Menikmati Long Distance Marriage bagaimana rasanya ? Pertanyaan dan jawabannya susah-susah gampang.
Susah, karena banyak orang masih berpikir bahwa Long Distance Marriage atau LDM ini resikonya tinggi dan bukan solusi terbaik untuk suatu pernikahan.
Gampang? Karena para LDM-ers sudah terlatih untuk memberikan jawaban yang selalu muncul ketika orang tahu tentang Long Distance Marriage ini.
Kenapa sih saya dan Mas Iwan menjadi pelaku LDM ini? Sedikit cerita sudah pernah saya posting di blog ini.
Baca: Yes, We Are Moving
Sebagian lagi sudah saya ceritakan kepada teman-teman terdekat, dan juga pernah saya tulis di sini: Menangkan Harimu
Long Distance Marriage mau tak mau harus saya dan Mas Iwan jalani karena banyak pertimbangan seperti yang tulis di berbagai postingan di atas. Salah satunya adalah, ini jalan terbaik karena Mas Iwan belum bisa pensiun dini dari kantornya, masih terikat kontrak kuliah yang harus diselesaikan dan ilmunya didedikasikan ke kantor yang memberikan beasiswa, dan nggak mungkin anak-anak yang sudah bersekolah di Yogyakarta, berpisah dengan kedua orangtuanya. Salah satu harus mengalah, dan sayalah yang menjadi masinis utama untuk rumahtangga di Yogyakarta. Saya dan anak-anak memilih tinggal di Yogya.
Menikmati Long Distance Marriage, Bisakah Berjalan Lancar?
Insya Allah bisa, selama LDM-ers percaya bahwa kepercayaan, komunikasi, dan kebahagiaan adalah pintu utama dalam menikmati long distance marriage.
Saya memang baru 1,5 tahun menjalani LDM, namun setidaknya saya belajar banyak dari teman-teman, terutama emak-emak blogger di Yogyakarta yang ternyata banyak juga menjadi pelaku LDM. Bahkan salah satu sahabat dekat yaitu Carolina Ratri, sudah menjalani LDM selama 7 tahun. Dan dia santai-santai saja, bahkan masalah pun sudah khatam diselesaikan π
Baca: Kopdar dan Sharing SEO Emak Blogger Yogyakarta
Iya, sepertinya di Yogyakarta ini banyak LDM-ers, sehingga ada guyonan yang sering ditujukan pada pelaku yaitu PJKA: Pulang Jumat, Kembali Ahad. Karena, para suami yang kebetulan bekerja di Jakarta, Bandung, atau pun kota lainnya, pulang ke Yogya pada hari Jumat (sepulang kerja) dan kembali ke Jakarta pada hari Minggunya. Tak heran, transportasi seperti Pesawat dan Kereta Api, penuh atau ludes di dua hari tersebut setiap minggunya.
Dari situs NewlyWeds tentang How I’m Making My Long Distance Marriage Work, berikut ini kesimpulan yang sesuai dengan saya ya:)
- Tetapkan Aturan! Menetapkan aturan ini penting untuk menghindari kesalah pahaman. Pasangan yang serumah saja bisa bertengkar hanya karena salah paham, apalagi LDM-ers yang terpisah jarak dan waktu. Aturan tersebut misalnya: menghadiri undangan acara/event atau pesta di malam hari, bolehkah istri atau suami pergi sendiri? Kalau saya dan Mas Iwan sih, asal jelas ke mana tujuannya dan pergi dengan siapa atau berkumpul dengan siapa, tidak ada masalah. Yang penting juga, dikasih tau pulangnya jam berapa π
- Stay in Touch, Tetap Berhubungan! Ada Facetime, ada Skype, ada email, ada WhatSap, Telegram, BBM, sms, telepon, nggak mungkin bikin kita nggak bisa berhubungan. Nggak mesti setiap saat memang berhubungannya, karena kan punya kesibukan masing-masing juga, seperti saya sibuk dengan anak-anak dan pekerjaan, sementara Mas Iwan kalau sudah kerja nggak bisa diganggu karena atasannya meja kerjanya pas di depan meja kerja Mas Iwan. Dan, nggak mesti juga berhubungan terus sama saya, Mas Iwan malah lebih sering berkomunikasi dengan anak-anak, terutama yang berhubungan dengan sekolah dan kegiatan mereka. Tapi, dalam sehari pasti ada obrolan walau hanya sekedar menyapa di whatsapp.
- Be faithful, Setia.
Godaan terbesar dari pasangan yang sudah menikah adalah perselingkuhan. Nggak perlu orang lain yang mengingatkan kalau kita sudah menikah. Buat pasangan yang tidak tinggal serumah, menjadi godaan yang terbesar. Karena itu, menceritakan tentang siapa saja teman laki-laki atau perempuan adalah penting. Melibatkan pasangan dalam pergaulan kita, setidaknya tahu siapa teman-teman dekat kita, akan membuat pertemanan dan hubungan suami istri berjalan lancar. - Jangan Terlalu Cemburuan!
Cemburu boleh, karena itu bumbu dari pernikahan, tapi jangan cemburu yang kebangetan. Nggak senang kan, kalau tiap saat dicurigai, dipantau gerak gerik kita seakan-akan kita adalah musuh yang setiap saat akan menyerang. Jujur satu sama lain tentang segala sesuatu, sehingga memudahkan kita melawan kecemburuan.Β
Itu sih yang utamanya buat saya.
Long Distance Marriage, siapa sih yang mau? Ibaratnya tuh, ada dua rumah dalam satu pernikahan. Kalau saya bilang, rumah Yogya dan rumah Jakarta. Nggak hanya tentang hubungan tetapi juga pernak pernik lain misalnya kebutuhan rumah tangga. Ada dua pengeluaran rumah tangga, walau memang kebutuhan di Jakarta tidak sebanyak kebutuhan rumah Yogya.
Menjalani kehidupan sebagai LDM-ers setidaknya membuat saya lebih tangguh dan berani. Bagaimana tidak, banyak hal yang harus saya putuskan sendiri, yang terkadang tanpa menunggu keputusan Mas Iwan karena harus cepat diselesaikan, baru setelah itu saya ceritakan. Saya juga harus mengatasi sendiri saat anak-anak sakit, mengantar mereka ke sekolah atau tempat lesnya.
Dalam menikmati Long Distance Marriage ini membuat saya berani naik motor/mobil ke jalan raya yang ramai, yang dulu semasa tinggal di Bekasi dan Jakarta, tidak pernah saya lakukan. Selain karena takut, hampir selalu Mas Iwan yang mengantar dan menjemput saya ke manapun. Bahkan untuk urusan ke bengkel dan mencuci kendaraan pun harus saya lakukan sendiri, nggak menunggu Mas Iwan datang ke Yogyakarta.
Sekarang ini, menjalani pernikahan berjarak atau long distance marriage, bukan hal yang aneh lagi. Dalam hubungan jarak jauh ini, kita tidak menjalani kehidupan yang biasa. Tidak bertemu setiap saat, bukan berarti tidak bisa berbicara atau berhubungan kan. Jika timbul pertengkaran kecil, LDM-ers punya waktu untuk memikirkannya tanpa harus bertatap muka.
Yang penting lagi dalam Long Distance Marriage, adalah fokus pada keputusan yang telah kita dan pasangan buat, daripada mendengarkan kritikan yang menyudutkan.
Sahabat Blogger ada yang pelaku LDM? Atau sedang galau karena mau LDM-an? Santai kayak di pantai. Sering-sering browsing, karena banyak tips dan trick dalam Menikmati Long Distance Marriage.
Ass.
Saya devyta sy jg ldm*ers mbk dr pcrn smpe nikah dn pny ank π kdg sy suka irih mbk sm org2 tp y gmn lg mbk kerja suami sy jauh dr rmh π sy jg takut ada teman yg blg kalo ldm itu was2 soalnya kadang suami dsna ada wanita lain jd sedih dn kpkrn trs smpe skrg mskpn suami sy bukan tipe org yg suka selingkuh tp ttp was was π
Saya dan suami pasangan LDM yg baru menikah 3 bulan. Sejak pacaran pun kami sebetulnya sudah LDR, tapi setelah menikah rasanya kok beda, lebih beuraattt! Apalagi sbg pengantin baru, masih kepingin dekat suami teruuuss…ha ha ha. Terakhir bertemu, saya dalam keadaan sakit harus segera kembali ke kota saya, meninggalkan suami yang baru saja divonis diabetes std 4. Duhhhh…beratnya hati saya, sampai berderai air mata waktu itu. Meski suami skrg masih dalam kondisi baik2 saja, bisa beraktivitas dgn normal, tetap hati ini ngga tega… Merasa saya kok keterlaluan bgt lbh mengutamakan pekerjaan drpd merawat suami. Alhamdulillah suami sll mnyemangati saya. Komunikasi kami tak pernah putus. Kami juga jd lebih murah mengobral pujian dan kata2 sayang untuk satu sama lain. Saya cuma berharap waktu 2 bulan yg tersisa di kontrak kerja saya disegerakan oleh-Nya, supaya saya bisa cepat pindah, bersatu dengan suami di kotanya. Aamiin.
perkenalkan saya poppy, saya juga LDM sekarang, memang belum lama, blm ada 1 thn, tp kenapa ya kak rasa.ny berat bgt n stress bgt, saya hrs meninggalkan suami saya krn saya kerja PNS di makassar sulawesi selatan, sedangkan suami saya di jawa barat, sering bgt saya menangis krn kesepian n takut dsni, n saya tk tau hrs gmn, smakin ksni smakin berat n stress yg ku rasa
Assalamu’alaikum Ibu-ibu, Mba-mba, atau panggilnya Kakak-kakak aja ya? hehe.
Perkenalkan sebelumnya, Aku Laily Qadariyah, mahasiswi Fakultas Psikologi di Universitas YARSI.
Alhamdulillah sekarang sudah memasuki semester 7.
Dan Alhamdulillahnya lagi, skrg sedang manjalani step awal penyusunan skripsi.
Skripsi aku itu tentang Peran Komunikasi dan trust pada komitmen pernikahan pada pasutri yang menjalani commuter marriage.
Nah, untuk latarbelakang membutuhkan beberapa fenomena tentang commuter marriage di indonesia.
Jikalau Ibu-ibu, Mba-mba atau Kakak-kakak yang menjalani commuter marriage memiliki waktu berlebih dan tidak keberatan.
Saya mohon dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan singkat ini dengan mengirimnya ke email saya qadariyahlaily@gmail.com
1. seberapa lama anda menjalani commuter marriage?
2. apa yang anda rasakan saat menjalani commuter marriage?
3. apa yang membuat anda tetap bertahan dengan pasangan dalam menjalani pernikahan jarak jauh?
4. menurut anda hal apa yang paling penting untuk dipertahankan dalam pernikahan jarak jauh?
Terimakasih banyak atas bantuannya.
Semoga Allah selalu melindungi kita serta keluarga tercinta.
Aamiin.
Wassalam.
Banyak juga ya para mak mak strong,,aku ya ldm,,rasanya kayak jetcoaster,nanonano,dan pnglaman sm pljran yg berharga bagi aku dr Allah langsung,,,smngt makk,,stroooongggghhh
aku prnh ngerasain pas pernikahan pertama mbak .. ga tanggung2 beda negara pula.. krn aku masih harus kuliah di luar waktu itu.. Mantan suami yg awalnya setuju2 aja, eh kok malah bertingkah cemburu ga karuan, yg bikin hubungan kita jd ga nyaman samasekali. ribuuuut trs tiap nelpon. cemburu buta sih dianya.. lama2 ya akunya yg ga tahan krn dicurigain trus2an.. dan akhirnya kita mutusin pisah, krn aku ga mau kuliahku jd buyar cuma krn masalah begitu, apalagi lama2 itu mantan kata2nya jd super kasar yg jujur udh ga bisa aku tolerate. Divorce udh yg paling baiklah.. untung aja kita g ada anak .. jadi karena itu, kayaknya aku ga mau sih kalo harus mengulang LDM :(..
Saluttt Makkk :), semoga sehat dan happy terus yah Makk sekeluargaa π
Semua balik lagi ke diri pelaku LDM ya MakPuh
Ahaaa..aku sudah terbiasa dengan LDM!
Sudah Kenyang…
Pas balik lagi ke Bandung pun, sama aja rasanya kaya LDM ga ada bedanya hahahaaaa…
Hidup LDMers
Aku mak LDM hampir 6 tahun.Smoga keinginan pindah tahun ini dikabulkan.
Butuh hati yang beneran legowo buat LDM ya, Makpuh. Apalagi kalau nggak bisa ditempuh setiap minggu.
Karena LDM lah aku bisa ndandani kompor gas dan pasang gas…heuheuheu….
Takjub baca postingan ini. Memang ada kalanya belajar mandiri itu harus ‘dipaksa’ ya Mam :’)
Saya juga pernah LDM beberapa kali mak Jul. Pernah juga dari hamil 2 bulan sampai anaknya umur 6 bulan… Sebelum pindah ke Cairo sempat LDMan juga sekitar 1 tahun.. Cerita hidup mak harus dijalani hehehe…
aku punya pengalaman LDR waktu pacaran…bedaaa banget tapinya yah π
kesimpulannya kembali ke kita ya mba..pasti bisa jika diniatkan π
kalo saya mah ga kuat, makpuh. dulu sempet ldm sama suami. saya di bogor, suami di banjarmasin. untung cuma 6 bulan. karena suami dipindah ke solo, saya lngsung ngikut deh ngumpul lagi π
Saya pernah bandung medan. Trus saya resign biar ikut suami. Tp praktiknya tetap aja jd weekly wife …wiken aja ketemu misua he2
Aku pelaku LDM, tapi enggak setiap waktu. Soalnya suami kerja sendiri, jadi kalo dapat kerja di Jakarta sampai setahun, ya LDM setahun. Ntar dapat kerja di mana, ya ngikutin aja waktunya, sesuai kontraknya selesai, tapi sebatas di pulau jawa sih. Pernah ditawari luar pulau, suami maju mundur nerimanya, kayaknya dia yang nggak bisa pisah dengan keluarga *curhaaaat*
Sejak menikah, saya & suami sudah LDM, sekarang sudah hampir tahun keenam.. Berjauhan dgn suami & mengurus dua balita buah hati kami mengharuskan saya jd emak” rempong yg tangguh.. selama ini komunikasi selalu lancar, apalagi sekarang kan udah canggih, bisa berkirim foto, ataupun videocall. Alhamdulillah ga ada masalah, malah kami hampir ga pernah bertengkar. Anak” pun cenderung jd anak yg mandiri. π
Saya juga pernah LDRan dgn suami selama hampir 5 tahun. Rasanya nao-nano mbak π
LDM itu nggak nikmat.
LDM tapi gak kelihatan blas kalau LDM lho ?
Aku selalu kagum sama pasangan yang tangguh dengan LDM…really really great couple pokoknya
Masih Lumayan Mak Jul, masih di Indonesia. Saya sama suami LDM Indonesia – India selama 7 tahun. Akhirnya suami nggak betah, minta saya balik lagi tinggal di India.
Nomer 3 itu penting banget, klo setia, InsyaAllah nggak cemburuan.
Salut buat makpuh dan teman-teman yang menjalani LDM.
Kalo aku ditinggal suami ke luar kota beberapa hari aja sudah bingung krn nggak bisa nyetir kendaraan.
selalu kagum sm yg tengah menjalani ldm, kayak mak injul ini. kalian kereennn
Akupun 6 tahun LDM mak…sekarang alhamdulillah ngumpul lagi. Dulu waktu masih LDM sehari bisa telpon2an sampai berkali-kali..kalo pas mau pulang, deg-degannya bisa kayak mau ketemu sama pacar..hehe
been there .. done that heheheh….
6 tahun aku menjalani LDM mbak sejak nadia bayi sampe TK. pedih susahnya semua udah dirasain, dans ekarang alhamdhulilah udah ngumpul. tapi kadang ada rasa kangen dengan masa2 LDM dlu lho, terutama rasa bahagia ketika suami mau pulang sekarang mah liat tiap hari kan hehehe
Aku lagi LDM mak, kuliah di bandung dan suami ku di belanda.. jalani aja dengan penuh ke syukuran ya mak..
ah gak kebayang kalau harus LDM..
untungnya saya gak sempat merasakan.
lha wong pacaran jakarta-bogor aja udah tersiksa.. hehehe..
#baper
Aku udah pernah coba mak. Tapi menyerah. Nggak sanggup π
Saya saya saya… *langsung tunjuk tangan kalau pelaku LDM* Hehehe…
Kalau kata suami saya jangan dibikin drama. Hahaha… Sy yg suka nge-drama kalau mau pisah π
The power of kepepet, LDM malah bisa membuat sebagian istri bisa melakukan hal-hal di luar kebiasaanya. Mulai dari urusan obeng, kabel, air, sampai hal-hal lainnya. Semoga selalu diberikan kekuatan dalam menjalaninya ya, mak. aamiin
Beberapa tahun lalu aku dan suami juga LDM mak, lumayan 4 tahun wira wiri Medan-Batam. Waktu awal2 rasanya beraaat.. lama2 terbiasa. 3 thn terakhir siy suami udah balik ke homebase Medan.. jadi kita ngumpul lagi deh sampe sekarang :D.
luar biasa buat mereka yg menjalani LDM. betul bgt ya mba baik yg LDM maupu yg ngga komunikasi tetep harus baik )
ah.. aku mah gak kebayang jauh- jauhan.. biarpun gak semua kegiatan dan urusan dilakukan bersama tapi kalo jauh- jauhan.. gak kebayang deh. Sebulan 2 bulan ok aja
Saya lg LDM an 3 bulanan ini, mak.. berat sih, apalagi di tempat kerja suami sering nggak ada sinyal telp apalagi internet. Daaan saya masih program hamil blm hamil lagi pasca IUFD 2 tahun lalu. Semangaaat!
Ayah nya Sean bbrp kali dpt tawaran pindah ke kantor cabang di luar kota mba bhkn pulau, tp hunby keukeuh gak mau xixixii katanya gak sanggup jauh dr anak dan istrinya yg menggemaskan wkekwkwkk
Meskipun belum menikah, kayaknya memang nggak mudah ya mbak buat bisa LDM. Tapi makasi sharingnya ya mbak, habis baca artikel ini jadi semakin sadar supaya jangan terlalu cemburuan apalagi punya pasangan yang kerjanya kemana – mana π
Duh berat rasanya ya makpuh, tapi dikau luar biasa deh sanggup menjadi pengambil keputusan sendiri saat sedang berjauhan dg suami. Aku nih apa2 tanya suami melulu.