Apa Self Healingmu?

Dalam postingan sebelum ini, saya menuliskan kalau blogging adalah self healing, khususnya buat saya.

Dengan menulis apa yang ada di pikiran, seakan tercurahkan segala hal yang menumpuk dan memberati otak yang sekarang ini musti diajak berpikir keras dulu untuk mengingat sesuatu. Faktor U? nggak juga sih, cuma saya suka tak mau memikirkan hal-hal yang menyusahkan diri, lebih suka memikirkan hal yang menyenangkan.

Lagi pula saya bukan tipe drama Queen, yang bisa mengumbar drama, duka, lara ke seantero jagat, apalagi di era sosial media seperti Twitter, Facebook, Path bertaburan. Saya lebih suka menyebarkan kebahagiaan #halah, kalau pun saya “keceplosan” menyebarkan drama hidup, diusahakan terselubung dalam bait-bait yang katanya sih puisi. Tapi sebenarnya bagi saya itulah curahan hati πŸ™‚

Selain menulis, self healing buat saya adalah mendengarkan radio. Ya, saya memang produk jadul yang suka banget sama radio, bahkan sampai-sampai Bude di rumah, kalau saya sudah siap-siap mau “kerja” dan ia sedang menonton infotainment, acara televisi kegemarannya, akan langsung mengganti channel TV dengan saluran radio favorit saya. Kebetulan, kami berlangganan TV kabel yang ada juga saluran radio nasionalnya.

Saya ingat banget, dulu waktu kecil sampai sebelum menikah dan pindah ke rumah kontrakan sendiri, radio itu tak pernah lepas dari kehidupan saya. Oh ya, kesukaan mendengarkan radio ini mungkin diturunkan dari almarhum Bapak, yang sampai akhir hayatnya pun lebih senang mendengarkan radio daripada menonton televisi. Radio favorit Β almarhum Bapak adalah Radio Elshinta dan Radio Trijaya FM.

Di kamar, kalau saya lupa mematikan jika bepergian, radio itu menyala selama 24 jam. Seorang teman SMA yang pernah menginap di rumah, pernah bilang kalau saya itu menonton radio, dengarin televisi. Radio favorit saya dulu, Radio Ramaco, Prambors, dan Radio Safari yang suka menyiarkan sandiwara radio semacam Butir-Butir Pasir di Laut dan Tutur Tinular. Saking senangnya sama sandiwara radio itu, dipastikan saya akan ada di rumah, mantengin Radio Safari. Bahkan, saya sampai terkesima dengan suaranya Maria Oento, Ferry Fadli, dan banyak lagi.

Eh, tapi walau suka mendengarkan radio, waktu remaja saya nggak pernah loh berkunjung ke stasiun radio untuk menemui penyiar idola, seperti yang sering dilakukan para pendengar fanatik radio tertentu. Walau saya punya juga penyiar idola, tapi buat saya nggak pentinglah bertemu dengan penyiar radio, bakalan bisa ditemui pusat-pusat keriaan ibukota Jakarta kala itu. Oh ya, dulu saya senang banget dengarin gaya penyiar semacam Sys NS, Krisna, Ida Arimurti, sama Pak Sambas, hehehe, itu lho penyiar radio yang kalau bawain acara pertandingan olahraga semacam bulutangkis atau bola itu, serasa kita berada di lapangan permainan πŸ™‚

Radio memang tak ada bandingannya, dan itu berlangsung sampai sekarang. Bahkan, saya pun radio yang ada program sleep-nya. Jadi, supaya nggak kelupaan untuk mematikan radio menjelang tidur malam, saya akan membuat jadwal pukul berapa radio tersebut akan mati. Ya, daripada dicerewetin terus karena radio nyala 24 jam, lebih baik dijadwal kan.

Nah, sambil mendengarkan radio, kalau tidak bekerja, biasanya saya suka membaca buku. Saya usahakan dalam satu minggu ada satu atau dua buku bacaan yang saya harus tamatkan untuk dibaca. Membaca buku sih dalam rangka membuka pikiran, nggak mentok, memperoleh wawasan atau wacana baru. Buat penulis, katanya sih dengan membaca buku bisa mempelajari gaya menulis si pengarangnya. Dari situ, kita bisa mengambil pelajaran tentang gaya menulis. Kalau buku, saya lebih suka membaca buku-buku fiksi terutama yang bergenre romance, fantasi dan thriller.

Oh ya, sekarang saya punya kegemaran baru yang bisa dibilang self healing juga. Saya lagi suka foto-foto. Yup, fotografi. Bukan foto saya sendiri lho, biarkan saja orang lain yang memoto saya. Foto tentang segalanya. Belum ada keahlian khusus foto apa, karena saya juga lagi belajar kepada teman-teman blogger yang sudah lebih dulu menekuni dunia fotografi.

Seru juga ternyata fotografi itu ya. Sensasinya beda kalau kita sendiri yang memfoto, mencoba menyelaraskan, dan mengambil moment-moment yang bagus. Apalagi begitu melihat hasilnya, wuih senangnya bukan main. Dan mudah-mudahan saya semakin ‘canggih’ belajar fotografinya. Dan, nggak bosan seperti beberapa kegiatan yang sudah sering saya lakukan tapi berujung pada kebosanan πŸ™‚

Radio, buku, dan foto-foto, mungkin bisa dibilang self healing ya. Apa juga berlaku buat teman-teman blogger? Apa sih self healing kalian?

 

17 Comments

  1. Meity October 31, 2013
  2. bunda aisykha October 25, 2013
  3. nieth October 14, 2013
  4. Pingback: Fun Photography October 5, 2013
  5. krismariana September 24, 2013
  6. ira i September 23, 2013
  7. JaF September 22, 2013
  8. Ilham Himawan September 22, 2013
  9. Miyake September 22, 2013
  10. anotherorion September 21, 2013
  11. Ragil Duta September 21, 2013
    • Indah Juli September 22, 2013
  12. mak salma September 21, 2013
  13. Ika Koentjoro September 21, 2013
  14. tuteh September 21, 2013
  15. Evi September 21, 2013
  16. be September 21, 2013
    • Indah Juli September 22, 2013

Leave a Reply