Kertas Daluang, Kriya Indonesia yang Nyaris Terlupakan

“Learning without thought is labor lost; thought without learning is perilous.”  ― Confucius

Kalau saja Tiominar tidak libur sekolah, mungkin saya tidak akan merasakan pengalaman luar biasa ini. Menjahit dan Mendoodle.

Kalau saja Primastuti atau Ima tidak antusias untuk mengikuti Workshop Cluth Bag Daluang di Pesona Jogja Homestay, mungkin saya tidak akan terkenang kembali masa-masa kecil dulu, menunggui almarhumah Mama menjahit baju untuk merayakan Hari Raya Idul Fitri.

 

 

Menjahit, bukan hal yang baru buat saya

Dulu, semasa sekolah menengah pertama dan menengah atas, saat memilih pelajaran tambahan, saya lebih memilih tata busana dibandingkan tata boga atau pun tata rias.

Sudah beberapa kali di blog ini saya cerita tentang masa kecil yang tidak begitu suka masak. Buat saya, menjahit itu lebih pas di hati. Nggak perlu ngiris-ngiris. Nggak perlu merasakan sudah pas atau belum bumbu masakan, atau sudah cantik atau belum orang yang kita rias.

Lagi pula, dari cerita Mama, ayahnya atau kakek saya adalah seorang tukang jahit. Dari hasil menjahitnya itulah, mereka bisa membangun rumah makan yag dikelola Ompung Boru (ibunya Mama), yang hasilnya untuk pendidikan tinggi anak-anaknya Ompung Doli.

Menjahit tidak bisa lepas dari kenangan masa kecil saya. Dulu, tiap Hari Raya, yang pasti pakai baju baru. Saya dan dua adik perempuan bisa punya baju lebaran lebih dari dua setel. Dan baju-baju itu dijahit sendiri oleh Mama dengan menggunakan mesin jahit Brothernya. Iya, zaman saya kecil tahun 80-an itu, Mama sudah pakai mesin jahit Brother.  

 

 

 

Sedangkan Doodle, jujur walau sudah tahu lama (terutama dari Google Doodle), tapi baru benar-benar nyimak apa itu doodle berkat Tanti Amelia, yang serius menekuni doodle sebagai profesinya.

Walau sampai sekarang saya masih mentok kalau disuruh nge-doodle, tapi tetap penasaranlah sama keahlian satu ini. Apalagi si bungsu Tiominar menunjukkan keantusiasannya di bidang seni menggambar atau melukis.

Memang sih Tio masih banyak pengennya, makanya hasil gambarnya juga belum fokus tapi berkat Workshop Daluang Clutch Bag yang dilaksanakan tanggal 4 Februari 2017 lalu oleh Kriya Indonesia di Yogyakarta, Tio makin semangat menggambarnya.

 

Menjahit dan Nge-doodle di atas Kertas Daluang

 

Kertas Daluang, Kriya Indonesia yang Nyaris Terlupakan

 

Baru tahu kertas Daluang? Sama.

Di Workshop Clutch Bag Daluang yang diselenggarakan Kriya Indonesia ini, dijelaskan kalau Daluang adalah sejenis kertas Jawa yang zaman dahulu kala digunakan untuk naskah kuno dan wayang Beber.

Menurut Founder Kriya Indonesia, Astri Damayanti, Daluang (di Jawa) atau Fuya/Tapa (di Sulawesi) atau Beaten Bark (Inggris, Jepang), merupakan kain kulit kayu yang sudah ada sejak zaman megalitikum. “Hingga kini pembuatan kertas daluang masih ada, terutama di Sulawesi Tengah, di Lembah Bada,” jelas Founder Kriya Indonesia. 

Daluang terbuat dari kulit kayu sejenis pohon Mulberry (Pohon Sae) yang termasuk kategori tanaman langka di Indonesia. Karena itulah, UNESCO menetapkan Daluang sebagai warisan budaya tak benda yang harus dilestarikan.

Berbeda dengan Papyrus, untuk menghasilkan daluang, kulit kayu tidak dibubur tetapi ditumbuk (disamak), diperam dan dijemur di terik matahari. Pembuatan daluang menggunakan alat yang disebut Batu Kei.

 

Kertas Daluang, Kriya Indonesia yang Nyaris Terlupakan

Kertas Daluang photo by Kriya Indonesia

 

Dalam upaya mempopulerkan kembali Daluang ini, Kriya Indonesia bekerjasama dengan Brother Indonesia mengadakan Workshop Clutch Bag Daluang.

Blogger Jogja diajak untuk membuat sendiri Clutch dari kertas Daluang dengan menggunakan mesin jahit Brother tipe GS2700 yang mempunyai 27 pilihan jahitan.

Oh ya sebelum kertas daluang tersebut dijahit dengan mesin jahit Brother, kertas tersebut di-doodle dengan arahan Tanti Amelia. Seru juga saat melihat para peserta workshop antusias mengoret-oret kertas daluang dengan doodle buata mereka sendiri.

Tio pun nggak mau kalah membuat doodle di kertas daluang yang nantinya akan jadi clutch buat innanya.

 

Kertas Daluang, Kriya Indonesia yang Nyaris Terlupakan

 

Dari hasil workshop itu, saya jadi semangat untuk kembali memulai aktivitas jahit menjahit. Ya minimal menjahit untuk baju anak-anak lah. Biar mereka bangga innanya bisa seperti almarhumah Ompung Gurunya 🙂

Sahabat Blogger suka menjahit atau doodle?

8 Comments

  1. fadhil aulia May 15, 2017
  2. geLintang March 7, 2017
  3. uwan urwan February 23, 2017
  4. Nusantara Adhiyaksa February 20, 2017
  5. Ucig February 17, 2017
  6. Inayah February 17, 2017
  7. monda February 17, 2017
  8. herva yulyanti February 16, 2017

Leave a Reply