Mengubah Mimpi Jadi Nyata

Jangan meragu jejakkan langkahmu
Jangan berhenti percaya
Engkau pasti akan ke sana
Jangan meragu nyatakan mimpimu
Kau pasti bisa mengubah mimpi jadi nyata
Ini caraku. Bukan caramu
Cibiran kata hanyalah angin berlalu
Aku beranikan diri dengar suara hati (Sepenggal lirik dari Lagu Mimpi Jadi Nyata – Beau Clair feat: Kamga)

**

Sudah 2018, sudah saatnya menghapus atau menutup segala hal yang berbau negatif, apalagi aura. Masa dari tahun ke tahun, nggak ada perubahan yang signifikan? Seperti itu-itu saja. Nambahnya sedikit, berkurangnya banyak.

Apalagi, tiga tahun mendatang, daku akan menjalani usia setengah abad. Iya, benaran. Daku bakal 50 di tahun 2021 nanti. Middle Age, kalau kata orang Western sana. Usia paruh baya yang matang, mature, katanya.

Sejujurnya, daku tuh orang yang takut bermimpi. Buatku, mimpi itu adalah kenyataan yang tertunda dan mimpi itu menyeramkan. Menakutkan.

Karena mimpi, daku sempat terpuruk selama beberapa tahun setelah berturut-turut kehilangan tiga orang terbaik dalam hidup. Dan sampai sekarang, setiap mengenang atau menuliskannya seperti ini, mata masih berkaca-kaca. Menangis, perih.

Orang-orang Terkasih yang Pergi

 

Mengubah Mimpi Jadi Nyata

Orang yang pergi, apalagi sudah berbeda alam, nggak mungkin kembali kan? Sementara yang hidup, harus menjalani lakon hidup.

Yang hidup punya mimpi. Mimpi, yang bisa diubah menjadi nyata.

Mengubah Mimpi Jadi Nyata?

Postingan ini terinspirasi saat saya menonton Drama Jepang (Dorama) jadul yang berjudul “Strawberry on The Shortcake”, yang dibintangi oleh Hideaki Takizawa dan Kyoko Fukada (aktris Jepang yang baby facenya awet amat). Juga mendengar lagu Mimpi Jadi Nyata di radio, yang selalu diputar Taruli (untuk menyemangati dirinya mempersiapkan diri buat UN SMU).

Dorama Jepang dan lagunya Bleau Clair yang dinyanyikan Kamga itu, seakan menohok diriku, yang lebih banyak ngomong tanpa hasil apa-apa.

Seperti yang daku tulis di atas, takut bermimpi. Maleslah kalau mengingat-ingat mimpi. Karena itu, nyaris nggak punya mimpi yang bisa dijadikan target untuk mencapai sesuatu. Jalani apa adanya, begitu motto hidup daku.

Mungkin karena nggak punya mimpi itu, suka merasa kok hidup begini begitu saja. Dari menit ke menit, jam ke jam, seperti itu saja. Monoton.

Jadi suka iri dengan keberhasilan orang lain. Perih kalau melihat orang lain meraih sesuatu yang ‘rasanya’ kita pun bisa melakukannya.

Menggampangkan hidup. Ya udahlah, begini saja udah benar kok, terima nasib saja. Seperti itu.

 

Mengubah Mimpi Jadi Nyata

Seenak itukah?

Ternyata enggak. Daku merasa adalah yang salah nih. Orang-orang sudah menuju Planet Takodana, daku masih jalan di tempat di bumi.

Lagi pula, daku nggak mau dikenal orang karena usia tuanya. Aku ingin saat berusia tua nanti, banyak hal yang kulakukan yang lebih bermakna. Dikenal karena kontribusi atau prestasinya. Minimal, prestasi nulisnya. Ingin seperti Agatha Christie atau Barbara Cartland, yang meski sudah berusia senja tetap produktif menulis.

Karena itu aku harus punya mimpi, dan harus mengubah mimpi jadi nyata.

Daku udah nggak perlu mencari identitas diri lagi. Udah nggak banget buat diriku yang beberapa tahun lagi akan berusia setengah abad.

Udah nggak mau grasak grusuk lagi karena hidup sudah lebih stabil. Anak-anak sudah besar, tinggal mengikuti langkah mereka mau ke mana.

Karena hidup ini bukan untuk menyenangkan orang lain, berusaha nggak mendengarkan ocehan orang lain, meski kadang-kadang bikin panas kuping.

 

Cozy Life After 40

 

Mengubah Mimpi Jadi Nyata

 

Ubah mimpi jadi nyata di tahun 2018

Di tahun 2018 ini, daku ingin mengubah mimpi jadi nyata, seperti apa itu?

  • Kembali punya buku karya sendiri. Udah cukup mimpi punya bukunya, saatnya mewujudkannya dalam kenyataan, dengan menerbitkan buku baru. Terakhir punya karya sendiri adalah di tahun 2013. Empat tahun, sudah cukup berleha-leha dengan nggak mau mikir atau dibebani dealine nulis buku. Insya Allah mulai tahun 2018 ini ada buku atas nama saya.
  • Lebih fokus lagi sama anak-anak, terutama Taruli yang tahun ini persiapan untuk mengikuti UN SMU dan seleksi mahasiswa. Juga Kayla yang ingin banget masuk sekolah art di salah satu negara impiannya.

Itu sih dua yang utama. Yang lain mimpi pendukung, seperti:

  • Fokus nulis di blog tentang Middle Age dan Teen Parenting
  • Traveling tanpa beban

Oh ya, mimpi tak akan terujud kalau tanpa usaha dan doa kan. Semoga ibadahnya bisa semakin fokus, nggak bercabang-cabang pikirannya.

Ini hidupku
Bukan hidupmu
Tak perlu ku mengikuti semua langkah mu

Ini mimpiku
Bukan mimpimu

42 Comments

  1. andi March 29, 2021
  2. Kalingga Ajeng April 21, 2018
  3. tuteh March 17, 2018
  4. Fanny Fristhika Nila January 31, 2018
  5. bunga January 29, 2018
  6. Nuvaderma January 29, 2018
  7. muti mimut January 29, 2018
  8. ichapista January 18, 2018
  9. Tanti Amelia January 13, 2018
  10. Leyla January 13, 2018
  11. Lina sophy January 11, 2018
  12. Bibi Titi Teliti January 11, 2018
  13. adi pradana January 10, 2018
  14. Herva Yulyanti January 9, 2018
  15. Mechta January 9, 2018
  16. Ida Raihan January 9, 2018
  17. Lusi January 9, 2018
  18. Emakmbolang January 9, 2018
  19. Gallant January 9, 2018
  20. Hastira January 9, 2018
  21. Rita dewi January 8, 2018
  22. HM Zwan January 8, 2018
  23. Adriana Dian January 8, 2018
    • indahjuli January 8, 2018
  24. Lisdha January 8, 2018
    • indahjuli January 8, 2018
  25. Anastasia January 8, 2018
    • indahjuli January 8, 2018
  26. Keke Naima January 8, 2018
    • indahjuli January 8, 2018
  27. Nia K. Haryanto January 8, 2018
    • indahjuli January 8, 2018
  28. Dessy Natalia January 8, 2018
    • indahjuli January 8, 2018
  29. gusmakruf January 8, 2018
  30. qhachan January 8, 2018
  31. rita asmaraningsih January 8, 2018
  32. Molly January 8, 2018
  33. Nurul Fitri Fatkhani January 8, 2018
  34. Rach Alida Bahaweres January 8, 2018
  35. Rifqy Faiza Rahman January 8, 2018
  36. Mas Kris January 8, 2018

Leave a Reply