Mengapa Harus Sekolah Favorit atau Sekolah Unggulan?

“Mengapa harus pontang-pontang memilihkan sekolah favorit bagi anak?
Bukankah lebih bagus menyiapkan anak agar kelak menjadi murid favorit di sekolah manapun” – Abdul Cholik (Blogger, Penulis Buku)

Taruli Assalam

Postingan ini tercetus dari status Facebook Pakde Cholik, seorang blogger yang tetap kreatif walau usia sudah tak muda lagi, dan kerap mengadakan lomba/giveaway di blognya yang tenar itu.

Status Pakde itu pas banget dengan pikiran saya, yang nyaris selama bulan Ramadan 2015 ini, pontang panting mengurusi sekolah untuk si sulung, Taruli, yang ingin melanjutkan sekolah menengah atasnya di Yogya, setelah sebelumnya selama tiga tahun mengikuti pendidikan kesantrian di  Madrasah Tsanawiyah Pondok Pesantren Modern Islam (MTs PPMI) Assalam, Sukoharjo, Jawa Tengah. Yup, Taruli sekolah dan berasrama di pesantren.

Cerita tentang sekolah Taruli di Pesantren Assalam sudah pernah saya ceritakan di sini ya 🙂

Monggo, kalau mau baca ini juga 🙂

Setelah tiga tahun sekolah dan tinggal terpisah dari orangtua dan adik-adiknya (Taruli di Sukoharjo, Solo, sementara kami, saat itu tinggal di Bekasi lalu pindah ke Yogya setahun terakhir), ia memutuskan untuk sekolah di Yogyakarta. Menurut Taruli, ia sudah cukup merasakan bagaimana kehidupan berasrama dan tinggal terpisah, jauh dari keluarga.

Sebagai orang tua, saya dan Mas Iwan harus mendukung keputusan anak kan. Toh anaknya sendiri nanti yang menjalaninya, bukan kami orang tuanya. Kalau kami paksa tetap di pesantren dan anaknya nggak suka, malah runyam nantinya.

Seperti sekolah lanjutan pertamanya, di mana Taruli memilih sendiri sekolahnya, untuk sekolah lanjutan menengahnya pun demikian. Taruli memutuskan masuk ke Madrasah Aliyah (MA), karena tidak ingin apa yang sudah didapatnya di pesantren hilang begitu saja. Setidaknya dengan bersekolah di Aliyah, Taruli tetap mendapat pendidikan keIslaman lebih banyak, dibanding di sekolah menengah reguler.

Dengan keputusan Taruli itu, kami mencari-cari Madrasah Aliyah yang bisa menerima lulusan pesantren dan sesuai dengan nilai akhir ujiannya. Tentu saja pilihan pertama adalah Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kota Yogyakarta. Di Kota Yogya, ada 3 MAN (yang saya ketahui ya, cmiiw) yang menjadi pilihan pertama dan favorit untuk para lulusan SMP yaitu MAN 1, MAN 2, dan MAN 3.

Mengapa pilih sekolah negeri dan favorit?

Sebenarnya sih kami tidak mengharuskan Taruli sekolah di sekolah favorit, yang kami utamakan adalah sekolah negeri. Saya dan Mas Iwan punya keinginan untuk pendidikan anak-anak, sebisa mungkin sekolah menengah atas itu di negeri, sedangkan sekolah awal dan menengah pertamanya tidak masalah di swasta. Dan karena KK (kartu keluarga) Taruli ikut Simbahnya di wilayah Kota Yogyakarta, maka kami mendaftar sesuai dengan wilayah yaitu di MAN 1 dan MAN 2.  Tapi kami juga punya pilihan lain, yaitu MAN 1 Sleman, yang kebetulan lokasinya dekat dengan rumah kami di Minomartani, Condongcatur, Sleman. Dan, MAN 1 Sleman ini pun merupakan sekolah favorit.

 

Taruli Assalam2

Tak bisa dipungkiri memang kalau yang namanya sekolah negeri, bagus (terutama akreditasi A+), kurikulumnya juga mumpuni, menjadi sekolah favorit dan incaran para orangtua untuk memasukkan anaknya sekolah di sana.

Ambil contoh MAN 1 Sleman, yang menjadi sekolah lanjutan Taruli nantinya (setelah pontang panting, terlempar ke sana kemari dari pendaftaran di MAN 2), yang merupakan Aliyah Negeri favorit di Kota Sleman, dengan biaya sekolah yang relatif murah dengan SPP tiap bulan Rp 100 ribu (dibayar per semester), kurikulum yang baik dan kreativitas sekolah dengan 8 pilihan ekstra kurikuler, areal sekolah yang bagus, rapi dan bersih, banyak alumni yang menembus perguruan tinggi negeri favorit di Indonesia dan siswa siswinya berprestasi di berbagai lomba pendidikan baik tingkat lokal maupun nasional. Salah satu yang menarik di MAN 1 Sleman ini adalah sekolah inklusi, beberapa di antara siswanya merupakan penyandang tuna netra dan anak berkebutuhan khusus.

Orangtua mana yang tidak ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah yang guru-gurunya berhasil mencetak anak-anak berprestasi?

Semua anak istimewa, semua anak berprestasi, dan kita sebagai orangtua harus mendukung anak dengan memberikan yang terbaik buat mereka, terutama masalah pendidikannya. Kalau tho bisa masuk ke sekolah favorit dan karena si anak layak masuk ke sekolah itu, tidak ada masalah kan. Dan orang tua pasti akan melakukan yang terbaik demi anaknya bisa bersekolah di sekolah yang diinginkannya.

Lain soal kalau orangtua melakukan hal-hal tak terpuji demi si anak masuk sekolah favorit.

Apalagi sekarang ini sudah bukan zamannya orang tua memaksakan keinginannya kepada anak. Belajar dari pengalaman kita di masa lalu yang suka bentrok dengan keinginan orang tua, mengapa kita juga harus memaksakan kehendak buat anak? Tapi memberikan alternatif yang baik buat anak tidak ada salahnya, karena selama masih dalam usia sekolah anak-anak tetap harus dalam bimbingan orang tua kan.

Pilihan tersebut dikembalikan ke anaknya, mau atau tidak menjalaninya. Seperti Taruli, dari SMP ia sudah menentukan sendiri keinginannya bersekolah di mana. Ketika ia memilih pesantren, walau dengan bercucuran air mata, saya tetap mengikhlaskan bersekolah di Assalam. Begitu pun ketika ia memilih Madrasah Aliyah, kami pun setuju. Termasuk saat ia mendaftar di MAN 2 Kota Yogya dan MAN 1 Sleman. Ia sendiri yang melakukannya, saya cuma mendampingi saja. Untuk kuliahnya saja Taruli sudah tahu apa yang diingin. Makanya, ia memilih bersekolah MAN 1.

Sekolah favorit itu hanya sekedar pelabelan yang dibuat orang karena melihat apa yang telah dicapai. Memang, bersekolah di sekolah favorit, tidak lantas membuat anak yang bersekolah di sana menjadi favorit. Saya berharap Taruli bisa menjadi murid favorit dengan kemampuannya dan karena ia memang layak bersekolah di MAN 1 Sleman.

 

39 Comments

  1. gadung giri January 21, 2018
  2. Ahmad December 13, 2016
  3. Agustina Purwantini December 11, 2016
  4. Babang Travengler October 28, 2016
  5. Lidha Maul August 16, 2016
  6. Istiana Sutanti September 1, 2015
  7. Riska Ngilan Haryono July 27, 2015
  8. andyhardiyanti July 21, 2015
  9. Nurudin July 17, 2015
  10. fanny fristhika nila July 14, 2015
  11. Idah Ceris July 12, 2015
  12. Rahma Tito July 12, 2015
  13. Indah Nuria Savitri July 11, 2015
  14. HM Zwan July 11, 2015
  15. cumilebay.com July 11, 2015
  16. prananingrum July 11, 2015
  17. Ika Hardiyan Aksari July 11, 2015
  18. Pakde Cholik July 11, 2015
  19. Mugniar July 10, 2015
  20. Ani Berta July 10, 2015
  21. Lusi July 10, 2015
  22. Erlina Ayu July 10, 2015
  23. ipah kholipah July 10, 2015
  24. donna imelda July 10, 2015
  25. Fenny Ferawati July 10, 2015
  26. Rullah July 10, 2015
    • indahjuli July 10, 2015
  27. Zizy Damanik July 10, 2015
  28. Lianny Hendrawati July 10, 2015
  29. Maya Imawati July 10, 2015
  30. catatan July 10, 2015
  31. Anisa Aea July 10, 2015
  32. Lia July 10, 2015
  33. momtraveler July 10, 2015
  34. Nurul July 10, 2015
  35. budi July 10, 2015
  36. Irmasenja July 10, 2015
  37. Triunt July 10, 2015
  38. Dian July 10, 2015

Leave a Reply