel dan Ranny Afandi. Nikmatnya berjejaring sosial berkat networking ya gitu kan.
Jadi, sharing di Perempuan BPS Menulis ini adalah kali kelima saya sharing dengan lingkungan yang bukan blogger. Dan dari sharing tersebut saya banyak mendapat pengalaman berharga. Bagaimana antusiasnya teman-teman di group WhatsApp tersebut dari banyaknya pertanyaan yang diajukan (Alhamdulillah). Bagaimana saya belajar kalau sharing online itu harus dipersiapkan dengan matang, terutama untuk materi pembahasannya karena di daring itu, waktu bergerak cepat. Kelamaan sedikit, bisa bosan pesertanya.
Tentang Komunitas Perempuan BPS Menulis ini menurut Nurin, terbentuk dengan niat awal adalah berbagi tentang menulis yang asyik dan membahagiakan. Karena itulah tagline dari komunitas ini #MenulisAsyikDanBahagia.
Menulis adalah kegiatan yang sangat disenangi oleh Nurin. Karena itulah dia punya blog untuk berbagi apa yang telah diperolehnya atau yang menjadi keinginan dan impian-impiannya. Selain itu, sebagai salah satu staf di Badan Pusat Statistik (BPS), Nurin ingin agar teman-temannya di BPS juga aktif menulis atau setidaknya bisa menulis untuk dirinya sendiri.
Dan untuk media sosial, harapannya media sosial BPS bisa lebih aktif lagi menjadi pemberi informasi tangan pertama dari pemerintah dan juga menjadi jembatan penghubung antara masyarakat dan pemerintah.
Terima Kasih Perempuan BPS Menulis
Seperti ungkapan dari proverb Inggris di image di atas, saya ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada teman-teman Komunitas Perempuan Menulis BPS, terutama buat Nurin dan Theresa Putri (yang juga ternyata member KEB). Proverb itu jangan diartikan negatif ya, tapi lebih ke positif, bagaimana dengan kesukaan yang sama, bisa menjalin kebersamaan.
Networking itu memang asset berharga. Jadi, rawatlah networking teman-teman, setidaknya berinteraksilah dengan mereka, seminggu sekali atau sebulan sekali dengan mengadakan pertemuan baik online atau pun offline. Ya kalau belum bisa bertemu, berinteraksi lagi sekedar menyapa hai.
Karena kita tidak pernah tahu apa yang akan kita berikan atau dapatkan dari jalinan pertemanan tersebut. Networking bisa kapan saja berlaku kan?
Kalau kumpulan bapak2 blogger ada gak y?
Salah satu jaringan (atau lebih tepatnya jalinan) yang harus saya syukuri adalah kenal kamu Mak, hahaha….
Makanya ada pepatah, networking dan silahturahmi memperpanjang umur ya mba ๐
Setuju banget. Networking juga membuka mata kalo dunia itu luas, enggak berbatas oleh background pendidikan misalnya. Mantaplah Kak Indah networkingnya terjaga terus. Salut:)
Pengalamannya sudah banyak banget. Setuju networking adalah aset.
Keep inspiring, Mak
yap..setuju bgt mba..membantu pekerjaan dan penyesuaian di tempat yang baru lebih cepat karna punya networking ๐
Biasanya suka kalau kenalan sama ornag yang ramah dan positif, abis itu networking apa enggak pasrah aja. Haha. Interaksi yang baik aku setuju banget Mba bisa mendatangkan netwoeking kayak jaring laba-laba pas butuh apa gitu, jadi mesti dijaga banget hubungan sama teman dan rekan emang. Wah ada Mba Carra, oiya sama2 di Jogja sama Mak Indah ya ๐
Wah, mau juga deh dapet sharingan tentang topik ini dari Mak Indah he he.
Wah wah wah, keren. Networking adalah aset. Hmmm aku baru engeh juga loh. Belom beberapa lama ini aku terjun di dunia perbloggingan namun hanya sebatas job, event. Tapi setelah baca tulisan mbak indah jadi mikir dua kali untuk lebih fokus dgn yg saya geluti. Dan oh ternyata beruntungnya ya jika kita profesional hehe… Semangat menulis
Kereeen Mbak pengalaman mengisi seminarnya… materi yang disampaikan di dalam seminar daring itu apakah hanya seputar kekuatan medsos atau sampai detil tentang prime time dan lainnya yaa…
Kalo diauruh milih, ikut workshop ato seminar secara online gini, aku kurang cocok, kalo aku loh yaaa :). Apalagi kalo pesertanya grubnya banyak banget , dan banyak pertanyaan pula. :p. Lebih banyak nangkep ilmunya kalo aku hadir secara lgs sih mba.
Tapiii kalo ttg networkingnya, setujuuu banget. Itu asset. Zaman skr ga ada networking susah sih berkembang. Suamiku bisa pindah2 sampai posisi skr, ya krn dia ditawarkan oleh teman2nya sesama bankers. Bukan krn dia kirim2 cv cari posisi yg lbh bgs. Makanya terbukti, networking itu pentiiing banget, trutama kalo aku berasa sekali utk soal pekerjaan.
Alhamdulillah, banyak dapat peluang dari networking ini, semoga berkah ilmunya ya mba Indjuul..
Setuju, net working seperti membuka pintu rezeki untuk pertemanan baru, silaturhmi baru atau bahkan mendatangkan rezeki lainnya.
Wiiiih banyak amat ya membernya 250 orang. Rame kayaknya. Nih adminnya kudu punya stok sabar yang banyak hehehe
Alhamdulillah.. Haturnuhun mbak Indah, alhamdulillah bisa menimba ilmu dari mbak Indah via Komunitas Perempuan BPS Menulis ??
Jelas setuju! Saya adalah tipe orang yang memposisikan networking sebagai sesuatu yang sangat berharga. Karena itu akan benar-benar saya jaga. Sejauh ini, nyaris semua tawaran pekerjaan yang masuk juga datang dari networking. Dari pertemuan demi pertemuan yang tidak terduga. Berjejaring lantas berloborasoy ๐
Setuju banget mba, Banyak manfaatnya banget, bahkan 80% perubahan dalam dirisaya karena networking. Mengenal banyak orang, menambah banyak wawasan sehingga dapat memperbaiki diri. Tapi networking dengan para blogger belum terlaksana karena jadwal bentrok mulu.
Padahal mau banget.
Kalau networking dengan blogger memang harus menghadiri event, yang agak susah ya buat ibu bekerja kantoran sepertimu ๐
Setuju, Kak. Aku juga ngerasain banget manfaat networking. Dari satu tempat yang didatangi bisa nambah teman. Lewat orang yang kenal sama kita, lantas muncullah tawaran ini-itu. Kesempatan baik sering datang lewat networking tadi?.
Sama banget sama aku ini, Molly ๐
Oh ya jelas banget.
Networking ini yang harganya jauh lebih mahal. Kalau ngeblog sih keluar duitnya cuma buat beli domain dan hosting yang “halah” cuma 100rban juga bisa, tapi di balik itu, networking ini yg harganya jauh lebih mahal.
Hahahaha, analoginya keren ๐