Mudik, Mbah Kung, Kopdar dan Buku

Tidak terasa blog ini dah lama tidak terupdate. Pertama karena keluarga yang punya blog ini mudik ke kampung halaman ayah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan pasca mudik, ayah, ibu dan Mbak Lily satu persatu jatuh sakit, mungkin karena kecapaian (padahal gak jalan-jalan jauh lho…he…he).

Seperti halnya kaum urban di Jakarta, kita pun ikut-ikutan memperkeruh arus mudik. Seperti kata orang, lebaran itu identik dengan mudik, pulang ke kampung halaman. Secara yang bener-bener punya kampung halaman ayah, maka kitapun pulang ke kampungnya ayah.

Selain itu, saat ini Mbah Kung (ayahnya ayah) sedang sakit. Mbah Kung sakit kanker saluran kemih, sudah dioperasi tetap kondisinya belum begitu menggembirakan. Dari kabar terakhir yang kita peroleh, kemotherapi yang dilakukan Mbah Kung malah bikin perut Mbah Kung semakin gak enak.

Kalau kampung halamannya ibu sih di Medan, Sumatera Utara, tapi orang tua ibu aka Ompung Doli dan Ompung Gurunya Mbak Lily dan de Kayla bertempat tinggal dan mencari sesuap nasi di Jakarta , yah jadi bisa dikatakan rang banget kita pulkam ke Medan. Terakhir ibu ke Medan aja, waktu kelas 3 SMA (15 tahun yang lalu bow !)

Berangkat ke Yogya, hari Senin tanggal 31 Oktober 2005, pukul 20.15 dengan naik kereta api Taksaka (Jakarta – Yogyakarta). Karena seperti biasa Ibu gak mau naik pesawat kalau beramai-ramai dan karena ayah gak mau terpisah-pisah (ayah sama Mbak Lily dan Ibu sama dede Kayla) diputusin kita pun naik kereta.(Duh, gimana sih cara ngilangin phobia naik pesawat sekeluarga).

Seperti biasa, kalau namanya pulang kampun, Mbak Lily tuh antusiasmenya tinggi banget. Waktu nunggu kereta aja, dia gak henti-hentinya nanya kapan keretanya datang dan begitu diumumin kereta datang Mbak Lily langsung sigap angkat koper yang beratnya gak ketulungan 🙂

Sampai di Yogyakarta sekitar pukul 07.00. Terlambat 3 jam dari jadwal seharusnya pukul 03.30 pagi. Gimana gak terlambat, lah di Prupuk aja, tuh kereta berhenti hampir 1 jam, belum lagi berhenti di stasiun-stasiun lainnya. Kayaknya PT KAI perlu membenahi manajemennya nih, sebab kalau setiap lebaran pasti terjadi keterlambatan jadwal. Di Stasiun Tugu, om Yan (adik bungsu ayah) sudah nungguin kita. Wah perasaan baru 6 bulan gak ketemu om Yan, tapi udah tambah tinggi ajah. Akhirnya kita pun sampai kerumah Mbah Kung di Jetis Pasiraman.

Waktu lihat Mbah Kung, kita semua merasa miris dan gak tega. Badan Mbah Kung bener-bener kurus. Dan Mbah Kung hanya bisa berbaring di tempat tidur, segala aktifitasnya dibantu sama Mbah Putri. Mbak Lily malah sampai ketakutan dan nangis gak mau salaman. “Aku gak mau…aku gak mau. Itu bukan Mbah Kung aku,” katanya sambil nangis. Duh, Mbah Putri sampai nangis. Ibu sama ayah, diam gak bisa ngomong. (Baru besoknya Lily mau nemuin Mbah Kungnya).

Kalau dede Kayla, malah bikin terharu. Ini pertemuan kedua Mbah Kung sama dede Kayla (waktu Mbah Kung kolaps, dede Kayla berumur 3 bulan udah ketemu). Dede Kayla, malah cium-cium pipi Mbah Kung. Gak cuma sekali, berkali-kali lho…he…he kayak udah ngerti aja kangen sama Mbahnya.

Karena rumah Mbah Kung kecil dan Mbah Kung bener-bener butuh istirahat, kita tidur dirumah Eyang Kus, yang kebetulan dijadiin kost-kostsan dan didepan rumah Mbah Kung. Ternyata sama Om Wowo, kamar kita udah disiapin pake dicat baru segala..he…he..(makasih yah Om).

Selama di Yogya, kita gak kemana-mana. Jalan-jalan ke Malioboro aja itu karena janjian sama Bundanya Shafa Hafiz, yang kebenaran datang ke Yogya dari Solo. Setelah sms-smsan kita janjian ketemu di Mirota Batik. Ampun..ampun deh, heran yah meski harga-harga pada mahal, yang namanya Mirota Batik itu, pengunjung berjibun-jibun. Jadinya ditengah kepadatan itu, Ibu beserta ayah dan Mbak Lily ketemuan dengan keluarganya Tante Lilik.

Mungkin karena penuh, Lily yang sejak dari perjalanan tanya-tanya terus apa boleh kenalan sama Shafa Hafiz, eh begitu di Mirota malah asyik keliatin sikura-kura. Meski sebentar ketemuannya dan disayangkan sampai kelupaan photo-photo, senang banget rasanya bisa ketemuan. Dan percaya gak, ini ketemuan pertama lho setelah 3 tahun Ibu jadi anggota milis Dunia Ibu dan kenal nama Bunda Shafa Hafiz. Yang gelinya, bisa ketemuan ini gara-gara blog ho…he…he..(Emang blog gak ada matinye!).

Sayangnya, setelah janjian via sms, Ibu gak bisa ketemuan sama Tante Rhien dan Mas Farrel, yang kebetulan pulang kampung ke Yogya dari Qatar. Pada hari H mau ketemunya, tiba-tiba Mbah Kung harus kerumah sakit karena tiba-tiba drop. Sementara kita juga sudah musti pulang ke Jakarta, pada Jumat tanggal 11 Nopember itu. Tante Rhien, mudah-mudahan lain waktu bisa ketemuan yah 🙂

Selama di Yogyakarta, karena gak kemana-mana, Ibu berhasil menyelesaikan bacaan novel yang tertunda (itupun karena nyewa dari KK Rental Book. Nanti mo bikin ceritanya tersendiri nih). Novel-novel yang terselesaikan itu adalah Wajah Sebuah Vagina, Perempuan di Titik Nol – Nawal el Saadawi, Cermin Retaknya Irfan Hidayatullah (ketiga buku ini dibawa dari rumah), 12:00 amnya Veven Sp, Cinta Sang Naga dan Sang Mucikarinya V. Lestari, dan tentu saja novel-novelnya Barbara Cartland..he…he (jangan tanya kenapa gw suka yah).

Oh yah, kita balik ke Jakarta Jumat tanggal 11 Nopember, dan kembali naik kereta api Taksaka. Seperti waktu berangkat, sampai Jakarta keretanya juga telat sampai pukul 07.30. Mangkel banget deh, karena dede Kayla udah kecapean dan udah gerah pengen mandi. Sampai dirumah kita harus kerja keras bebersih karena hampir dua minggu, rumah ditinggalin, sampai-sampai debunya minta ampun banyaknya 🙂

Mungkin karena kecapaian itu, akhirnya Ibu, Ayah dan Lily, jadi pada sakit. Cuma heran aja, kok 4 bulan terakhir ini, Ibu rutin banget terserang flu dan batuk, apa karena hidung sudah kembali tidak beres dan penyakit lama menghampiri yah. Kayaknya musti cek ke dokter THT nih !

Nah segitu dulu, ceritanya mudah-mudahan kami bisa menikmati dan bertemu kembali dengan ramadhan yang akan datang dan bisa berlebaran kembali. (sayang..photo-photonya belum bisa diupload lagi error nih).

2 Comments

  1. ~ Bunda ShafaHafiz ~ November 22, 2005
  2. munir's family November 18, 2005

Leave a Reply